Sejarah Raja Haji Fisabilillah terkenal sebagai pahlawan nasional dari Kepulauan Riau yang gugur dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda. Dalam sejarah Indonesia, ia berjuang demi membela masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Riau pada masa itu.
Baca Juga: Mengenal Soegondo Djojopoespito, Pelajar Nakal yang Pimpin Kongres Pemuda 1928
Perjuangannya dalam melawan kekuatan Belanda yang berusaha menguasai Riau menunjukkan semangatnya yang gigih dan kepeduliannya terhadap rakyat. Keberanian dan pengorbanannya tercatat dalam sejarah sebagai bukti nyata dari pengabdiannya bagi bangsa.
Sejarah Raja Haji Fisabilillah Saat Perang Melawan Belanda
Pada masa penjajahan, banyak pahlawan nasional yang berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan melawan penjajahan Belanda. Tak sedikit pula dari mereka yang gugur dalam perjuangan demi membela rakyat Indonesia dari kekejaman kolonial.
Salah satu pahlawan nasional yang berasal dari Riau adalah Raja Haji Fisabilillah. Ia lahir pada tahun 1725 di Kota Lama, Ulusungai, Riau. Sebagai pahlawan nasional, Raja Haji Fisabilillah terkenal atas keberanian dan pengorbanannya dalam melawan Belanda untuk membela wilayah Riau dan Indonesia pada umumnya.
Raja Haji Fisabilillah juga populer sebagai tokoh Melayu Johor yang berpengaruh. Ia adalah adik dari Sultan Selangor pertama, Sultan Salahuddin, serta paman dari Sultan Selangor kedua, Sultan Ibrahim.
Selain itu, Raja Haji Fisabilillah juga mendapat julukan sebagai Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga-Johor-Pahang IV (YDM) pada tahun 1777. Itu merupakan gelar penting dalam Kerajaan Melayu Riau.
Peranannya sebagai pemimpin wilayah Riau-Lingga-Johor-Pahang semakin memperkuat kedudukannya sebagai pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan wilayah Melayu dari penjajahan Belanda.
Riwayat Perjuangan
Sejarah Raja Haji Fisabilillah berawal dengan perjuangannya dalam melawan penjajahan Belanda. Nama Raja Haji terkenal karena keberaniannya dalam menghadapi kekuasaan Belanda serta usahanya membangun Pulau Biram Dewa di Sungai Riau Lama.
Ia populer sebagai sosok yang berani dan kuat, hingga mendapat julukan Pangeran Sutawijaya Jambi. Pada masa pemerintahannya di Kerajaan Melayu Riau, ia berhasil membawa kerajaan ini berkembang pesat dan hidup dalam kedamaian.
Pada tahun 1780, Kerajaan Melayu Riau dan Belanda menandatangani sebuah perjanjian damai. Namun, Belanda melanggar perjanjian tersebut hingga akhirnya memicu pecahnya peperangan antara keduanya.
Pada masa itu, Raja Haji Fisabilillah menjalin kerjasama dengan Sultan Selangor untuk melawan Belanda di wilayah Malaka. Sebagai pahlawan nasional, ia membangun pertahanan di berbagai lokasi strategis dan bertempur melawan Belanda selama hampir dua tahun.
Untuk memperkuat posisinya, Belanda mengirimkan pasukan dalam jumlah besar dari Pulau Jawa untuk menghadapi perlawanan tersebut.
Puncak Perang Terjadi
Puncak peperangan terjadi pada 6 Januari 1784, ketika pasukan Raja Haji Fisabilillah yang terdiri dari rakyat Malaka, bertempur habis-habisan melawan pasukan Belanda. Dalam pertempuran sengit itu, pasukan Raja Haji berhasil menenggelamkan kapal komando Belanda dan menewaskan pimpinan eskader Belanda.
Akibat kemenangan ini, Belanda terpaksa menarik pasukannya dari Malaka. Namun, Raja Haji tidak berhenti di situ; ia melancarkan serangan balasan.
Baca Juga: Mengenal Dwi Koendoro Brotoatmodjo, Kartunis Kelahiran Kota Banjar yang Multitalenta
Sebagai respons, Belanda mengirimkan armada besar ke Malaka untuk menggempur pertahanan Raja Haji. Pertempuran besar pun terjadi pada 18 Juni 1784, yang dikenal dengan nama Perang Sosoh.
Perang Sosoh adalah jenis pertempuran satu lawan satu yang penuh dengan ketegangan dan keberanian, menggambarkan perjuangan besar antara kedua pihak.
Gugur Saat Perang
Dalam sejarah pertempuran tersebut, Raja Haji Fisabilillah bersama sekitar 500 pasukannya gugur sebagai syuhada. Setelah pertempuran, jenazah pahlawan nasional tersebut dimakamkan di Bukit Bendera, Malaka, Malaysia.
Namun, makam tersebut kemudian dipindahkan oleh Raja Ja’far, putra mahkota Raja Haji, ke pemakaman Raja-Raja Melayu di Pulau Penyengat, Riau. Pada saat itu, Raja Ja’far sedang memerintah sebagai Yang Dipertuan Muda Riau, meneruskan perjuangan ayahnya dan melestarikan penghormatan terhadap jasanya.
Dihargai Masyarakat Indonesia dan Malaysia
Perjuangan Raja Haji Fisabilillah dalam melawan Belanda mendapat penghargaan dari masyarakat Indonesia dan Malaysia. Pengorbanannya yang berakhir dengan gugurnya beliau di medan perang mendapatkan penghargaan yang luar biasa dari kedua negara.
Di Indonesia, nama Raja Haji diabadikan sebagai nama Bandara Udara di Tanjungpinang, Riau. Sementara di Malaysia, kisah perjuangannya menjadi bagian penting dalam sejarah Malaysia, khususnya Johor.
Selain itu, nama Raja Haji juga terkenang dalam sebuah masjid di Cyberjaya, Selangor. Berkat perjuangannya yang luar biasa, Raja Haji menerima penghargaan dari kedua negara, menjadikannya simbol kebanggaan bagi masyarakat Indonesia yang memiliki pahlawan nasional yang hebat dan berani melawan penjajahan Belanda.
Baca Juga: Raden Siti Jenab, Pejuang Emansipasi Perempuan di Cianjur
Sejarah Raja Haji Fisabilillah dalam mempertahankan wilayahnya sangat mendalam. Bersama pasukannya, ia mengerahkan segala tenaga untuk melawan Belanda, meskipun akhirnya ia gugur. Peristiwa puncak perang pada 6 Januari 1784 pun abadi sebagai hari jadi Kota Tanjungpinang, mengenang jasa besar sang pahlawan nasional. (R10/HR-Online)