Apakah PFN termasuk BUMN & Apa Film yang Dibuat Selain Unyil?

7 hours ago 21

tirto.id - Produksi Film Negara (FPN) menjadi sorotan belakangan ini, usai Ifan Seventeen ditunjuk sebagai Direktur Utama (Dirut) perusahaan itu. Penunjukan Ifan sebagai Dirut PFN menimbulkan pro-kontra.

Pro-kontra penunjukan Ifan Seventeen sebagai Dirut PFN terjadi, salah satunya karena latar belakang sosok kelahiran Yogyakarta itu. Ifan selama ini lebih banyak berkecimpung di dunia hiburan sebagai vokalis band. Ia bergabung dengan Seventeen sejak 2006, mengisi kekosongan vokalis setelah Doni Johan Saputra hengkang.

Bersama Seventeen, Ifan meraih kesuksesan besar. Terlebih saat band asal Yogyakarta itu merilis album studio bertajuk Lelaki Hebat (2008). Tembang "Selalu Mengalah" menjadi salah satu track di album ‘Lelaki Hebat’ yang mengangkat nama Ifan dan Seventeen.

Sementara, Ifan terhitung jarang tampil di depan kamera sebagai seorang aktor. Namun Ifan tercatat pernah berakting di film "Sukep: The Movie". Selebihnya, nama Ifan lebih dikenal sebagai seorang vokalis dan penyanyi.

Ifan juga pernah mencoba peruntungan di ranah politik. Ia mencalonkan diri sebagai calon legislatif (caleg) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI pada 2014 (Partai Gerindra) daerah pemilihan (dapil) Yogyakarta. Lalu juga caleg DPR RI (PKB) pada 2019 dapil Kalimantan Barat (Kalbar) 1. Seluruhnya, Ifan gagal lolos ke Senayan.

Apakah PFN termasuk BUMN & Sejarah Terbentuknya

Produksi Film Negara (PFN) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). PFN diresmikan sebagai BUMN melalui Peraturan Pemerintah (PP) 5/1988, tertanggal 7 Mei 1988.

Perubahan PFN menjadi BUMN dimaksudkan agar perusahaan itu dapat menjalankan aktivitas secara mandiri, berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan sembari misi PFN bisa berjalan sesuai dengan tuntutan pembangunan Nasional.

Jauh sebelum itu, cikal-bakal PFN sudah ada sejak Java Pacific Film (JPF) terbentuk tahun 1934 oleh Albert Balink. Kemudian pada 1936, JPF berubah menjadi Algemeen Nederlandsch Indisch Filmsyndicaat (ANIF)/Sindikat Umum Film Hindia Belanda. Pada tahun 1943, ANIF diambil-alih Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang. Namanya kemudian diubah menjadi Nippon Eiga Sha/Perusahaan Film Jepang.

Berlanjut ke era pasca kemerdekaan. RM Soetarto mendirikan Perusahaan Umum Produksi Film Negara (PT PFN) sebagai Berita Film Indonesia (BFI) pada tanggal 6 Oktober 1945. Pendirian BFI kala itu disaksikan Menteri Penerangan, Amir Syarifuddin.

BFI resmi bergabung menjadi lembaga di bawah Kementerian Penerangan. Pada tahun 1950, Kementerian Penerangan mengubah bentuk BFI menjadi Perusahaan Pilem Negara (PPN) lalu berganti menjadi Perusahaan Film Negara (PFN)

Pada 1957, PFN lantas dibagi menjadi 4 badan, yaitu Central Film Laboratory (CFL), Dinas Film Penerangan (DFP), Dinas Film Cerita (DIFTA) dan Kantor Peredaran Film (KPF).

Kemudian Kementerian Penerangan memutuskan untuk menjadikan PFN sebagai Pusat Produksi Film Negara (PPFN) pada tanggal 16 Agustus 1975, melalui melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Penerangan Nomor 55B/MENPEN/1975. PPFN bergabung di bawah Direktorat Jenderal Radio Televisi dan Film (RTF) Departemen Penerangan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) .

Status PPFN lantas berubah menjadi BUMN pada 1988. Terbaru pada 12 Oktober 2023, dilakukan penandatanganan akta pendirian PT Produksi Film Negara (Persero) di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta.

Hal tersebut menjadi tindak lanjut dari PP 42/2023 (10 Agustus 2023), tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) PFN menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) yang ditandatangani oleh Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Apa Saja Film yang Dibuat PFN Selain Unyil?

PFN diketahui pernah memproduksi ‘Si Unyil (1981)’ sebagai film seri televisi anak-anak, lalu berlanjut dengan Animasi Petualangan Si Unyil (2019). Namun PFN tak hanya memproduksi Si Unyil. Sejumlah film lain juga digarap PFN.

Melansir portofolio perusahaan, PFN memproduksi berbagai jenis film, seperti film layar lebar, film pendek, iklan layanan masyarakat, hingga program TV. PFN juga pernah bekerja sama dengan sutradara kenamaan, seperti Hanung Bramantyo.

Kerja sama PFN dan Hanung itu terjadi saat merilis film pendek ‘Positif (2020)’ yang berdurasi 38 menit. ‘Positif’ juga dibintangi aktor dan komika, Yusril Fahriza. Berikut ini beberapa hasil produksi dari PFN:

  • Film layar lebar: Kuambil Lagi Hatiku (2019), Anak Titipan Setan (2023)
  • Film pendek: Isolasi & Spaghetti, Menantu Pilihan Bapak, Positif, Riuh, Serangan Fajar, Ulang Tahun Pernikahan, Meja Makan, Ride to Farm, Bukan Sekedar Kata Kasar
  • Film klasik: Pelangi di Nusa Laut (1992), Surat Untuk Bidadari (1992), Operasi Trisula (1986), Djakarta 66 (1986), Pengkhianatan G30S/PKI, Kereta Api Terakhir (1981), Serangan Fajar (1981), Harmonikaku (1979), Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa (1979), Si Nila (1979), Djajaprana (1955), Si Melati (1954), Belenggu Masyarakat (1953), Si Pintjang (1951), Inspektur Rachman (1950), Antara Bumi dan Langit (1936)
  • Program TV: Corat-Coret (2020), Animasi Petualangan Si Unyil (2019), Si Unyil (1981)

tirto.id - Edusains

Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Fitra Firdaus

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |