tirto.id - Kultum tentang kematian 7 menit seringkali menarik perhatian para muslim karena topik ini sering menimbulkan banyak tanda tanya. Kultum kematian bisa disampaikan saat bulan Ramadhan sebagai pengingat bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara.
Kultum atau kuliah tujuh menit adalah ceramah singkat yang bertujuan memberikan wawasan, nasihat, atau motivasi spiritual kepada umat Islam. Di bulan Ramadhan, kultum biasanya diadakan menjelang berbuka puasa, setelah Tarawih, atau selesai shalat Subuh di masjid.
Salah satu topik yang dapat diangkat dalam kultum adalah kematian. Kematian merupakan hal yang tidak diketahui secara pasti, tapi Islam sudah memberikan beberapa petunjuk bagaimana seorang muslim menghadapi atau menyikapi kematian.
Kultum singkat tentang kematian bisa menjadi sarana untuk memberikan wawasan tentang bagaimana perspektif Islam mengenai kematian. Kultum ini pun diharapkan bisa membuat seseorang menyadari makna kehidupan dan semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Contoh Kultum Singkat tentang Kematian
Terdapat beberapa contoh teks kultum tentang kematian yang bisa dijadikan referensi. Kultum ini bisa mengangkat satu topik yang lebih khusus, misalnya makna kematian, cara mengingat kematian, atau amalan apa saja yang tidak terputus setelah mati.
Berikut kultum singkat tentang kematian beserta dalilnya:
1. Teks Kultum tentang Kematian dan Maknanya
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hadirin yang dirahmati Allah, marilah kita senantiasa bersyukur atas nikmat iman dan Islam yang Allah berikan kepada kita. Hari ini, mari kita renungkan pula tentang makna kematian dalam perspektif Islam.
Kematian adalah sesuatu yang pasti akan dialami setiap makhluk hidup. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kemudian, hanya kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. Al Ankabut: 57).
Ayat ini mengingatkan kita bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara, sedangkan kehidupan yang hakiki ada di akhirat. Kita semua yang hadir di sini, pasti akan mati suatu saat nanti, begitu pula dengan semua makhluk hidup di dunia.
Namun, Islam mengajarkan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan pintu menuju kehidupan berikutnya. Setelah kematian, manusia akan memasuki alam barzakh atau alam kubur, sebuah fase sebelum hari kebangkitan.
Di sana, amal perbuatan seseorang akan menentukan bagaimana ia menjalani kehidupan setelah mati. Jika amalnya baik, maka alam barzakh menjadi tempat yang nyaman, namun jika amalnya buruk, maka ia akan mengalami kesengsaraan.
Kematian juga merupakan peringatan agar manusia tidak lalai dalam beribadah. Rasulullah SAW bersabda:
"Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian." (HR Tirmidzi dan An-Nasa'i)
Artinya, kita sebagai seorang muslim jangan terlena dengan kehidupan di dunia. Kita boleh merasa senang dan bahagia saat hidup, kita boleh tertawa dan merasakan kegembiraan. Namun, jangan sampai semua kesenangan itu membuat kita lalai.
Mengingat kematian adalah salah satu cara untuk menyadarkan kita bahwa kehidupan yang sesungguhnya justru dimulai setelah raga kita mati. Mengingat kemaian akan membuat hati menjadi lebih lembut, menjauhkan diri dari perbuatan dosa, serta mendorong seseorang untuk memperbanyak amal saleh.
Dalam Islam, kehidupan dunia justru merupakan sebuah ujian. Allah SWT berfirman:
“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155).
Ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa setiap muslim akan mendapatkan ujian tersendiri dari Allah. Akan tetapi, Allah juga punya kabar gembira bahwa orang-orang yang bersabar menghadapi cobaan dunia dan senantiasa bertawakal akan mendapatkan ganjaran besar.
Hadirin yang dirahmati Allah, kematian memang sering membuat kita ketakutan. Namun, sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk menghadapi kematian dengan husnuzan kepada Allah.
Dalam kondisi apa pun, termasuk saat sakit atau menjelang ajal, kita dianjurkan untuk berprasangka baik dan berharap rahmat serta ampunan-Nya. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW:
“Janganlah seseorang di antara kalian meninggal dunia, kecuali dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah.” (HR Muslim).
Ingatlah bahwa Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Jadi, selagi kita hidup, kita teguhi bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ketika kita mendekat, Allah akan lebih mendekat lagi pada kita. Jika kita mendekat pada-Nya sejengkal, maka Allah akan mendekati kita lebih banyak dari itu.
Hadirin sekalian, marilah kita selalu berdoa agar Allah mengaruniakan kepada kita husnul khatimah, yaitu akhir kehidupan yang baik. Jika kita takut mati, mari jadikan ketakutan tersebut sebagai awal untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang mendapat rahmat dan rida-Nya. Aamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
2. Materi Kultum tentang Kematian: Persiapan Menuju Mati
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita kehidupan di dunia sebagai ladang amal, dan kelak akan membangkitkan kita kembali untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan.
Hadirin yang dirahmati Allah, kematian adalah misteri yang tak bisa kita ketahui kapan datangnya. Kematian tidak dapat dihindari oleh siapa pun yang bernyawa. Dalam Islam, kehidupan dunia hanyalah sementara, sedangkan kematian adalah gerbang menuju kehidupan yang sesungguhnya.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran: 185).
Ayat tersebut menunjukkan bahwa tidak ada satu pun makhluk di dunia ini yang dapat lari dari kematian, baik itu raja, orang kaya, maupun orang miskin. Kematian adalah pintu menuju kehidupan akhirat yang abadi, di mana setiap amal perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Kabar baiknya, kita akan mendapatkan surga dengan segala kenikmatannya jika memiliki bekal cukup yang kita persiapkan selama hidup di dunia. Jadi, saat ini, jangan hanya sibuk mengejar dunia, jangan terlalu sibuk mengejar harta dan jabatan, tapi pikirkan bagaimana caranya mengejar surga untuk kehidupan yang akan datang.
Mari kita kejar akhirat dengan memperbanyak amal saleh. Kita tingkatkan ibadah, kita kumpulkan pahala sebanyak-banyak, terutama di bulan suci Ramadhan. Kita tegakkan rukun Islam dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan dan dengan rasa ikhlas.
Mari kita bersimpuh memohon ampunan kepada Allah agar setiap dosa kita dihapus. Kita perbanyak doa dan memohon hal-hal baik kepada-Nya. Kita kejar akhirat dengan sekuat tenaga agar lapang kubur kita, agar berat amalan kita, dan agar pintu surga terbuka bagi kita semua.
Lalu, apakah kita tidak boleh mencari uang? Tidak boleh mengejar harta? Perlu dipahami bahwa mengejar akhirat bukan berarti kita terus mengurung diri di rumah atau masjid untuk beribadah.
Ibadah bukan sekadar shalat, puasa, sedekah, dan berdoa. Setiap kegiatan kita sebenarnya bisa bernilai ibadah jika didasari rasa ikhlas dan diniatkan karena Allah.
Sebagai contoh, kita bekerja mencari uang, tapi niatkan dalam hati bahwa kita bekerja untuk menjalankan perintah-Nya, yaitu mencari nafkah untuk keluarga, agar keluarga bisa hidup enak sehingga ibadahnya juga terasa nyaman.
Niatkan dalam hati bahwa kita bekerja sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah, baik itu nikmat kesehatan, waktu, tenaga, materi, dan lain sebagainya. Dengan niat yang lurus dan benar, mudah-mudahan setiap aktivitas kita bisa bernilai ibadah dan dicatat sebagai amal saleh yang memberatkan amal baik kita di akhirat.
Hadirin sekalian, mari kita persiapkan diri ini menuju alam kematian. Mari kita gunakan sisa umur ini dengan memperbanyak amal saleh, menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama, serta selalu memohon ampunan-Nya, sehingga ketika ajal menjemput, kita dalam keadaan husnul khatimah.
Semoga Allah senantiasa memberi kita hidayah dan kekuatan untuk selalu berada di jalan-Nya. Aamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
3. Kultum Singkat Ceramah tentang Kematian: Husnul Khatimah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hadirin yang dirahmati Allah, marilah kita senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan, terutama nikmat iman dan Islam. Pada kesempatan kali ini, mari kita renungkan sejenak tentang kematian.
Bagi seorang muslim, kita tentu menginginkan kematian yang husnul khatimah. Apa itu husnul khatimah? Husnul khatimah berarti memiliki akhir hidup yang baik. Dalam Islam, akhir hidup yang baik adalah mati dalam keadaan beriman dan membawa bekal kebaikan atau amal saleh.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS Ali Imran: 102).
Lalu, bagaimana tanda-tanda seseorang husnul khatimah? Salah satunya adalah memiliki keimanan yang kuat. Hal ini ditandai dengan kalimat syahadat atau kalimat tauhid menjelang ajalnya. Ada sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Daud yang berbunyi:
“Rasulullah SAW berkata, ‘Siapa pun yang akhir ucapannya (ketika menjelang ajal) kalimat La ilaha illallah, maka ia masuk surga’.” (HR. Abu Daud).
Hal ini menunjukkan bahwa orang yang wafat dalam keadaan mengingat Allah adalah tanda kebaikan di akhir hidupnya. Tentu saja mengucapkan kalimat tauhid tersebut tidak hanya di bibir atau lisan, tapi disertai keyakinan penuh dalam hati.
Dalam sejumlah hadis juga disebutkan tanda-tanda husnul khatimah yang lain, misalnya dahi atau keningnya yang berkeringat, meninggal dunia pada malam Jumat atau siang harinya, hingga orang-orang yang mati syahid.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana caranya agar kita bisa husnul khatimah? Husnul khatimah bisa kita usahakan mulai dari sekarang. Tidak cukup hanya berharap, tetapi harus diiringi dengan usaha nyata untuk selalu taat kepada Allah.
Setidaknya ada empat hal yang bisa dilakukan. Pertama, beriman dan menjaga keimanan kita hingga akhir hayat. Kedua, bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Ketiga, memperbanyak amal saleh dengan melakukan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Keempat, kita perbanyak doa dan memohon kepada Allah agar memiliki akhir hidup yang baik.
Hadirin sekalian, kematian adalah sesuatu yang pasti dan tak bisa dihindari. Sebagai muslim, mari kita kejar husnul khatimah sehingga kita bisa memiliki akhir hidup yang baik serta mendapatkan surga di kehidupan berikutnya. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
4. Kultum tentang Kematian: Tiga Hal yang Tak Terputus setelah Mati
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kehidupan sebagai kesempatan untuk beribadah dan berbuat kebaikan.
Hadirin yang dirahmati Allah, sebagai seorang muslim, kita wajib mengingat kematian agar tidak lalai dalam menjalani kehidupan di dunia. Kematian pasti akan mendatangi kita. Setiap manusia, cepat atau lambat, akan menemui ajalnya.
Tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana kematian akan datang, tetapi yang pasti, kehidupan di dunia ini hanyalah sementara dan merupakan ladang untuk mengumpulkan bekal bagi kehidupan di akhirat.
Bekal yang dimaksud bukanlah harta, uang, atau kekayaan karena semua itu tidak akan kita bawa mati. Namun, ada tiga hal yang tidak akan terputus setelah seseorang meninggal dunia, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh.
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh.” (HR. Muslim).
Kita bahas satu per satu. Sedekah atau amal jariyah, ini adalah amalan yang manfaatnya terus mengalir meskipun orang yang bersedekah telah meninggal dunia.
Sebagai contohnya, kita membangun masjid, membuat sumur untuk keperluan umat, atau wakaf Al-Qur’an. Selama sedekah itu masih digunakan oleh orang lain, pahalanya akan terus mengalir kepada si pemberi sedekah, meskipun kita telah meninggal dunia.
Kedua, ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang diajarkan kepada orang lain, baik melalui pengajaran, tulisan, atau amal nyata, akan terus memberikan pahala bagi yang menyebarkannya.
Jika seseorang mengajarkan ilmu yang baik, lalu ilmu itu terus diamalkan oleh orang lain, maka pahala akan tetap mengalir meskipun ia telah wafat. Contoh sederhananya, kita mengajarkan cara membaca Al-Quran kepada anak-anak. Ketika anak tersebut mengaji, kita pun bisa ikut mendapatkan pahala.
Ketiga, anak saleh yang mendoakan. Anak yang dididik dengan baik, beriman, dan selalu mendoakan orang tuanya adalah investasi pahala yang tak terputus. Doa anak dapat meringankan beban orang tuanya di alam kubur dan menjadi sumber pahala yang terus mengalir.
Oleh karena itu, mendidik anak dengan akhlak yang baik adalah salah satu bentuk persiapan kita sebagai orang tua untuk menuju kehidupan setelah mati.
Hadirin sekalian,
Ketiga amal ini mengingatkan kita bahwa meskipun jasad telah terkubur, pahala tetap bisa mengalir jika kita meninggalkan warisan kebaikan di dunia.
Marilah kita manfaatkan waktu yang tersisa dengan memperbanyak amal kebaikan, menyebarkan ilmu yang bermanfaat, serta mendidik anak-anak agar menjadi generasi yang beriman dan bertakwa.
Semoga kita termasuk orang-orang yang meninggalkan warisan kebaikan yang terus mengalirkan pahala setelah kita wafat. Semoga Allah SWT memberikan kita husnul khatimah dan menerima amal ibadah kita sebagai bekal di akhirat. Aamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
5. Kultum tentang Kematian: Cara Mengingat Mati
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pada kultum kali ini, marilah bersama-sama merenungkan kematian yang pasti akan mendatangi kita. Dalam Islam, mengingat kematian adalah hal yang sangat penting.
Dengan mengingat mati, kita menyadari bahwa kehidupan di dunia adalah sementara. Mengingat kematian juga akan membuat kita termotivasi untuk selalu berbuat baik dan tidak menyia-nyiakan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Mengingat kematian akan membuat kita lebih bijak dalam menjalani hidup sekaligus membuat kita semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Banyak dari kita yang tahu betul bahwa kematian akan datang. Kita juga bisa dengan mudah mengingat bahwa kematian akan selalu mendekat. Akan tetapi, kita sering mengabaikannya. Kita hanya sekadar ingat, tapi tidak mendalami makna sesungguhnya.
Lalu, bagaimana cara mengingat kematian? Salah satu cara terbaik untuk mengingat kematian adalah dengan mengingat mereka yang telah mendahului kita, baik itu keluarga atau teman. Kita ingat kematian dengan cara ziarah kubur sebagaimana hadis Nabi:
“Diriwayatkan dari Buraidah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: ‘Dahulu aku pernah melarang ziarah kubur, maka telah diizinkan bagi Muhammad berziarah kubur bundanya. Maka berziarahlah kubur, sebab hal itu mengingatkan akhirat’.” (HR. Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi).
Dengan melihat langsung tempat peristirahatan terakhir manusia, kita akan menyadari bahwa dunia ini hanya sementara dan kehidupan sejati adalah kehidupan setelah mati. Kita teguhi bahwa kita pun suatu saat nanti akan berada di alam kubur dan hanya amal kebaikan yang akan menemani kita.
Ada banyak cara lain untuk mengingat kematian. Kita bisa takziah, menghadiri pemakaman, dan melihat langsung jenazah yang hendak dikebumikan. Saat melihat seseorang yang baru saja meninggal, kita pasti akan menyadari bahwa kita pun akan mengalami hal yang sama.
Cara lain yang bisa kita lakukan adalah dengan membaca dan merenungkan ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang kematian dan kehidupan setelahnya. Allah banyak mengingatkan dalam Al-Quran bahwa dunia ini hanyalah ujian dan kehidupan sejati ada di akhirat.
Dengan membaca dan menghayati ayat-ayat tersebut, hati kita akan lebih tunduk kepada Allah dan semakin sadar akan hakikat kehidupan yang sebenarnya.
Sekali lagi, mengingat kematian bukan sekadar ingat, tapi benar-benar dihayati dan direnungkan bahwa kematian harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh, yaitu dengan memperbanyak bekal berupa amal saleh.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, bahwa orang mukmin yang cerdas adalah mereka yang tak hanya mengingat mati, tapi juga mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk kehidupan di akhirat.
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak persiapannya menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah)
Hadirin sekalian, mengingat kematian menjadi hal yang sangat penting dalam Islam. Oleh karena itu, janganlah kita menunda-nunda amal kebaikan, karena kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput.
Semoga kita semua menjadi hamba yang selalu mengingat kematian sehingga kita dapat menjalani hidup dengan lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Demikian kultum tentang kematian yang bisa dijadikan inspirasi untuk ceramah di bulan Ramadhan. Semoga dengan mengingat kematian, kita semakin sadar akan kefanaan dunia dan terdorong untuk memperbaiki diri, meningkatkan ibadah, serta memperbanyak amal kebaikan.
tirto.id - Edusains
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani