7 Rekomendasi Film Religi Indonesia Ditonton saat Lebaran 2025

3 days ago 25

tirto.id - Sesaat lagi umat Islam di Indonesia akan melaksanakan Lebaran 1446 H yang jatuh pada 31 Maret 2025 mendatang. Momentum Libur Lebaran bisa diisi oleh berbagai tindakan yang menyenangkan, seperti mengunjungi sanak saudara, berkumpul dengan rekan sejawat, hingga menonton film untuk menghabiskan waktu libur.

Ada banyak pilihan film religi yang bisa ditonton dalam momentum Lebaran 2025. Film-film tersebut memuat dalam berbagai nilai-nilai yang menyentuh di berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya menghadirkan cerita yang sarat dengan nilai-nilai moral, tetapi juga mengajak kita untuk merenung dan memperdalam pemahaman tentang kehidupan, kesabaran, dan keimanan.

Dengan beragam tema yang menarik, dari drama, petualangan, hingga komedi, film-film religi ini menawarkan pengalaman menonton yang menginspirasi dan mendidik sepanjang momentum Lebaran yang sayang untuk dilewatkan.

Berikut adalah daftar rekomendasi film religi Indonesia yang bisa ditonton saat Lebaran 2025:

1. Buya Hamka (2023)

Film Buya Hamka menceritakan kisah hidup salah satu tokoh agama dan sastrawan terbesar Indonesia, Buya Hamka. Film ini menggali berbagai aspek kehidupan Hamka, mulai dari perjalanan intelektual hingga peranannya dalam perjuangan kemerdekaan dan dakwah.

Keinginan Hamka untuk menuntut ilmu membawanya merantau ke berbagai daerah, termasuk Mekah, untuk memperdalam pengetahuan tentang Islam. Selain memperlihatkan sisi spiritual dan intelektualnya, film ini juga menggambarkan tantangan yang dihadapi Hamka dalam mempertahankan prinsip dan keyakinannya di tengah-tengah berbagai perubahan zaman.

Sepanjang perjalanan hidup Hamka, ia menghadapi banyak tantangan, seperti tuduhan politik yang menimpanya, penahanan oleh rezim Orde Lama, hingga perjuangan untuk mempertahankan ajaran Islam di tengah dinamika dan perubahan zaman yang semakin kompleks.

2. Merindu Cahaya di Amstel (2022)

Film Merindu Cahaya di Amstel adalah sebuah drama religi romantis yang diadaptasi dari novel karya Arumi E. Cerita ini berfokus pada kehidupan seorang fotografer asal Indonesia bernama Nico, yang tinggal di Belanda.

Suatu hari, dalam perjalanannya, Nico bertemu dengan Khadeeja, seorang gadis keturunan Belanda yang telah memeluk Islam. Meskipun Khadeeja memiliki masa lalu yang kelam, ia kini menjalani kehidupan dengan penuh keteguhan dan keyakinan dalam agamanya. Kepribadian Khadeeja yang kuat dan keyakinannya yang mendalam membuat Nico terpesona dan tertarik padanya.

Di samping itu, Maudy, sahabat Nico, diam-diam menyimpan perasaan cinta padanya. Konflik batin mulai muncul, tidak hanya dalam hubungan antara Nico dan Maudy, tetapi juga dalam perjuangan Nico untuk memahami perbedaan keyakinan yang ada antara dirinya dan Khadeeja.

3. Ajari Aku Islam (2019)

Film Ajari Aku Islam mengangkat kisah cinta yang penuh tantangan antara Kenny, seorang pria keturunan Tionghoa, dan Fidya, seorang wanita Muslim. Meskipun keduanya saling mencintai, hubungan mereka ditentang oleh keluarga masing-masing karena perbedaan agama dan budaya yang ada di antara mereka.

Situasi menjadi semakin rumit ketika Kenny dijodohkan oleh orang tuanya dengan Chelsea Tan. Sementara, Fidya bertemu dengan cinta lamanya, Fahri, yang baru saja kembali dari Turki setelah menyelesaikan kuliah.

Di tengah segala perbedaan yang ada, Kenny dan Fidya berusaha mempertahankan cinta mereka meski harus menghadapi kenyataan bahwa hubungan mereka tidak mudah diterima oleh keluarga. Melalui film ini, terdapat pesan moral bahwa cinta bisa menjadi jembatan untuk mengatasi berbagai perbedaan, jika dilandasi dengan pengertian dan niat yang baik.

4. Sang Kiai (2013)

Film Sang Kiai adalah sebuah karya yang mengangkat kisah hidup seorang ulama besar Indonesia, Kiai Haji Hasyim Asyari, yang menjadi salah satu tokoh sentral dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam film ini, Kiai Hasyim digambarkan sebagai sosok yang tidak hanya berperan sebagai pemimpin agama, tetapi juga sebagai pejuang yang turut berjuang melawan penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia.

Kehidupan beliau yang penuh dedikasi terhadap pendidikan agama dan bangsa menjadi fokus utama dalam alur cerita. Hal ini juga menggambarkan peran besar Kiai Hasyim dalam mendirikan Nahdlatul Ulama dan mempengaruhi pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Ketika pada masa pendudukan Jepang, KH Hasyim Asy’ari ditangkap dan dipenjara karena menolak tunduk terhadap pemerintahan Jepang. Penangkapan tersebut memicu perlawanan dari para santri dan ulama di pesantren Tebuireng, yang dipimpin oleh putra beliau, KH Wahid Hasyim, serta seorang santri muda bernama Harun. Mereka bersatu dalam perjuangan untuk mempertahankan citra pesantren dan menentang penjajahan.

5. 99 Cahaya di Langit Eropa (2013)

Film 99 Cahaya di Eropa mengisahkan perjalanan pasangan perempuan muda asal Indonesia, Hanum, yang pergi ke Eropa bersama suaminya, Rangga. Mereka pergi untuk menuntut ilmu dan merasakan pengalaman hidup di luar negeri.

Di Eropa, mereka menghadapi tantangan besar, tidak hanya dalam hal adaptasi budaya, tetapi juga dalam memahami perbedaan agama dan tradisi yang ada di sana. Mereka bertemu dengan berbagai tokoh yang memiliki pandangan dan cara hidup berbeda, namun tetap memperjuangkan keyakinan mereka dengan penuh cinta dan dedikasi.

Perjalanan Hanum dan Rangga di Eropa membawa mereka untuk menemukan jejak-jejak sejarah Islam yang ada di benua Eropa, yang dibawa oleh bangsa Turki melalui Merzifonlu Kara Mustafa Pasha pada masa Kesultanan Utsmaniyah. Penemuan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan mereka tentang sejarah Islam, tetapi juga mengajak mereka untuk lebih mendalami ajaran agama dan melihat bagaimana Islam berkembang dan dipraktikkan di Eropa.

6. Negeri 5 Menara (2012)

Film Negeri 5 Menara menceritakan kisah inspiratif tentang lima pemuda yang berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang yang berbeda-beda, namun memiliki impian yang sama untuk mengubah hidup mereka. Mereka semua bertemu di sebuah pesantren di daerah Jawa Timur dan menjalani kehidupan yang penuh tantangan.

Di pesantren ini, mereka berjuang untuk meraih cita-cita melalui pendidikan. Selain ilmu agama, mereka juga belajar tentang kehidupan dan nilai-nilai persahabatan yang menguatkan semangat mereka untuk menghadapi segala rintangan.

Seiring berjalannya waktu, kelima pemuda tersebut semakin menyadari bahwa kesuksesan bukan hanya ditentukan oleh latar belakang atau kondisi sosial mereka, tetapi lebih kepada tekad, usaha, dan pendidikan yang mereka terima. Dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup, mereka belajar untuk saling mendukung dan memperjuangkan impian masing-masing.

7. Perempuan Berkalung Sorban (2009)

Film Perempuan Berkalung Sorbanmengisahkan kehidupan seorang wanita muda bernama Aisyah, yang terlahir dalam keluarga pesantren di Jawa. Aisyah adalah sosok yang cerdas dan bersemangat, namun terhalang oleh tradisi dan pandangan patriarki yang mengikat peran perempuan dalam masyarakat.

Film ini menggambarkan perjuangan Aisyah untuk menuntut haknya dalam pendidikan dan kebebasan, serta bagaimana ia berusaha melawan tekanan sosial dan adat yang membatasi potensinya sebagai individu. Konflik utama dalam cerita ini terletak pada ketegangan antara tradisi dan cita-cita Aisyah untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.

Aisyah tidak hanya berhadapan dengan keluarga dan masyarakat yang konservatif. Ia juga berhadapan dengan konflik dalam dirinya sendiri, untuk berusaha mengatasi rasa takut dan keraguan yang muncul dalam proses perubahan di lingkungannya.


tirto.id - Film

Kontributor: Chyntia Dyah Rahmadhani
Penulis: Chyntia Dyah Rahmadhani
Editor: Wisnu Amri Hidayat

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |