Kumpulan Hadist dan Ayat Tentang Pemimpin Zalim di Al-Quran

1 day ago 15

tirto.id - Pemimpin yang zalim kerap dijelaskan dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadis. Apa saja ayat tentang pemimpin yang zalim di Al-Quran dan hadits tentang pemimpin yang zalim di akhir zaman?

Konsep pemimpin dan kepemimpinan dalam Islam banyak dijelaskan melalui ayat Al-Qur'an dan hadis. Islam memberikan penjelasan tentang bagaimana seorang pemimpin yang baik. Begitu pula ayat tentang pemimpin yang zalim.

Apalagi pemimpin memiliki peran yang penting dalam kehidupan sosial dan urusan umat. Salah satu aspek penting kepemimpinan adalah keadilan.

Islam menegaskan pemimpin yang bijak dan baik ialah pemimpin yang dapat menegakkan keadilan dan nilai-nilai Islam. Namun, nyatanya ada pemimpin zalim yang jelas melenceng dari nilai-nilai Islam.

Tidak sedikit pemimpin yang bertindak seenaknya menindas rakyat. Ayat tentang pemimpin yang zalim dapat menjadi pembelajaran penting sekaligus pengingat.

Berbagai ayat tentang pemimpin yang zalim dan hadis tentang pemimpin zalim dapat menjadi pengingat bagi umat Islam.

Apalagi pemimpin yang zalim merupakan salah satu tanda akhir zaman. Apa saja ayat tentang pemimpin yang zalim dan hadits tentang pemimpin zalim di akhir zaman?

Ilustrasi kitab haditsIlustrasi Kitab Hadits. (FOTO/iStockphoto)

Kumpulan hadist dan ayat tentang yang pemimpin zalim di Al-Quran dan hadis dapat dijadikan sebagai pembelajaran penting bagi umat Islam. Apalagi pemimpin zalim menjadi salah satu tanda akhir zaman.

Berbagai rambu-rambu atau ciri-ciri tentang pemimpin zalim juga wajib menjadi pengingat supaya umat Islam tak memilih pemimpin dengan ciri-ciri yang zalim. Berikut ini kumpulan ayat tentang pemimpin yang zalim dan kumpulan hadits tentang pemimpin zalim.

Kumpulan Hadist Tentang Pemimpin Zalim

Berbagai hadist tentang pemimpin zalim dapat dipahami dengan baik. Melalui berbagai perkataan Rasulullah saw., umat Islam dapat memahami tentang berbagai hal terkait pemimpin zalim.

1. Hadits Tentang Pemimpin yang Zalim di Akhir Zaman

Dalam sebuah hadis riwayat Imam Ahmad, Rasulullah saw. bersabda: "Akan ada setelahku para pemimpin, siapa yang membenarkan kebohongan mereka dan membantu kezaliman mereka, maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya,” (HR. Ahmad).

Hadis tentang pemimpin zalim di atas menjelaskan bahwa umat Islam jangan sampai mendukung pemimpin yang zalim. Dijelaskan bahwa siapa yang membenarkan kebohongan para pemimpin zalim dan membantu kezaliman mereka, maka bukan termasuk golongan Rasulullah saw.

2. Hadits Tentang Pemimpin yang Zalim di Akhir Zaman

"Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian, yang kalian doakan dan mereka pun mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, yang kalian laknat dan mereka pun melaknat kalian,” (HR. Muslim).

Hadis di atas menjelaskan ciri-ciri pemimpin yang baik dan ciri-ciri pemimpin yang buruk. Pemimpin yang baik akan mencintai masyarakat yang ia pimpin dan akan dicintai oleh masyarakatnya.

Pemimpin yang buruk akan dibenci oleh masyarakatnya dan pemimpin ini juga membenci masyarakatnya. Tanda tentang pemimpin zalim ini perlu dijadikan perhatian penting bagi umat Islam supaya mewaspadai pemimpin yang demikian.

3. Hadits Tentang Keberanian Berkata Benar pada Pemimpin Zalim

"Pemimpin para syuhada adalah Hamzah dan seseorang yang berdiri di hadapan penguasa yang zalim lalu menasihatinya, kemudian ia dibunuh,” (HR. Al-Hakim).

Hadis tentang pemimpin zalim selanjutnya menjelaskan tentang betapa mulia orang yang berani menyampaikan kebenaran di hadapan pemimpin zalim. Bahkan nyawa menjadi risikonya karena sudah menasihati pemimpin yang zalim.

Kumpulan Ayat Tentang Pemimpin Zalim di Al-Quran

Kitab suci Al Quran

Kitab suci Al Quran . FOTO/iStockphoto

Selain dalam hadis, ayat-ayat tentang pemimpin yang zalim juga perlu dijadikan pembelajaran penting. Apa saja kumpulan ayat tentang pemimpin yang zalim di Al-Quran?

1. QS. Al-Qasas Ayat 5

وَنُرِيْدُ اَنْ نَّمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِى الْاَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ اَىِٕمَّةً وَّنَجْعَلَهُمُ الْوٰرِثِيْنَۙ ۝٥

Wa nurîdu an namunna ‘alalladzînastudl‘ifû fil-ardli wa naj‘alahum a immataw wa naj‘alahumul-wâritsîn

“Kami berkehendak untuk memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, menjadikan mereka para pemimpin, dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).”

Ayat tentang pemimpin yang zalim di atas menjelaskan bahwa kezaliman akan digantikan oleh keadilan. Orang yang ditindas oleh pemimpin zalim akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt.

2. QS. Al-Baqarah Ayat 124

وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًاۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ ۝١٢٤

Wa idzibtalâ ibrâhîma rabbuhû bikalimâtin fa atammahunn, qâla innî jâ‘iluka lin-nâsi imâmâ, qâla wa min dzurriyyatî, qâla lâ yanâlu ‘ahdidh-dhâlimîn

“(Ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “(Aku mohon juga) dari sebagian keturunanku.” Allah berfirman, “(Doamu Aku kabulkan, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”

Ayat ini menegaskan bahwa Allah Swt. tidak akan memberikan kepemimpinan kepada orang-orang yang berbuat zalim. Orang-orang zalim bukanlah termasuk kelompok yang diberikan kepemimpinan oleh Allah Swt.

3. QS. Al-An’am Ayat 129

وَكَذٰلِكَ نُوَلِّيْ بَعْضَ الظّٰلِمِيْنَ بَعْضًا ۢ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَࣖ ۝١٢٩

Wa kadzâlika nuwallî ba‘dladh-dhâlimîna ba‘dlam bimâ kânû yaksibûn

“Demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zalim berteman dengan sebagian lainnya, sebagai balasan atas apa yang selalu mereka kerjakan.”

Ayat tentang pemimpin yang zalim di atas menjelaskan bahwa pemimpin zalim kerap muncul di tengah masyarakat. Kemunculan pemimpin zalim ini bisa disebabkan karena masyarakat membiarkannya atau bahkan mendukung kezaliman terjadi.

4. QS. Hud Ayat 113

وَلَا تَرْكَنُوْٓا اِلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُۙ وَمَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ اَوْلِيَاۤءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ ۝١١٣

Wa lâ tarkanû ilalladzîna dhalamû fa tamassakumun-nâru wa mâ lakum min dûnillâhi min auliyâ'a tsumma lâ tunsharûn

“Janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim sehingga menyebabkan api neraka menyentuhmu, sedangkan kamu tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.”

Ayat tentang pemimpin yang zalim di atas menjelaskan bahwa umat Islam dilarang berpihak atau mendukung kezaliman. Akibat dari mendukung pemimpin zalim sangatlah fatal, baik di dunia maupun di akhirat.

5. QS. An-Nisa' Ayat 59

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًاࣖ ۝٥٩

Yâ ayyuhalladzîna âmanû athî‘ullâha wa athî‘ur-rasûla wa ulil-amri mingkum, fa in tanâza‘tum fî syai'in fa ruddûhu ilallâhi war-rasûli ing kuntum tu'minûna billâhi wal-yaumil-âkhir, dzâlika khairuw wa aḫsanu ta'wîlâ

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat).”

Ayat QS. An-Nisa' ayat 59 di atas menjelaskan bahwa umat Islam harus menaati Allah Swt. dan Rasul saw., serta ulil amri. Jika ada perbedaan pendapat tentang suatu hal, maka harus dikembalikan kepada Allah Swt. (Al-Qur’an) dan Rasulullah saw. (sunah).

6. QS. Al-Ma'idah Ayat 8

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْاۗ اِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ۝٨

Yâ ayyuhalladzîna âmanû kûnû qawwâmîna lillâhi syuhadâ'a bil-qisthi wa lâ yajrimannakum syana'ânu qaumin ‘alâ allâ ta‘dilû, i‘dilû, huwa aqrabu lit-taqwâ wattaqullâh, innallâha khabîrum bimâ ta‘malûn

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Ayat tentang pemimpin di atas menegaskan untuk selalu berlaku adil di mana pun dan kapan pun. Terkadang manusia menjadi bias ketika dihadapkan dengan kebencian terhadap suatu kelompok sehingga kesulitan untuk berlaku adil.

Berdasarkan ayat di atas, umat Islam diperintahkan untuk menegakkan kebenaran. Jangan sampai kebencian terhadap suatu kaum mendorong umat Islam berlaku tidak adil.

7. QS. An-Nisa: 34

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُۗ وَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًاۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا ۝٣٤

Ar-rijâlu qawwâmûna ‘alan-nisâ'i bimâ fadldlalallâhu ba‘dlahum ‘alâ ba‘dliw wa bimâ anfaqû min amwâlihim, fash-shâliḫâtu qânitâtun ḫâfidhâtul lil-ghaibi bimâ ḫafidhallâh, wallâtî takhâfûna nusyûzahunna fa‘idhûhunna wahjurûhunna fil-madlâji‘i wadlribûhunn, fa in atha‘nakum fa lâ tabghû ‘alaihinna sabîlâ, innallâha kâna ‘aliyyang kabîrâ

“Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab atas para perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari hartanya. Perempuan-perempuan saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, berilah mereka nasihat, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu,) pukullah mereka (dengan cara yang tidak menyakitkan). Akan tetapi, jika mereka menaatimu, janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.”

Ayat di atas menjelaskan tentang kepemimpinan dalam konteks laki-laki sebagai pemimpin atau qowwam bagi perempuan. Laki-laki sebagai pelindung, pemimpin bertanggung jawab penuh untuk melindungi dan memimpin perempuan.

Konsep laki-laki sebagai pemimpin ini juga penting untuk dipahami supaya tidak berlaku zalim terhadap perempuan. Jangan sampai seorang laki-laki yang sejatinya sebagai qowwam justru berlaku seenaknya terhadap perempuan.

Berbagai penjelasan tentang pemimpin banyak disampaikan dalam Al-Qur’an dan hadis. Umat Islam wajib menaati pemimpin selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis.

khalifa

Baca juga artikel terkait ISLAM atau tulisan lainnya dari Nurul Azizah


tirto.id - Edusains

Kontributor: Nurul Azizah
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Nurul Azizah & Yulaika Ramadhani

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |