7 Contoh Puisi Jumat Agung yang Penuh Cinta dan Kasih

7 hours ago 3

tirto.id - Bagi umat Kristiani, Jumat Agung adalah momen untuk merenungkan kisah sengsara dan wafat Yesus Kristus di salib. Salah satu cara untuk merenungkan hal itu adalah lewat puisi Jumat Agung.

Jumat Agung adalah perayaan yang memperingati penyaliban Yesus Kristus dan wafat-Nya di Bukit Golgota. Jumat Agung jatuh sebelum Minggu Paskah dan dianggap sebagai hari yang sangat sakral bagi umat Katolik, serta beberapa denominasi Gereja Kristen lainnya.

Kisah sengsara Yesus ini dikisahkan dalam keempat Injil. Salah satunya dalam Injil Matius, dari Matius 26:30 hingga Matius 27:66, mulai dari penangkapan Yesus di Taman Getsemani hingga akhirnya Yesus dikuburkan.

Kumpulan Puisi Jumat Agung yang Penuh Makna dan Menyentuh

RELIGION EASTER GOOD FRIDAYPara jemaat membawa salib dalam prosesi Jumat Agung di sepanjang Via Dolorosa di Kota Tua Yerusalem, Jumat (14/4). ANTARA FOTO/REUTERS/Ammar Awad/cfo/17

Untuk mengenang kembali kisah sengsara dan wafat Yesus yang berkorban untuk menebus dosa umat manusia, ada sejumlah puisi Jumat Agung yang bisa digunakan sebagai medium perenungan.

Berikut ini kumpulan puisi untuk Jumat Agung yang bisa dibaca dan direnungkan:

Contoh 1. Puisi untuk Jumat Agung

ISA (Kepada Nasrani Sejati)

Karya: Chairil Anwar

Itu Tubuh

Mengucur darah

Mengucur darah

rubuh

patah

mendampar tanya: aku salah?

kulihat Tubuh mengucur darah

aku berkaca dalam darah

terbayang terang di mata masa

bertukar rupa ini segera

mengatup luka

aku bersuka

itu Tubuh

mengucur darah

mengucur darah

Contoh 2. Puisi tentang Jumat Agung

Via Dolorosa

karya: Martinus Pancarianus Setu

/1/

Zaitun semakin jauh di belakang

Eden terbengkalai

Getzemani bisu disaksikan ayam yang berkokok

Memenggal angguk kepala

Saat subuh begitu rapuh dijual dalam tiga keping logam

Massa ramai berkeliaran

“salibkan dia, salibkan dia”

Jauh di depan golgota menjerit tangis

“Ibu, ketika waktuku tiba aku harap tak seorangpun menangisi jalan pulangku”

“salibkan dia, salibkan dia”

Siapakah kamu sampai rumahku jadi pasar massa yang ingin membunuhmu

Benarkah kau raja orang Yahudi itu?

Sungguh, aku tak ingin mencampuri dosa anak manusia ini.

Ambigu, di gerbang palu

Pengadilan kehormatan jadi ramai diperdagangkan

Berapa tuaian massa yang kau takuti

Ambisi menjembatai jabatan yang rapuh

Manusia–manusia persis dekil dan berbau–rapuh yang tersembunyi dalam teriakan bertalu–berkali-kali

/2/

“salibkan dia, salibkan dia, salibkan dia”

Getzemani goncang

Hampir siang via Dolorosa gemuruh pekikkan massa

Cambuk melayang, tertawa terbang berkeliaran ke sana–ke mari

Cibir mencibirkan–bibir tak kunjung katup

Di seberang jalan sepanjang via Dolorosa, wanita-wanita tua dan muda berhamburan tangis–pecah dan jatuh bersama darah dan kata

Ibadah air matamu itu untuk anak dan cucumu,

“jangan tangisi jalan pulangku”

Via Dolorosa

Cerita terakhir dari segala kerapuhan

Awal yang menguncang tanya

Masih jauhkah golgota itu?

Jauh dalam kedekatan menuju Bapa

Via Dolorosa

Jembatan Tuhan terbentang

Kisah sepasang kekasih jatuh

Dan cerita langit menjadi mendung dalam tabir bait Allah terbuka

Via Dolorasa

Sungguh, orang ini anak Allah

Sesal terakhir di jalan sepanjang via Dolorosa

Tuhan, jemput aku dalam pertobatan.

Contoh 3. Reunungan Puisi Jumat Agung

Bapa Mengampuni

Karya: Malcom Guite

Bapa mengampuni, dan pengampunan pun mengalir;

Mengalir dari luka yang dibuat oleh kebencian kita,

Mengalir melalui ejekan, kutukan dan pukulan,

Mengalir melalui dunia kami yang terbuang, mata air yang menyembuhkan,

Menyembuhkan dan membersihkan, mencuci semua tanda

Menjauh, nilai dan bekas luka dari setiap kesalahan.

Pengampunan mengalir ke tempat yang paling kita butuhkan:

Tepat di dalam lubang dan lubang dosa kita,

Tepat di mana paku-paku yang mengerikan ditancapkan,

Tepat di tempat luka kita yang paling parah.

Kami tahu jeritan kesakitan Anda seharusnya menjadi kutukan,

Namun berpaling kepada-Mu dan mendapati bahwa kami telah diberkati.

Kami tidak tahu apa yang kami lakukan, tetapi Bapa tahu

Untuk setiap dosa di bumi, pengampunan mengalir.

Contoh 4. Sajak Jumat Agung

Langit yang Menangis

Karya: Elizabeth Sunshine Koroma

Tangan-tangan kabut yang dingin dan mencengkeram

Mencengkeram setiap pohon yang gundul dan keriput.

Bayangan mereka di kolam yang tergenang

Seperti jeruji besi yang melingkupiku

Kabut menyelimuti hatiku yang hancur,

Menyelubungi bahkan cahaya Surga yang konstan.

Mataku kembali ke Bumi di bawah,

Di mana apa yang benar tidak mungkin benar.

Sekarang kebaikan mati oleh kebencian yang dikhianati,

Jadi setiap awan di surga menangis,

Turun ke kuburan berlumpur,

Kolam tempat rohku tidur.

Tetesan air mata yang bersinar dari langit

Turun untuk merasakan rasa sakit Bumi yang kering,

Untuk mengikat Bumi dengan cinta Surga,

Rantai riak yang ditempa oleh hujan.

Tetesan air mata membasahi pohon kuno

Untuk mengubah kulitnya menjadi hitam pekat,

Seperti air yang paling murni berubah menjadi lumpur

Dan tenggelam, tidak ada harapan untuk kembali,

Untuk Kecantikan terletak, selamanya terluka,

Dan Kepolosan ternoda oleh dosa,

Penguasa abadi, budak yang tak berdaya

Mereka bercampur dan mati saat kehidupan dimulai.

Menangislah untuk penciptamu, awan yang jauh.

Darah-Nya kini membasahi bumi seperti hujan.

Di atas lumpur es, cinta-Nya mengalir turun

Dan membawa noda hitam hatiku.

Tangisan seekor burung terdengar jelas,

Lonceng yang mengangkat mataku untuk melihat,

Ketika setiap harapan tampak tenggelam dalam ketakutan,

Bunga-bunga putih di pohon yang bengkok.

Contoh 5. Puisi Jumat Agung Puisi Paskah

Untuk contoh yang kelima adalah puisi karya Joko Pinurbo yang bukan sekadar membincang tentang kisah sengsara Yesus, tetapi juga tentang peristiwa kebangkitan Yesus.

Setelah Yesus mengalami penderitaan dan wafat di kayu salib, pada hari ketiga Ia bangkit. Inilah yang menjadi salah satu inti dari iman Kristiani, yaitu peristiwa kebangkitan-Nya yang membuktikan bahwa Yesus adalah Allah yang hidup dan berkuasa atas maut.

Berikut ini puisinya:

Celana Ibu

Karya: Joko Pinurbo

Maria sangat sedih

menyaksikan anaknya

mati di kayu salib tanpa celana

dan hanya berbalutkan sobekan jubah

yang berlumuran darah.

Ketika tiga hari kemudian

Yesus bangkit dari mati,

pagi-pagi sekali Maria datang

ke kubur anaknya itu, membawa

celana yang dijahitnya sendiri

dan meminta Yesus mencobanya.

"Paskah?" tanya Maria.

"Pas!" jawab Yesus gembira.

Mengenakan celana buatan ibunya,

Yesus naik ke surga.

Contoh 6. Puisi Jumat Agung

Jumat Agung

Karya: Christina Rossetti

Apakah aku ini batu, dan bukan domba,

Agar aku dapat berdiri, ya Kristus, di bawah salib-Mu,

Untuk menghitung setetes demi setetes darah-Mu yang mengalir perlahan,

Namun tidak menangis?

Tidak demikian para wanita yang dicintai

Yang dengan kesedihan yang luar biasa meratapi Engkau;

Tidak demikian halnya dengan Petrus yang telah jatuh, yang menangis dengan sedih;

Tidak demikian halnya dengan pencuri yang tergerak hatinya;

Tidak demikian halnya dengan Matahari dan Bulan

Yang menyembunyikan wajah mereka di langit tanpa bintang,

Kengerian kegelapan yang luar biasa di siang hari -

Aku, hanya aku.

Namun janganlah memberi,

Tetapi carilah domba-domba-Mu, Gembala sejati kawanan domba;

Lebih besar dari Musa, berbaliklah dan lihatlah sekali lagi

Dan pukullah sebuah batu.

Contoh 7. Puisi Jumat Agung dan Prosa

Balada Penyaliban

Karya: W.S. Rendra

Yesus berjalan ke Golgota

disandangnya salib kayu

bagai domba kapas putih.

Tiada mawar-mawar di jalanan

tiada daun-daun palma

domba putih menyeret azab dan dera

merunduk oleh tugas teramat dicinta

dan ditanam atas maunya.

Mentari meleleh

segala menetes dari luka

dan leluhur kita Ibrahim

berlutut, dua tangan pada Bapa:

- Bapa kami di sorga

telah terbantai domba paling putih

atas altar paling agung.

Bapa kami di sorga

berilah kami bianglala!

Ia melangkah ke Golgota

jantung berwarna paling agung

mengunyah dosa demi dosa

dikunyahnya dan betapa getirnya.

Tiada jubah terbentang di jalanan

bunda menangis dengan rambut pada debu

dan menangis pula segala perempuan kota.

- Perempuan!

mengapa kautangisi diriku

dan tiada kautangisi dirimu?

Air mawar merah dari tubuhnya

menyiram jalanan kering

jalanan liang-liang jiwa yang papa

dan pembantaian berlangsung

atas taruhan dosa.

Akan diminumnya dari tuwung kencana

anggur darah lambungnya sendiri

dan pada tarikan napas terakhir bertuba:

- Bapa, selesailah semua!

PERARAKAN SERATUS SALIB JUMAT AGUNGSejumlah umat Kristen melakukan perarakan penyaliban diri dalam ibadah Jumat Agung di Gereja Kristen Jawa, Karangdowo, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (30/3/2018). ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Demikianlah tujuh contoh puisi Jumat Agung yang bisa dijadikan bahan renungan atau dibacakan saat mengenang kembali kisah sengsara dan wafat Yesus Kristus di kayu salib.

Dengan membaca dan merenungi kisah sengsara dan wafat Yesus lewat puisi, umat Kristen bisa merasakan betapa besar cinta kasih Allah Bapa di surga, hingga Ia rela mengorbankan Putera-Nya yang Tunggal untuk menebus dosa umat manusia.


tirto.id - Edusains

Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Lucia Dianawuri & Yulaika Ramadhani

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |