tirto.id - Pada akhir periode musim hujan tahun ini, banjir melanda sejumlah kawasan di Pulau Jawa. Mulai dari wilayah Jawa Tengah hingga wilayah Jabodetabek pada pekan pertama Maret 2025.
Sampai dengan Rabu (5/3/2025) siang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta mencatat ada 30 RT di Jakarta yang masih terendam banjir.
Banjir tidak hanya membawa kerugian material bagi mereka yang terdampak. Menurut Pengurus Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Dokter Iqbal Mochtar, setelah terjadinya banjir, biasanya akan ada kejadian lanjutan terkait sanitasi yang memburuk dan kontaminasi air dan makanan.
Kondisi tersebut rentan menimbulkan penyakit bagi mereka yang terdampak. Iqbal menyebut ada empat kelompok penyakit yang kerap muncul di lingkungan yang terdampak banjir.
“Jadi, yang pertama itu terkait air yang sudah tercemar. Biasanya itu penyakit-penyakitnya itu antara lain kayak diare, kolera, kemudian leptospirosis,” terangnya lewat pesan singkat kepada Tirto, Rabu (5/3/2025).
Seturut informasi dari laman Kementerian Kesehatan, penyakit yang disebut terakhir adalah adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. Penyakit ini menular lewat paparan air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan. Oleh karena itulah, warga terdampak banjir amat rentan terpapar bakteri tersebut.
Penyakit Pascabanjir
Kelompok penyakit kedua yang banyak terjadi pascabanjir adalah penyakit terkait infeksi saluran pernafasan.
“Jadi akan banyak ditemukan infeksi saluran pernafasan akut, akibat paparan dengan udara yang lembab dan infeksi bakteri,” tambah Iqbal.
Pria yang juga menjabat sebagai Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) ini menyebut bisa juga terjadi pneumonia. Kelembaban yang tinggi disertai paparan kuman membuat terjadinya infeksi paru-paru yang berujung pneumonia.
Iqbal menambahkan bahwa kelompok penyakit kulit sebagai kluster penyakit yang juga umum ditemui setelah adanya banjir. Biasanya, penyakit seperti infeksi jamur, infeksi bakteri, dan infeksi lainnya bisa menyerang orang-orang yang terdampak banjir.
Kontak kulit dengan air kotor atau zat kimia bisa menyebabkan beragam permasalahan kulit.
“Dan, yang tidak kalah penting–dan ini sangat banyak dan marak terjadi–adalah demam bedarah dan malaria,” tutur Iqbal.
Munculnya genangan-genangan air menjadi magnet memancing populasi nyamuk yang merupakan vektor penyakit tersebut.
Sementara itu, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) juga menyebut ada sejumlah penyakit yang umum mengalami peningkatan kasus setelah terjadinya banjir. Dia mengelompokkan penyakit-penyakit tersebut berdasar cara persebarannya.
“Ada yang menyebar melalui makanan dan minuman, penyebaran lewat nyamuk, dan penyebaran lewat tikus,” ujarnya kepada Tirto, Rabu (5/3/2025).
Ari menyoroti penyakit seperti diare, muntaber, dan infeksi usus lainnya. Pada kejadian banjir Jakarta sebelumnya, diare bahkan menjadi kejadian luar biasa (KLB). Untuk penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, demam berdarah menjadi yang paling berbahaya dan banyak terjadi pascabanjir.
Ari juga menyoroti secara khusus Leptospirosis sp. Di kondisi banjir, bakteri tersebut dengan mudah menyebar bersama air. Jika seseorang mengalami luka terbuka, akan sangat mudah bakteri masuk lewat media air banjir.
“Penyakit leptospirosis sangat berbahaya jika penyakit berlanjut dengan berbagai komplikasi, antara lain terjadi kerusakan ginjal, peradangan pankreas, liver, paru, dan otak,” kata Ari.
Selain itu, Ari menyebut anak-anak sebagai kelompok yang paling rentan terkena penyakit setelah banjir. Saat banjir melanda, masyarakat yang terdampak biasanya akan disibukkan dengan aktivitas mengungsi ke tempat sementara. Ditambah dengan cuaca yang tidak mendukung, kondisi tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang, terutama anak-anak.
Sementara menurut Iqbal, ada juga faktor kontaminasi terhadap makanan dan minuman. Lantaran kondisi terdesak, ada kecenderungan korban banjir menomorduakan faktor kebersihan makanan.
"Nah, orang yang kesulitan makan pascabanjir itu kemudian memakan tersebut tanpa mempertimbangkan kebersihannya,” ujar dia.
Dia juga menyebut saat kondisi banjir terjadi peningkatan kelembaban. Lingkungan yang lembab memudahkan pertumbuhan bakteri, virus, dan jamur.
Pencegahan Penyakit Setelah Banjir
Dari serangkaian bahaya sejumlah penyakit pascabanjir, ada sejumlah upaya yang disarankan untuk menghindarinya. Dokter Iqbal menekankan bahwa hal yang paling dasar adalah tetap memastikan kebersihan makanan dan minuman yang akan dikonsumsi.
"Kemudian yang paling penting itu jangan lupa mencuci tangan dengan sabun sebelum kita makan dan minum. Kemudian, ini juga disarankan kita menggunakan sepatu bot dan sarung tangan saat kita membersihkan area yang terdampak banjir," ujarnya.
Dia juga mengingatkan untuk mandi dengan air bersih setelah bersinggungan dengan air banjir. Terkait penanggulangan demam berdarah, pengendalian populasi nyamuk juga perlu dilakukan dengan segera menguras dan menghilangkan genangan air setelah kondisi membaik.
Senada dengan Iqbal, Dokter Ari juga menekankan pentingnya memastikan higienitas makanan dan minuman yang dikonsumsi serta mencuci tangan untuk menghindari infeksi usus.
Ari juga menyarankan warga terdampak banjir untuk mengkonsumsi suplemen vitamin, terutama untuk kelompok rentan seperti anak dan orang tua, untuk memastikan asupan gizinya.
"Anak-anak harus dicegah untuk tidak bermain-main di air banjir. Hal ini karena berpotensi mengakibatkan gangguan kesehatan maupun risiko terbawa arus atau tenggelam pada air banjir," tambah dia.
Tidak lupa, seandainya punya keluhan terkait penyakit yang disebutkan di atas juga jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
tirto.id - News
Reporter: Alfons Yoshio Hartanto
Penulis: Alfons Yoshio Hartanto
Editor: Fadrik Aziz Firdausi