Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok atau GNB cukup signifikan. Terutama dalam upaya menjaga perdamaian dunia. Sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang aktif Indonesia berkomitmen pada prinsip-prinsip GNB, yaitu netralitas dan kemandirian.
Khususnya dalam menghindari keterlibatan dalam blok militer mana pun selama era Perang Dingin. Salah satu bukti peran aktif Indonesia adalah partisipasinya dalam berbagai konferensi GNB dan upaya diplomatik untuk mendorong dialog, mencegah konflik, serta mendukung hak-hak negara berkembang.
Baca Juga: Sejarah Perjanjian Bongaya, Awal Dominasi VOC di Sulawesi
Melalui kontribusi ini, Indonesia membantu menciptakan stabilitas dan perdamaian di panggung internasional.
Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok, Perkumpulan Negara yang Tidak Berpihak dengan Kekuatan Besar
Gerakan Non-Blok (GNB) adalah organisasi yang berdiri untuk menyatukan negara-negara yang memilih sikap netral dan tidak berpihak pada blok kekuatan besar mana pun. Baik Blok Barat maupun Blok Timur.
Berdidi pada 1 September 1961, GNB kini memiliki lebih dari 100 negara anggota yang berkomitmen pada prinsip-prinsip kemandirian, netralitas, dan perdamaian dunia. Meskipun Blok Barat dan Blok Timur telah berakhir, GNB terus berperan dalam menjaga perdamaian dan mendorong solidaritas antar negara berkembang.
Salah satu prinsip utama GNB adalah menghormati kedaulatan dan integritas teritorial negara-negara anggotanya, serta menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Tujuan utama gerakan ini adalah untuk mendukung hak-hak negara dalam menentukan nasib sendiri, mempertahankan kedaulatan, dan mencapai kemerdekaan nasional.
Indonesia memiliki peran penting dalam GNB, sebagai salah satu pendiri dan anggota aktif. Berikut adalah beberapa peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok:
Sebagai Tuan Rumah KTT dan KAA
Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam Gerakan Non-Blok (GNB), baik sebagai tuan rumah maupun sebagai motor penggerak dalam organisasi ini. Salah satu bukti peran aktif Indonesia dalam GNB adalah menjadi tuan rumah dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diadakan pada tahun 1955 di Bandung, Jawa Barat.
Konferensi ini menjadi tonggak awal tercetusnya ide untuk membentuk GNB. Dengan tujuan menggabungkan negara-negara yang tidak ingin terjebak dalam pengaruh dua blok besar saat itu, Blok Barat dan Blok Timur.
Selain itu, Indonesia juga menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) GNB yang ke-10, yang terselenggara di Jakarta pada tanggal 1 hingga 6 September 1992. KTT ini menjadi momen bersejarah bagi Indonesia.
Karena menjadi wadah bagi negara-negara anggota GNB untuk mendiskusikan berbagai isu global dan memperkuat solidaritas antar negara yang memilih sikap netral terhadap perpecahan dunia pada masa itu.
Peran Indonesia sebagai tuan rumah kedua acara besar ini menunjukkan komitmen negara dalam mempromosikan perdamaian dunia, solidaritas negara berkembang, serta penghormatan terhadap kedaulatan dan kemerdekaan setiap negara.
Keterlibatan Indonesia dalam GNB juga memperkuat posisi negara ini di kancah internasional. Sebagai negara yang selalu mendukung kemerdekaan, kedaulatan, dan perdamaian global.
Menjadi Pelopor GNB
Tanah air kita juga memainkan peran penting sebagai pelopor gerakan Non-Blok. Salah satu tokoh Indonesia yang turut serta dalam mendirikan GNB adalah Presiden Soekarno.
Bersama tokoh-tokoh lainnya, beliau berperan aktif dalam membentuk organisasi perdamaian tersebut. Peran besar Indonesia dalam inisiatif ini juga terlihat dalam usaha untuk mengundang dan mengajak negara-negara lain untuk berpartisipasi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT).
Memiliki Prinsip seperti GNB
Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok selanjutnya tercermin dari prinsip yang sejalan dengan tujuan utama GNB, yaitu mendukung perdamaian dunia. Setelah Indonesia merdeka, negara ini dengan tegas menentang berbagai bentuk kejahatan internasional, termasuk penjajahan.
Baca Juga: Sejarah Misi Kebudayaan Lekra ke Tiongkok 26 September 1963
Komitmen terhadap perdamaian sangat dijunjung tinggi, yang tercermin dalam penerapan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Politik luar negeri ini sejajar dengan prinsip-prinsip yang diusung oleh GNB, menegaskan komitmen Indonesia dalam mendukung kedaulatan negara-negara lain serta memperjuangkan perdamaian dan keadilan internasional.
Sebagai Pemimpin GNB
Indonesia juga memainkan peran penting sebagai pemimpin dalam Gerakan Non-Blok (GNB). Negara kita pernah menjadi pemimpin dalam organisasi internasional ini. Selain menjadi tuan rumah, Indonesia juga memimpin gerakan tersebut.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) GNB yang ke-10, Presiden Soekarno diangkat sebagai ketua. Soekarno memimpin pertemuan penting dalam upaya memperkuat solidaritas dan kerja sama antarnegara anggota GNB.
Sebagai Ketua serta Penyelenggara KTT GNB ke-10
Negara tercinta ini berperan menjadi ketua sekaligus penyelenggara KTT GNB ke-10. Pada tanggal 1 sampai 7 September tahun 1992 acara organisasi internasional tersebut berlangsung pada wilayah Jakarta dan Bogor. Tidak hanya itu Indonesia juga berperan menjadi perintis memulai kembali dialog antara utara dan selatan. Dialog tersebut bisa memperkuat hubungan antar negara berkembang yaitu selatan terhadap negara maju wilayah utara.
Meredakan Konflik Internasional
Peran Indonesia dalam GNB selanjutnya adalah kemampuannya dalam meredakan konflik internasional. Negara kita pernah berperan aktif dalam meredakan ketegangan yang terjadi, salah satunya di kawasan bekas Yugoslavia pada tahun 1991. Tindakan tersebut sejalan dengan prinsip Indonesia yang selalu menjunjung tinggi perdamaian.
Demikianlah beberapa peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok, sebuah organisasi internasional yang fokus pada perdamaian dunia. Tanah air kita memiliki kontribusi besar dalam organisasi global yang mengedepankan nilai-nilai perdamaian. Hal ini menjadi kebanggaan bagi seluruh rakyat Indonesia yang terus berkomitmen untuk mendukung perdamaian di dunia. (R10/HR-Online)