tirto.id - Bagi umat Kristiani, Jumat Agung adalah momen untuk merenungkan kisah sengsara dan wafat Yesus Kristus di salib. Salah satu cara untuk merenungkan hal itu adalah lewat puisi Jumat Agung.
Jumat Agung adalah perayaan yang memperingati penyaliban Yesus Kristus dan wafat-Nya di Bukit Golgota. Jumat Agung jatuh sebelum Minggu Paskah dan dianggap sebagai hari yang sangat sakral bagi umat Katolik, serta beberapa denominasi Gereja Kristen lainnya.
Kisah sengsara Yesus ini dikisahkan dalam keempat Injil. Salah satunya dalam Injil Matius, dari Matius 26:30 hingga Matius 27:66, mulai dari penangkapan Yesus di Taman Getsemani hingga akhirnya Yesus dikuburkan.
Kumpulan Puisi Jumat Agung yang Penuh Makna dan Menyentuh
Para jemaat membawa salib dalam prosesi Jumat Agung di sepanjang Via Dolorosa di Kota Tua Yerusalem, Jumat (14/4). ANTARA FOTO/REUTERS/Ammar Awad/cfo/17
Untuk mengenang kembali kisah sengsara dan wafat Yesus yang berkorban untuk menebus dosa umat manusia, ada sejumlah puisi Jumat Agung yang bisa digunakan sebagai medium perenungan.
Berikut ini kumpulan puisi untuk Jumat Agung yang bisa dibaca dan direnungkan:
Contoh 1. Puisi untuk Jumat Agung
ISA (Kepada Nasrani Sejati)
Karya: Chairil Anwar
Itu Tubuh
Mengucur darah
Mengucur darah
rubuh
patah
mendampar tanya: aku salah?
kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah
terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segera
mengatup luka
aku bersuka
itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
Contoh 2. Puisi tentang Jumat Agung
Via Dolorosa
karya: Martinus Pancarianus Setu
/1/
Zaitun semakin jauh di belakang
Eden terbengkalai
Getzemani bisu disaksikan ayam yang berkokok
Memenggal angguk kepala
Saat subuh begitu rapuh dijual dalam tiga keping logam
Massa ramai berkeliaran
“salibkan dia, salibkan dia”
Jauh di depan golgota menjerit tangis
“Ibu, ketika waktuku tiba aku harap tak seorangpun menangisi jalan pulangku”
“salibkan dia, salibkan dia”
Siapakah kamu sampai rumahku jadi pasar massa yang ingin membunuhmu
Benarkah kau raja orang Yahudi itu?
Sungguh, aku tak ingin mencampuri dosa anak manusia ini.
Ambigu, di gerbang palu
Pengadilan kehormatan jadi ramai diperdagangkan
Berapa tuaian massa yang kau takuti
Ambisi menjembatai jabatan yang rapuh
Manusia–manusia persis dekil dan berbau–rapuh yang tersembunyi dalam teriakan bertalu–berkali-kali
/2/
“salibkan dia, salibkan dia, salibkan dia”
Getzemani goncang
Hampir siang via Dolorosa gemuruh pekikkan massa
Cambuk melayang, tertawa terbang berkeliaran ke sana–ke mari
Cibir mencibirkan–bibir tak kunjung katup
Di seberang jalan sepanjang via Dolorosa, wanita-wanita tua dan muda berhamburan tangis–pecah dan jatuh bersama darah dan kata
Ibadah air matamu itu untuk anak dan cucumu,
“jangan tangisi jalan pulangku”
Via Dolorosa
Cerita terakhir dari segala kerapuhan
Awal yang menguncang tanya
Masih jauhkah golgota itu?
Jauh dalam kedekatan menuju Bapa
Via Dolorosa
Jembatan Tuhan terbentang
Kisah sepasang kekasih jatuh
Dan cerita langit menjadi mendung dalam tabir bait Allah terbuka
Via Dolorasa
Sungguh, orang ini anak Allah
Sesal terakhir di jalan sepanjang via Dolorosa
Tuhan, jemput aku dalam pertobatan.
Contoh 3. Reunungan Puisi Jumat Agung
Bapa Mengampuni
Karya: Malcom Guite
Bapa mengampuni, dan pengampunan pun mengalir;
Mengalir dari luka yang dibuat oleh kebencian kita,
Mengalir melalui ejekan, kutukan dan pukulan,
Mengalir melalui dunia kami yang terbuang, mata air yang menyembuhkan,
Menyembuhkan dan membersihkan, mencuci semua tanda
Menjauh, nilai dan bekas luka dari setiap kesalahan.
Pengampunan mengalir ke tempat yang paling kita butuhkan:
Tepat di dalam lubang dan lubang dosa kita,
Tepat di mana paku-paku yang mengerikan ditancapkan,
Tepat di tempat luka kita yang paling parah.
Kami tahu jeritan kesakitan Anda seharusnya menjadi kutukan,
Namun berpaling kepada-Mu dan mendapati bahwa kami telah diberkati.
Kami tidak tahu apa yang kami lakukan, tetapi Bapa tahu
Untuk setiap dosa di bumi, pengampunan mengalir.
Contoh 4. Sajak Jumat Agung
Langit yang Menangis
Karya: Elizabeth Sunshine Koroma
Tangan-tangan kabut yang dingin dan mencengkeram
Mencengkeram setiap pohon yang gundul dan keriput.
Bayangan mereka di kolam yang tergenang
Seperti jeruji besi yang melingkupiku
Kabut menyelimuti hatiku yang hancur,
Menyelubungi bahkan cahaya Surga yang konstan.
Mataku kembali ke Bumi di bawah,
Di mana apa yang benar tidak mungkin benar.
Sekarang kebaikan mati oleh kebencian yang dikhianati,
Jadi setiap awan di surga menangis,
Turun ke kuburan berlumpur,
Kolam tempat rohku tidur.
Tetesan air mata yang bersinar dari langit
Turun untuk merasakan rasa sakit Bumi yang kering,
Untuk mengikat Bumi dengan cinta Surga,
Rantai riak yang ditempa oleh hujan.
Tetesan air mata membasahi pohon kuno
Untuk mengubah kulitnya menjadi hitam pekat,
Seperti air yang paling murni berubah menjadi lumpur
Dan tenggelam, tidak ada harapan untuk kembali,
Untuk Kecantikan terletak, selamanya terluka,
Dan Kepolosan ternoda oleh dosa,
Penguasa abadi, budak yang tak berdaya
Mereka bercampur dan mati saat kehidupan dimulai.
Menangislah untuk penciptamu, awan yang jauh.
Darah-Nya kini membasahi bumi seperti hujan.
Di atas lumpur es, cinta-Nya mengalir turun
Dan membawa noda hitam hatiku.
Tangisan seekor burung terdengar jelas,
Lonceng yang mengangkat mataku untuk melihat,
Ketika setiap harapan tampak tenggelam dalam ketakutan,
Bunga-bunga putih di pohon yang bengkok.
Contoh 5. Puisi Jumat Agung Puisi Paskah
Untuk contoh yang kelima adalah puisi karya Joko Pinurbo yang bukan sekadar membincang tentang kisah sengsara Yesus, tetapi juga tentang peristiwa kebangkitan Yesus.
Setelah Yesus mengalami penderitaan dan wafat di kayu salib, pada hari ketiga Ia bangkit. Inilah yang menjadi salah satu inti dari iman Kristiani, yaitu peristiwa kebangkitan-Nya yang membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang hidup dan berkuasa atas maut.
Berikut ini puisinya:
Celana Ibu
Karya: Joko Pinurbo
Maria sangat sedih
menyaksikan anaknya
mati di kayu salib tanpa celana
dan hanya berbalutkan sobekan jubah
yang berlumuran darah.
Ketika tiga hari kemudian
Yesus bangkit dari mati,
pagi-pagi sekali Maria datang
ke kubur anaknya itu, membawa
celana yang dijahitnya sendiri
dan meminta Yesus mencobanya.
"Paskah?" tanya Maria.
"Pas!" jawab Yesus gembira.
Mengenakan celana buatan ibunya,
Yesus naik ke surga.
Contoh 6. Puisi Jumat Agung
Jumat Agung
Karya: Christina Rossetti
Apakah aku ini batu, dan bukan domba,
Agar aku dapat berdiri, ya Kristus, di bawah salib-Mu,
Untuk menghitung setetes demi setetes darah-Mu yang mengalir perlahan,
Namun tidak menangis?
Tidak demikian para wanita yang dicintai
Yang dengan kesedihan yang luar biasa meratapi Engkau;
Tidak demikian halnya dengan Petrus yang telah jatuh, yang menangis dengan sedih;
Tidak demikian halnya dengan pencuri yang tergerak hatinya;
Tidak demikian halnya dengan Matahari dan Bulan
Yang menyembunyikan wajah mereka di langit tanpa bintang,
Kengerian kegelapan yang luar biasa di siang hari -
Aku, hanya aku.
Namun janganlah memberi,
Tetapi carilah domba-domba-Mu, Gembala sejati kawanan domba;
Lebih besar dari Musa, berbaliklah dan lihatlah sekali lagi
Dan pukullah sebuah batu.
Contoh 7. Puisi Jumat Agung dan Prosa
Balada Penyaliban
Karya: W.S. Rendra
Yesus berjalan ke Golgota
disandangnya salib kayu
bagai domba kapas putih.
Tiada mawar-mawar di jalanan
tiada daun-daun palma
domba putih menyeret azab dan dera
merunduk oleh tugas teramat dicinta
dan ditanam atas maunya.
Mentari meleleh
segala menetes dari luka
dan leluhur kita Ibrahim
berlutut, dua tangan pada Bapa:
- Bapa kami di sorga
telah terbantai domba paling putih
atas altar paling agung.
Bapa kami di sorga
berilah kami bianglala!
Ia melangkah ke Golgota
jantung berwarna paling agung
mengunyah dosa demi dosa
dikunyahnya dan betapa getirnya.
Tiada jubah terbentang di jalanan
bunda menangis dengan rambut pada debu
dan menangis pula segala perempuan kota.
- Perempuan!
mengapa kautangisi diriku
dan tiada kautangisi dirimu?
Air mawar merah dari tubuhnya
menyiram jalanan kering
jalanan liang-liang jiwa yang papa
dan pembantaian berlangsung
atas taruhan dosa.
Akan diminumnya dari tuwung kencana
anggur darah lambungnya sendiri
dan pada tarikan napas terakhir bertuba:
- Bapa, selesailah semua!
Sejumlah umat Kristen melakukan perarakan penyaliban diri dalam ibadah Jumat Agung di Gereja Kristen Jawa, Karangdowo, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (30/3/2018). ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Demikianlah tujuh contoh puisi Jumat Agung yang bisa dijadikan bahan renungan atau dibacakan saat mengenang kembali kisah sengsara dan wafat Yesus Kristus di kayu salib.
Dengan membaca dan merenungi kisah sengsara dan wafat Yesus lewat puisi, umat Kristen bisa merasakan betapa besar cinta kasih Allah Bapa di surga, hingga Ia rela mengorbankan Putera-Nya yang Tunggal untuk menebus dosa umat manusia.
tirto.id - Edusains
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Lucia Dianawuri & Yulaika Ramadhani