harapanrakyat.com,- Survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network Denny JA mengungkap temuan mencengangkan dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat (Jabar). Salah satunya pemilih PDIP dan PKB mayoritas memilih pasangan calon (paslon) Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan.
Padahal Dedi-Erwan tidak diusung oleh dua partai tersebut. PDIP mengusung paslon Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja. Sementara PKB mengusung Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina.
Baca Juga: Fenomenal! Pemilih Militan Herdiat-Yana Tembus 75,5%, Berpotensi Menang Telak di Pilkada Ciamis
Dedi-Erwan justru diusung Gerindra, Golkar, Demokrat, dan PAN serta beberapa partai non parlemen. Terakhir paslon Ahmad Syaikhu dan Ilham Habibie diusung PKS, PPP, dan Nasdem.
Survei LSI Denny JA di Pilgub Jabar sendiri dilakukan pada 31 Oktober-4 November 2024. Metodologi yang digunakan adalah Multistage Random Sampling dengan pengumpulan data melalui wawancara tatap muka. Sebanyak 400 responden terlibat dalam survei ini. Sementara margin of error 3,5%.
Hasil Survei Terbaru LSI Denny JA di Pilgub Jabar
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah, mengungkap paslon Dedi-Erwan potensial menang fenomenal pada Pilgub Jabar. Elektabilitas paslon ini mencapai 74,6%. Jauh mengungguli 3 paslon lainnya.
Toto pun mengungkap keunggulan Dedi-Erwan yang menurutnya tidak terlalu mengejutkan. Hal itu lantaran data yang sama juga muncul pada survei Pilkada Kabupaten/Kota di sejumlah wilayah Jawa Barat.
Setiap survei terkait Pilkada di Kabupaten/Kota di Jabar, selalu disisipkan pertanyaan terkait paslon gubernur Jabar. Hasilnya Dedi-Erwan hampir selalu unggul dengan elektabilitas rata-rata 70%.
Bahkan di beberapa daerah seperti Purwakarta sampai tembus 90%. Kemudian di Subang elektabilitas Dedi-Erwan mencapai 80%.
Hanya ada beberapa kabupaten/kota saja yang hasilnya di bawah 70%, yaitu Kota Bekasi 62% dan Kabupaten Ciamis 67%. Meskipun demikian, persentase tersebut masih unggul jauh dibanding tiga paslon lainnya.
“Dari LSI Denny JA turun juga untuk survei Pilbub dan Pilwakot, hasilnya tidak jauh beda. Survei pada September-Oktober di kabupaten/kota menunjukkan hasil yang sama. Selalu di atas 70%, kecuali Kota Bekasi dan Ciamis,” ujar Toto dalam pers rilis di Bandung, Jumat (8/11/2024).
Elektabilitas 3 Kandidat Pesaing Dedi-Erwan
Sementara untuk tiga paslon lainnya, Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie mendapat 12% suara, Acep Adang Ruhiyat-Gitalis Dwi Natarina 6,5%, dan suara paling buncit Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja dengan elektabilitas 5,3%.
Tiga paslon pesaing Dedi-Erwan di Pilgub Jabar tidak ada yang tembus sampai angka 15%. Sedangkan untuk swing voters ((pemilih yang belum menentukan pilihannya) sebanyak 1,6%.
Toto juga menjelaskan, alasan Dedi Mulyadi bisa unggul jauh dari tiga pesaingnya. Menurutnya, tingkat pengenalan Dedi Mulyadi sangat tinggi yaitu 92,1%. Kemudian tingkat kesukaan 88,6%.
Dari angka tersebut terlihat Dedi Mulyadi sangat populer, popularitasnya berbanding lurus dengan kesukaan.
Baca Juga: Survei LSI Denny JA Pilgub Jabar, Dedi-Erwan Unggul 67% di Ciamis
Fakta menarik lainnya dari Survei LSI Denny JA yang diungkap Toto, adalah pemilih partai yang cagubnya berbeda justru mayoritas memilih Dedi-Erwan.
Misalnya pemilih PDIP 71,8% justru memilih Dedi-Erwan. Kemudian pemilih PKB 62,1% juga memilih paslon nomor urut 4 tersebut. Selain itu, pemilih PKS 47,9% juga memilih Dedi-Erwan.
Elektabilitas Dedi-Erwan Unggul Jauh, Tak Akan Mempan Diguncang Money Politic
Menurut Toto, masih ada 20 hari waktu tersisa untuk memaksimalkan elektabilitas paslon. Meskipun demikian, Toto mengakui tidak mudah untuk seorang kandidat mengejar target elektabilitas, apalagi dalam kurun waktu kurang dari satu bulan.
“Hanya tsunami politik dan money politic yang bisa mengubah peta elektabilitas dalam waktu singkat. Masalahnya sampai saat ini tidak terlihat tanda-tanda bakal ada tsunami politik tersebut. Termasuk juga money politic,” katanya.
Bagaimana jika ada kandidat yang ingin menaikkan elektabilitas dengan money politic? Toto menjawab, hal itu tidak mudah lantaran butuh dana yang cukup besar, bisa sampai ratusan miliar.
Kemudian money politic di saat-saat terakhir kampanye sangat berisiko. Jika ketahuan, KPU bisa mendiskualifikasi paslon tanpa ragu.
“Kalau ada kandidat yang mau menaikkan elektabilitas dengan money politic mungkin harus punya elektabilitas yang tidak jauh beda. Misal selisihnya 507%. Namun kalau selisihnya lebih dari 20% apalagi sampai di atas 30% lebih baik berpikir kembali. Uang berkarung-karung juga belum tentu akan efektif,” katanya.
Toto menambahkan, dari hasil survei juga terungkap ada 31,2% pemilih soft supporter yaitu pemilih yang sudah memilih tapi bisa berubah dan pemilih yang belum punya pilihan sama sekali.
Soft supporter ini, menurut Toto, biasanya jadi lahan tak bertuan. Siapapun bisa memperebutkan soft supporter.
Namun, Toto juga mengingatkan, Dedi-Erwan sudah memiliki strong supporter (pemilih militan hingga 55,4%.
“Ini angka (strong supporter) yang jarang terjadi. Berbekal angka ini, jika pun ada money politic, pemilih militan Dedi-Erwan tidak akan kurang dari itu. Bisa saja uangnya diambil, tapi milihnya tetap Dedi-Erwan,” tandasnya. (R7/HR-Online/Editor-Ndu)