tirto.id - Ayat tentang wakaf tersedia di beberapa surah dalam Al-Qur'an. Dalil lainnya ditemukan pula pada hadis tentang wakaf. Apa saja dalil-dalil yang menjadi dasar hukum wakaf tersebut?
Wakaf adalah ibadah sunah yang dianjurkan dalam Islam. Keistimewaan melakukan wakaf yaitu amalan tersebut bagian dari sedekah yang tidak terputus kebaikannya.
Wakaf menjadi bentuk investasi akhirat bagi orang yang mewakafkan hartanya. Selama objek wakaf masih memiliki manfaat bagi umat, maka pahala akan terus mengalir bagi pemberi wakaf meski sudah meninggal.
Dasar Hukum Wakaf
Wakaf berasal dari bahasa Arab wakafa (وقف) yang berarti menahan, berhenti, atau diam. Jumhur ulama mazhab Syafi’i mengistilahkan wakaf adalah perilaku menahan harta yang diambil manfaatnya secara tetap, serta untuk dibelanjakan pada hal-hal yang bernilai ibadah maupun mubah. Hukum wakaf adalah mustahab (sunah) hijika terpenuhi persyaratannya. Menurut Al-Qadhi Abu Syuja' dalam Matan Taqrib, hukumnya mubah atau boleh.
Al-Qadhi Abu Syuja' juga mengemukakan beberapa syarat mengenai wakaf. Ia mengatakan:
"Wakaf itu dibolehkan asalkan memenuhi tiga syarat, yaitu: (1) barang yang diwakafkan bisa dimanfaatkan dan keadaannya tetap utuh, (2) barang yang diwakafkan sudah ada dan merupakan bagian yang tidak terpisah, (3) barang yang diwakafkan bukan untuk perkara yang diharamkan. Penggunaan harta wakaf harus mengikuti persyaratan orang yang mewakafkan; entah itu mendahulukan, menunda, menyamakan, atau melebihkan (pemberian wakaf kepada sebagian dari pihak yang menerima wakaf)."
Ayat Al-Quran dan Hadis Tentang Wakaf, Arab dan Artinya
Dalil-dalil tentang wakaf ada di dalam Al-Qur'an dan hadis. Dalil sahih ini menjadi landasan untuk melakukan ibadah wakaf sehingga sesuai sunah.
Berikut daftar dalil Al-Qur'an dan hadis yang berkaitan dengan wakaf:
1. Ayat tentang wakaf
Dalil Al-Qur'an tentang wakaf berada di beberapa tempat. Daftarnya seperti berikut:
a. Surah Ali Imran Ayat 92
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ٩٢
Lan tanālul-birra ḥattā tunfiqụ mimmā tuḥibbụn, wa mā tunfiqụ min syai`in fa innallāha bihī ‘alīm
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan [yang sempurna] sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apapun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya." (QS. Ali-Imran [3]:92).
b. Surah Al-Baqarah ayat 267
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ ۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ اِلَّآ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِ ۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ ٢٦٧
Yā ayyuhallażīna āmanū anfiqụ min ṭayyibāti mā kasabtum wa mimmā akhrajnā lakum minal-arḍ, wa lā tayammamul-khabīṡa min-hu tunfiqụna wa lastum bi`ākhiżīhi illā an tugmiḍụ fīh, wa’lamū annallāha ganiyyun ḥamīd.
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata [enggan] terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Baqarah [2]:267).
c. Surah Al-Baqarah ayat 261
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ٢٦١
Maṡalullażīna yunfiqụna amwālahum fī sabīlillāhi kamaṡali ḥabbatin ambatat sab’a sanābila fī kulli sumbulatim mi`atu ḥabbah, wallāhu yuḍā’ifu limay yasyā`, wallāhu wāsi’un ‘alīm.
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti [orang-orang yang menabur] sebutir biji [benih] yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan [pahala] bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]:261).
d. Surah Al-Hajj ayat 77
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ارْكَعُوْا وَاسْجُدُوْا وَاعْبُدُوْا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ۚ۩ ٧٧
Yā ayyuhallażīna āmanurka’ụ wasjudụ wa’budụ rabbakum waf’alul-khaira la’allakum tufliḥụn
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah, sujudlah, sembahlah Tuhanmu, dan lakukanlah kebaikan agar kamu beruntung,” (QS. Al-Hajj [22]:77).
2. Hadis tentang wakaf
Ada beberapa hadis yang berkaitan dengan wakaf yaitu:
a. Hadis dari Abu Hurairah
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang saleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim, no. 1631).
Najba sedekah jariyah tersebut adalah wakaf. Ibnu Hajar Al Asqalani menempatkan hadis tersebut pada kitab Bulughul Maram di bahasan wakaf dan menafsirkan sedekah jariyah dengan wakaf.
b. Hadis dari Ibnu Umar
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu, ia berkata, “Umar pernah mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, lalu ia menghadap Nabi mohon petunjuk beliau tentang pengelolaannya lantas berkata, 'Wahai Rasulullah, saya mendapatkan tanah di Khaibar. Yang menurut saya, saya belum pernah memiliki tanah yang lebih baik daripada tanah tersebut.' Beliau bersabda,
إِنْ شِئْتَ حَبَّسْتَ أَصْلَهَا ، وَتَصَدَّقْتَ بِهَا
'Kalau engkau mau, kau tahan pohonnya dan sedekahkan buah (hasilnya).'
Perawi hadis berkata, "Lalu Umar mewakafkan tanahnya dengan syarat pohonnya tidak boleh dijual, tidak boleh dihadiahkan, dan tidak boleh jadi warisan. Hasil dari pohon tersebut disedekahkan kepada kaum fakir, kerabat-kerabat, budak-budak, orang-orang yang membela agama Allah, tamu, dan musafir yang kehabisan bekal. Namun tidak masalah bagi pengurus wakaf untuk memakan hasilnya dengan baik dan memberi makan teman-temannya yang tidak memiliki harta." (Muttafaq ‘alaih, HR. Bukhari no. 2772 dan Muslim no. 1632)
tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Ilham Choirul Anwar