Apa Dampak IHSG Anjlok hingga Dibekukan Sementara?

14 hours ago 6

tirto.id - Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) terjun tajam. Hal ini mengakibatkan Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) melakukan trading halt (penghentian perdagangan sementara). Apa dampak IHSG anjlok dan perdagangan saham dibekukan sementara?

Sebenarnya, trading halt merupakan prosedur yang telah tercantum di dalam peraturan BEI sebagai salah satu sistem perlindungan pasar. Jadi, pembekuan perdagangan ini bukanlah keputusan yang diambil secara spontan.

Prosedur ini bukan hanya diterapkan di Indonesia namun juga dalam bursa saham dunia termasuk Amerika Serikat, China, Jepang, dan Korea Selatan.

Fungsi dilakukannya trading halt adalah menjaga agar IHSG tidak semakin anjlok akibat kepanikan terhadap berita buruk.

Hal ini sekaligus memberikan waktu bagi investor untuk mempelajari situasi dan mengkaji ulang strategi bisnisnya. Dengan begitu, investor bisa mengambil keputusan yang lebih matang dan rasional.

Penyebab IHSG Anjlok

Dalam sistem perdagangan di Indonesia, ada beberapa kondisi yang memicu pembekuan perdagangan saham, yaitu:

  • IHSG mengalami penurunan lebih dari 5 persen dalam satu sesi perdagangan. Kondisi ini akan membuat BEI menghentikan perdagangan selama 30 menit.
  • Apabila setelah dibuka kembali IHSG masih mengalami penurunan lebih dari 10 persen, perdagangan akan dihentikan kembali selama 30 menit.
  • Jika penurunan terus berlanjut hingga lebih dari 15 persen, perdagangan saham bisa dihentikan hingga akhir sesi atau bahkan hingga ke hari berikutnya. Hal ini akan diputuskan berdasarkan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dalam kasus terbaru (18/3/2025), IHSG tercatat mengalami penurunan hingga 6.076 persen pada perdagangan sesi pertama. Kondisi ini mengharuskan BEI menghentikan perdagangan selama 30 menit.

Dikutip dari Antara (18/3/2025), Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menjelaskan bahwa penyebab utama dari penurunan IHSG kali ini disebabkan oleh berbagai hal yang terjadi dalam lingkup internasional maupun domestik.

Salah satunya adalah kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) terhadap negara mitra dagangnya telah menyebabkan dampak negatif ke berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia.

Selain itu, kondisi ekonomi global yang labil, kebijakan moneter ketat yang diterapkan bank sentral dunia, dan gejolak geopolitik internasional juga menjadi faktor penting yang memengaruhi penurunan IHSG.

Dari sisi domestik, banyak kebijakan ekonomi yang dianggap kontroversial oleh pasar sehingga membuat investor lokal maupun asing khawatir.

Diantaranya adalah penghapusan pencatatan utang program, penghapusan utang UMKM, dan rencana pembentukan 80.000 koperasi desa melalui skema pendanaan sebesar Rp400 triliun dari bank milik negara (HIMBARA).

Mengutip Tempo (18/3/2025), Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, mengatakan bahwa kinerja APBN 2025 yang jeblok di awal tahun ini juga menjadi salah satu pemicu turunnya IHSG. Adapun hingga Februari 2025 penerimaan pajak turun 30,19 persen

"Semua khawatir bahwa risiko fiskal kian mengalami peningkatan di Indonesia yang membuat banyak pelaku pasar dan investor pada akhirnya memutuskan untuk beralih kepada investasi lain yang jauh lebih aman dan memberikan kepastian imbal hasil. Sehingga saham menjadi tidak menarik, dan mungkin obligasi menjadi pilihan setelah saham," ungkap Nico.

Selain itu, pejabat tinggi pemerintahan juga kerap membuat pernyataan yang kontroversial. Salah satunya adalah pernyataan Presiden Prabowo Subianto bahwa saham adalah bentuk perjudian, dilansir dari Antara (18/3/2024)

Pernyataan Presiden yang kurang berhati-hati ini sangat mempengaruhi kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Disadur dari Antara (18/3/2025), saham-saham unggulan dari sektor perbankan seperti BMRI, BBRI, BBCA, dan BBTN yang menjadi pilar utama IHSG, dalam beberapa bulan terakhir mengalami penurunan yang cukup signifikan. Bahkan beberapa saham tercatat anjlok lebih dari 40%.

Perpaduan antara faktor-faktor di atas, membuat para investor melakukan penjualan saham secara besar-besaran.

Maka, terjadilah efek penurunan yang berkesinambungan pada sektor lainnya termasuk properti, teknologi, energi, hingga bahan baku.

Dampak IHSG Anjlok dan Pembekuan Sementara

Disampaikan oleh Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita bahwa IHSG yang mengalami penurunan tajam menandakan kondisi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja. Hal ini tentunya menimbulkan kepanikan di kalangan investor dan masyarakat umum, disadur dari CNN (19/3/2025).

Daripada merugi terlalu besar, investor memilih untuk menarik dana dari bursa saham Indonesia sambil memantau bagaimana cara pemerintah memperbaiki ketidakstabilan kondisi ekonomi.

Hal yang dikhawatirkan adalah, apabila investor saham retail merugi, akan terjadi tekanan terhadap masyarakat kelas bawah.

Sebab, modal yang digunakan untuk menggerakkan roda ekonomi akan berkurang. Akibatnya, daya beli memburuk, lapangan kerja semakin sedikit dan tingkat kemiskinan meningkat.

Oleh karena itu, pemerintah perlu segera memulihkan kepercayaan investor dengan menunjukkan komitmen nyata terhadap stabilitas ekonomi negara dan transparansi dalam segala kebijakan ekonomi yang diterapkan.

Namun, bagi investor jangka panjang, momen seperti ini justru dapat menjadi peluang untuk membeli saham-saham berkualitas dengan harga yang lebih rendah.

Tujuannya adalah melakukan akumulasi aset. Sebab, mereka meyakini pasar saham selalu bergerak dalam siklus, dimana penurunan tajam bisa jadi menjadi awal pertumbuhan perusahaan untuk menjadi lebih kuat.

Menanggapi peristiwa ekonomi ini, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Sufmi Dasco Ahmad ditemani Ketua Komisi XI DPR RI Muhamad Misbakhun serta jajaran anggota DPR lainnya melakukan kunjungan ke Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (18/03/2025) siang.

Kunjungan tersebut dianggap sebagai bentuk dukungan DPR RI terhadap BEI dan pasar modal Indonesia.


tirto.id - Ekonomi

Kontributor: Febriyani Suryaningrum
Penulis: Febriyani Suryaningrum
Editor: Dipna Videlia Putsanra

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |