tirto.id - Dalil jual beli dalam Islam mengambil sumber dari Al-Qur'an dan hadis. Apa saja dalil hukum jual beli beserta rukun dan syarat sahnya?
Jual beli merupakan aktivitas muamalah yang diperlukan dalam kehidupan. Pasalnya, setiap orang tidak mungkin memenuhi semua hajat hidupnya. Ia perlu perlu berinteraksi dengan orang lain yang bisa membantunya melengkapi kebutuhan, salah satunya melalui transaksi jual beli.
Islam memberikan tata cara jual beli yang disyariatkan, beserta etikanya. Jual beli perlu memperhatikan pedomannya agar tidak terjebak pada perilaku yang dilarang. Untuk itulah, setiap muslim hendaknya mengetahui dan memahami dalil naqli tentang jual beli agar bisa bertransaksi dengan benar.
Dalil Al-Quran tentang Jual Beli dan Hadis
Dalil jual beli dalam Islam terdapat dalam sejumlah tempat dalam Al-Qur'an dan hadis. Sebagian dalil tentang jual beli ini memperbolehkan jual beli, namun melarang terjadinya riba yang merugikan. Di samping itu, ada pula dalil yang memuat etika berjual beli dan perlu menjadi perhatian saat bertransaksi.
A. Dalil jual beli dari Al-Qur'an
Adapun dalil jual beli Arab, latin, dan artinya antara lain sebagai berikut:
1. Dalil jual beli surah Al-Baqarah ayat 275
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Allażīna ya'kulūnar-ribā lā yaqūmūna illā kamā yaqūmul-lażī yatakhabbaṭuhusy-syaiṭānu minal-mass(i), żālika bi'annahum qālū innamal-bai‘u miṡlur-ribā, wa aḥallallāhul-bai‘a wa ḥarramar-ribā, faman jā'ahū mau‘iẓatum mir rabbihī fantahā falahū mā salaf(a), wa amruhū ilallāh(i), wa man ‘āda fa ulā'ika aṣḥābun-nār(i), hum fīhā khālidūn(a)
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah: 275)”
2. Dalil jual beli surah An-Nisa ayat 29
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā ta'kulū amwālakum bainakum bil-bāṭili illā an takūna tijāratan ‘an tarāḍim minkum, wa lā taqtulū anfusakum, innallāha kāna bikum raḥīmā(n).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS.An Nisa’: 29).
3. Dalil jual beli surah Asy-Syu'araa ayat 181-183
أَوْفُوا۟ ٱلْكَيْلَ وَلَا تَكُونُوا۟ مِنَ ٱلْمُخْسِرِينَ
وَزِنُوا۟ بِٱلْقِسْطَاسِ ٱلْمُسْتَقِيمِ
وَلَا تَبْخَسُوا۟ ٱلنَّاسَ أَشْيَآءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا۟ فِى ٱلْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
Auful-kaila wa lā takụnụ minal-mukhsirīn. wa zinụ bil-qisṭāsil-mustaqīm. wa lā tabkhasun-nāsa asy-yā`ahum wa lā ta’ṡau fil-arḍi mufsidīn
Artinya: "Sempurnakanlah takaran jangan kamu termasuk orang-orang yang merugi, dan timbanglah dengan timbangan yang lurus, dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”(QS. Asy Syu’araa: 181-183).
4. Dalil jual beli surah Al-Muthaffifin ayat 1-3
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ
ٱلَّذِينَ إِذَا ٱكْتَالُوا۟ عَلَى ٱلنَّاسِ يَسْتَوْفُونَ
وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ
Wailul lil-muṭaffifīn. Allażīna iżaktālụ ‘alan-nāsi yastaufụn. Wa iżā kālụhum aw wazanụhum yukhsirụn.
Artinya: "Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain mereka mengurangi." (QS. Al-Muthaffifin: 1-3)
5. Dalil jual beli surah Al-Jumuah ayat 9-10
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
وَإِذَا رَأَوْا۟ تِجَٰرَةً أَوْ لَهْوًا ٱنفَضُّوٓا۟ إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَآئِمًا ۚ قُلْ مَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌ مِّنَ ٱللَّهْوِ وَمِنَ ٱلتِّجَٰرَةِ ۚ وَٱللَّهُ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ
Fa iżā quḍiyatiṣ-ṣalātu fantasyirụ fil-arḍi wabtagụ min faḍlillāhi ważkurullāha kaṡīral la’allakum tufliḥụn. Wa iżā ra`au tijāratan au lahwaninfaḍḍū ilaihā wa tarakụka qā`imā, qul mā ‘indallāhi khairum minal-lahwi wa minat-tijārah, wallāhu khairur-rāziqīn.
Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumuah : 9-10)
6. Dalil jual beli surah An-Nur ayat 37
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَٰرَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ وَإِقَامِ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءِ ٱلزَّكَوٰةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ ٱلْقُلُوبُ وَٱلْأَبْصَٰرُ
Rijālul lā tul-hīhim tijāratuw wa lā bai’un ‘an żikrillāhi wa iqāmiṣ-ṣalāti wa ītā`iz-zakāti yakhāfụna yauman tataqallabu fīhil qulụbu wal-abṣār.
Artinya: "Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang." (QS. An-Nur:37)
7. Dalil jual beli surah Al Baqarah ayat 198
لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَبْتَغُوا۟ فَضْلًا مِّن رَّبِّكُمْ ۚ فَإِذَآ أَفَضْتُم مِّنْ عَرَفَٰتٍ فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ عِندَ ٱلْمَشْعَرِ ٱلْحَرَامِ ۖ وَٱذْكُرُوهُ كَمَا هَدَىٰكُمْ وَإِن كُنتُم مِّن قَبْلِهِۦ لَمِنَ ٱلضَّآلِّينَ
"Laisa ‘alaikum junāḥun an tabtagụ faḍlam mir rabbikum, fa iżā afaḍtum min ‘arafātin fażkurullāha ‘indal-masy’aril-ḥarāmi ważkurụhu kamā hadākum, wa ing kuntum ming qablihī laminaḍ-ḍāllīn"
Artinya: "Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat." (QS. Al Baqarah: 198)
B. Dalil jual beli dari hadis
Sejumlah hadis dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam turut membahas tentang jual beli dan perdagangan. Berikut daftar hadis tersebut:
1. Dalil jual beli dari hadis riwayat Bazzar dan Al Hakim
Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya, "Usaha (pekerjaan/profesi) apakah yang paling baik (paling ideal)?" Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Pekerjaan (usaha) seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang baik.” (HR. Bazzar dan Al Hakim).
2. Dalil jual beli dari hadis riwayat Al Baihaqi
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya jual beli (harus) atas dasar saling ridha (suka sama suka).” (HR. Al Baihaqi).
3. Dalil jual beli dari hadis riwayat Muslim
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Emas ditukar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, garam dengan garam, sama beratnya dan langsung diserahterimakan. Apabila berlainan jenis, maka juallah sesuka kalian namun harus langsung diserahterimakan/secara kontan.” (HR. Muslim).
4. Dalil jual beli dari hadis riwayat Imam Ahmad
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya para pedagang itu adalah kaum yang fajir (suka berbuat maksiat)." Para sahabat heran dan bertanya, “Bukankah Allah telah menghalalkan praktek jual beli, wahai Rasulullah?”. Maka beliau menjawab, “Benar, namun para pedagang itu tatkala menjajakan barang dagangannya, mereka bercerita tentang dagangannya kemudian berdusta, mereka bersumpah palsu dan melakukan perbuatan-perbuatan keji.” (Musnad Imam Ahmad 31/110).
5. Dalil jual beli dari hadis riwayat Abu Daud dan Ahmad
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah jika mengharamkan atas suatu kaum memakan sesuatu, maka diharamkan pula hasil penjualannya” (HR Abu Daud dan Ahmad)
6. Dalil jual beli dari hadis riwayat Ibnu Majah
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang artinya: "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak halal bagi seorang muslim menjual barang dagangan yang memiliki cacat kepada saudaranya sesama muslim, melainkan ia harus menjelaskan cacat itu kepadanya” (HR. Ibnu Majah)
7. Dalil jual beli dari hadis riwayat Tirmidzi
Dari Abi Sa'id, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda,"Pedagang yang jujur dan terpercaya bersama para Nabi, orang-orang yang jujur dan syuhada.” (HR. Tirmidzi).
Hukum Jual Beli dalam Islam
Berbagai ayat dan hadis tentang jual beli yang telah disebutkan sebelumnya menjadi dasar diperbolehkan setiap muslim menjalankan aktivitas tersebut. Hukum asal jual beli adalah mubah dan halal, kecuali terdapat larangan dari akad yang ditransaksikan.
Keumuman kebolehan berjual beli disebutkan dalam Al-Qur'an berikut ini:
...وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
“...Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (QS. Al-Baqarah: 275)
...لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Rabbmu...” (QS. Al-Baqarah: 198)
Adapun berdasarkan ijma, para ulama menyepakati mengenai kehalalan jual beli (Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 9:8). Jika didasarkan dengan qiyas, setiap manusia memerlukan jual beli karena terdapat ketergantungan untuk mendapatkan uang dan barang dan uang dari sesamanya. Jual beli diperbolehkan agar bisa mencapai tujuan tersebut dengan adanya proses timbal balik.
Adapun dalil jual beli online juga merujuk pada dalil-dalil yang ada dalam Al-Qu'an dan hadis. Hukum asalnya boleh. Namun, ada pula berbagai hal yang perlu menjadi perhatian.
Misalnya, khusus untuk jual beli barang emas dan perak yang merupakan komoditas ribawi, jual belinya tidak bisa dilakukan secara online. Jual beli keduanya harus tunai dan dikhawatirkan adanya riba nasi'ah apabila dilakukan online.
Dalilnya merujuk pada hadis berikut:
"Emas ditukar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, garam dengan garam, sama beratnya dan langsung diserahterimakan. Apabila berlainan jenis, maka juallah sesuka kalian namun harus langsung diserahterimakan/secara kontan.” (HR. Muslim)
Syarat Sah & Rukun Jual Beli dalam Islam
Jual beli adalah kegiatan yang melibatkan dua belah pihak atau lebih dengan maksud melakukan pertukaran barang dengan cara tertentu Jual beli bisa dilakukan dengan pertukaran barang dengan barang (barter) atau menggunakan alat tukar (uang).
Rukun jual beli dalam Islam meliputi:
- Adanya dua pihak yang bertransaksi (muta'aqidain) yaitu pembeli dan penjual
- Keduanya menunjukkan pernyataan jual beli seperti lafadz ijab qabul (sighat)
- Barang yang ditransaksikan benar-benar ada dan memiliki harga (ma'qud 'alaih)
- Adanya ijab qabul. Ijab tidak mesti harus diucapkan secara lugas. Bentuk sighat bisa pula kata kiasan mengikuti adat setempat selama mengandung pengertian tentang serah terima barang dalam transaksi jual beli.
Di sisi lain, ada pula aturan mengenai syarat sah jual beli dalam Islam. Syarat tersebut meliputi:
- Pihak yang bertransaksi sama-sama rida
- Pihak yang melakukan jual beli merupakan orang yang diperkenankan bertansaksi. Ia tidak bodoh, tidak gila, dan bukan anak kecil.
- Barang yang diperjualkan memiliki manfaat dan boleh ditransaksikan dalam Islam. Barang tersebut bukan kategori haram.
- Barangnya dimiliki penuh oleh penjual, atau seseorang diizinkan untuk menjualkan barang milik orang lain sebagai wakil.
- Barang yang dijual jelas atau tidak gharar, dan dapat diserahkan dari penjual ke pembeli.
- Barang memiliki harga yang jelas.
tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar