Misteri Sejarah Kompleks Makam Belanda Cicurug Majalengka

6 hours ago 6

Kompleks Makam Belanda Cicurug Majalengka menjadi salah satu situs peninggalan bersejarah di Jawa Barat. Tidak seperti tempat wisata pada umumnya, rupanya masih banyak orang yang belum tahu jika di Majalengka punya kompleks makam Belanda cukup megah pada masanya. Sebuah gerbang megah yang memiliki 8 pilar besar menjadi ciri khas lokasi ini. Tidak jauh di sana, pengunjung dapat menemukan banyak makam berbahan beton yang kondisinya terlihat cukup tua.

Baca Juga: Makam Syekh Abdul Ghorib, Jejak Spiritual di Tanah Tasikmalaya

Sejarah Kompleks Makam Belanda Cicurug Majalengka Khas Abad ke-19

Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia memiliki beragam warisan budaya. Banyak diantaranya sudah menjadi sebagai Cagar Budaya, termasuk rumah, benteng, gereja, pabrik dan kantor. Akan tetapi, salah satu warisan kolonial yang kurang diperhatikan untuk dilestarikan adalah Kerkhof atau kompleks makam Belanda. Makam-makam ini terlihat tidak terurus. Banyak semak belukar yang mengelilinginya. Belum lagi ada banyak pepohonan tumbuh liar tanpa ada yang memangkasnya. Hal tersebut menjadikan area tempat peristirahatan terakhir bagi orang Eropa ini terlihat tidak rapi.

Selain suasana khas dari abad ke-19, tempat ini juga memiliki nuansa misterius. Terutama adanya tulisan berisi pesan kematian menggunakan bahasa Latin kuno. Lokasi makam Kompleks Makam Belanda ini ada di Kelurahan Cicurug, Kecamatan Majalengka. Jaraknya sekitar 2 Km ke barat dari pusat kota.

Pesan itu tertulis “Memento mori”, yang berarti “ingatlah untuk mati”. Ini adalah pengingat bagi siapa saja yang mengunjungi makam Belanda bahwa setelah kehidupan akan ada fase kematian untuk mereka ingat.

Desain Makam

Pada zaman penjajahan, hampir setiap kota memiliki kerkhof. Kebutuhan masyarakat Belanda akan tempat pemakaman yang dekat dengan tempat tinggal mereka memicu hal terjadinya tersebut. Makam-makam itu umumnya memiliki desain artistik dan sering berbentuk tugu kecil. Ukuran serta bentuk makam biasanya tergantung pada status sosial seseorang yang meninggal. 

Setiap makam juga lengkap dengan prasasti dari batu marmer. Desain dinding dan nisan makam mencerminkan gaya art deco yang cukup populer pada masa tersebut. Ciri khas Eropa ini terlihat jelas pada nisan besar, makam lebar dan tinggi.

Ikon Unik di Makam

Di samping gerbang megah Kompleks Makam Belanda Cicurug Majalengka dengan 8 pilar memanjang dan gapura kokoh, area ini juga memiliki beberapa ikon unik. Ikon tersebut seperti sebuah bangunan kecil mirip atap dengan 4 tiang, tugu batu dan patung yang mencirikan kebudayaan Belanda.

Baca Juga: Sejarah Museum Mandala Wangsit Siliwangi Bandung

Sebagian besar penanda ini merupakan simbol khas taman pekuburan di negara asal Belanda. Akan tetapi, beberapa ikon telah hilang karena usia atau tidak diketahui keberadaannya. Hingga kini, masih ada puluhan makam yang berdiri di kawasan tersebut. Beberapa makam memiliki tahun, seperti 1912 dan 1929.

Menurut cerita warga setempat, mayoritas makam ini adalah pejabat Belanda tingkat asisten residen. Mereka sebelumnya telah dibaptis di Cirebon. Pada masanya, letak makamnya jauh dari permukiman, tetapi sekarang sudah dikelilingi oleh perumahan dan kebun milik warga sekitar.

Tak Lagi Terurus

Sayangnya, kondisi Kompleks Makam Belanda Cicurug Majalengka saat ini sangat memprihatinkan, tidak terawat dan banyak yang sudah tergusur pada tahun 1970-1990-an. Beberapa masih menyisakan sedikit lahan, sementara lainnya telah sepenuhnya hilang. Selain itu, banyak orang Belanda yang meninggalkan Indonesia usai kemerdekaan. Hal tersebut turut membuat makam-makamnya menjadi tidak terurus.

Prasasti dari makam-makam Belanda juga mengalami kerusakan akibat penjarahan sehingga banyak dari makam tersebut menjadi sulit untuk dikenali. Kerkhof yang masih ada biasanya berfungsi sebagai tempat pemakaman umum. Padahal, jika dikelola dengan baik, Kerkhof Cicurug bisa menjadi salah satu tujuan wisata sejarah di Kabupaten Majalengka.

Situasi ini menunjukkan bahwa makam tersebut merupakan peninggalan kolonial yang rentan rusak dan menghilang. Tempat ini bukan hanya sekadar lokasi untuk menguburkan jenazah, tetapi juga berkaitan erat dengan komunitas yang ada, budaya dan kepercayaan.

Berbagai informasi sejarah dapat pengunjung peroleh dari prasasti yang ada di makam, seperti genealogis, berbagai profesi di masa lalu dan catatan kelahiran atau kematian pada tahun tertentu. Lebih dari itu, keberadaan Kompleks Makam Belanda Cicurug Majalengka bisa menjadi tempat tinggal bagi tanaman atau hewan liar.

Museum terbuka

Sejauh ini, kerkhof di Indonesia yang masih terawat baik adalah Museum Taman Prasasti di Jakarta dan Kerkhof Peutjoet di Banda Aceh. Museum Taman Prasasti dulunya adalah kerkhof Tanah Abang, di mana sebagian kecil dari lahannya dipertahankan sebagai museum terbuka oleh pemerintah DKI Jakarta pada tahun 1970-an. Di tempat tersebut, terdapat berbagai nisan unik dan tersusun dalam bentuk taman.

Di dalam museumnya, pengunjung dapat menemukan tokoh-tokoh yang tidak hanya berkontribusi dalam sejarah Jakarta, tetapi juga sejarah Indonesia. Sementara itu, Kerkhof Peutjoet di Banda Aceh merupakan tempat peristirahatan bagi tentara Belanda yang meninggal selama Perang Aceh (1873-1904).

Baca Juga: Mengenal Sejarah Gedung Papak Bekasi

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa masih ada peluang untuk menyelamatkan Kompleks Makam Belanda Cicurug Majalengka. Hal yang diperlukan hanyalah tekad dan langkah konkret dari pemerintah maupun masyarakat untuk melestarikan warisan sejarah, termasuk Kompleks Makam Belanda Cicurug Majalengka. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |