tirto.id - Hanya setahun setelah resmi memasarkan produknya di Indonesia, Build Your Dreams (BYD) Automobile mengambil langkah besar untuk memperkuat cengkeraman bisnis otomotifnya di negeri ini. Pada Januari 2025, perusahaan mobil listrik asal Tiongkok tersebut mengumumkan rencana pembangunan pabrik di Subang Smartpolitan, Jawa Barat.
Pabrik BYD kini sedang dalam tahap pembangunan dan dijadwalkan mulai beroperasi pada 2026. Menurut CNBC, investasi untuk pusat produksi otomotif tersebut mencapai 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp16 triliun, dengan kapasitas produksi 150 ribu unit mobil per tahun. Menariknya, BYD berencana memfokuskan produksi di Subang untuk memenuhi kebutuhan ekspor.
Lebih dari sekadar memproduksi mobil listrik, BYD tampaknya juga berencana melakukan riset dan pengembangan teknologi lain di fasilitas yang sedang mereka bangun.
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Kompas, Liu Xueliang, General Manager BYD Asia-Pasifik, menyatakan, "Dengan tambahan investasi dan penguatan industri, kami berkomitmen meningkatkan kapasitas produksi di pabrik BYD di Indonesia serta mengembangkan teknologi seperti baterai untuk kendaraan New Energy Vehicle."
BYD memulai usahanya sebagai produsen baterai pada 1995, sebelum merambah ke industri otomotif. Awalnya mereka berfokus pada kendaraan berbahan bakar fosil. Tak lama setelahnya, perusahaan yang berkantor pusat di Kota Xi'an ini dengan cepat beralih ke transportasi listrik, memanfaatkan keahliannya dalam teknologi baterai untuk menjadi salah satu produsen kendaraan listrik terkemuka di dunia.
Saat ini, BYD telah melampaui Tesla sebagai produsen kendaraan listrik terbesar di dunia dalam hal penjualan. Pada 2023, perusahaan yang berdiri sejak 2003 tersebut mampu menjual sekitar 3,02 juta kendaraan energi baru (termasuk kendaraan hibrida dan listrik). Adapun 1,57 juta unit di antaranya merupakan kendaraan listrik murni—melampaui Tesla yang mencatatkan penjualan 1,31 juta unit.
Pencapaian BYD Automobile menandai perubahan besar dalam lanskap industri kendaraan listrik global, sekaligus menegaskan posisi Tiongkok yang bukan lagi pengikut, melainkan pemimpin.
Pertumbuhan pesat BYD didorong oleh inovasi dalam teknologi baterai, terutama baterai Blade, yang menawarkan keamanan dan efisiensi lebih baik dibandingkan baterai lithium-ion konvensional.
Baterai Blade yang diproduksi BYD dirancang untuk lebih tahan terhadap panas berlebih, sehingga mengurangi risiko kebakaran. Keunggulan teknologi ini, ditambah dengan harga yang kompetitif, memberikan mereka keunggulan besar dibandingkan produsen otomotif lainnya.
Dalam dua tahun terakhir, BYD secara agresif memperluas kehadirannya di pasar internasional. Pabrik pertama di luar Tiongkok telah diresmikan di Thailand pada Juli 2024. Setelah itu, mereka membangun pabrik-pabrik baru di Brasil, Hongaria, Turki, dan kini Indonesia.
Kehadiran dua pabrik di Asia Tenggara menunjukkan betapa seriusnya perusahaan yang didirikan oleh Wang Chuanfu itu dalam mengembangkan potensinya, baik sebagai pasar maupun pusat produksi.
ilustrasi BYD Automobile. foto/istockphoto
Dampak Investasi BYD bagi Indonesia
Masuknya BYD ke Indonesia berpotensi menghadirkan berbagai manfaat, mulai dari pertumbuhan ekonomi dan industri hingga keuntungan di bidang lingkungan serta energi. Seiring dengan upaya Indonesia mempercepat transisi menuju mobilitas berkelanjutan, kehadiran BYD dapat memberikan dorongan besar di berbagai aspek.
Salah satu manfaat langsung dari investasi ini adalah pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Pabrik BYD diproyeksikan mampu menyerap 18 ribu tenaga kerja. Itu belum termasuk permintaan tenaga kerja di sektor pendukung, seperti logistik, teknik, dan manajemen rantai pasokan.
Dengan makin banyaknya bisnis lokal yang terintegrasi ke dalam jaringan pasokan BYD, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ditengarai juga memperoleh manfaat, yang pada akhirnya berkontribusi pada ekspansi ekonomi Indonesia.
Kehadiran BYD digadang-gadang juga mampu memperkuat posisi Indonesia di kancah industri kendaraan listrik dengan mendorong ekosistem produksi baterai dan komponen. Hal ini tidak hanya bermanfaat mengurangi ketergantungan pada impor, tetapi juga meningkatkan potensi ekspor produk kendaraan listrik.
Jika sesuai dengan ekspektasi, Indonesia, yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia—bahan utama dalam baterai kendaraan listrik—berpeluang menjadi pusat produksi kendaraan listrik di kawasan Asia-Pasifik.
Sebagai salah satu pemimpin industri Electric Vehicle (EV), BYD tentu telah mengantongi ekspertis dalam perihal teknologi baterai dan produksi kendaraan.
Kolaborasi dengan produsen lokal, universitas, dan institusi riset, dapat mempercepat transfer pengetahuan, meningkatkan keterampilan tenaga kerja, dan mendukung pengembangan sektor otomotif dalam negeri. Kemitraan penelitian dan pengembangan (R&D) juga bisa mendorong adopsi teknologi kendaraan listrik mutakhir di Indonesia.
Dengan bantuan BYD, Indonesia berpeluang mengembangkan rantai pasokan yang terintegrasi secara vertikal, dari bahan mentah hingga produksi kendaraan jadi. Dalam jangka panjang, ini bisa membuka jalan bagi produksi mobil nasional (mobnas), yang selama ini semangatnya cenderung timbul tenggelam.
Di luar manfaat ekonomi dan industri, investasi BYD juga selaras dengan tujuan keberlanjutan Indonesia. Pemerintah telah mendorong penggunaan energi bersih dan pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Produksi kendaraan listrik lokal dapat mempercepat transisi ini, membantu Indonesia mencapai target netralitas karbon pada 2060.
Peningkatan adopsi kendaraan listrik akan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon, peningkatan kualitas udara, serta penurunan ketergantungan pada impor bahan bakar. Selain itu, ekspansi BYD dapat mendorong lebih banyak investasi dalam infrastruktur energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, untuk mendukung produksi kendaraan listrik yang berkelanjutan.
Dengan masuknya BYD ke pasar tanah air, konsumen Indonesia akan mendapat lebih banyak pilihan dalam segmen kendaraan listrik. Ketatnya persaingan biasanya menghasilkan produk yang lebih menjanjikan, harga lebih terjangkau, dan layanan purnajual lebih baik.
Kehadiran BYD juga dapat mendorong produsen otomotif lain, baik lokal maupun internasional, untuk memperluas lini bisnis kendaraan listriknya dan menawarkan harga lebih kompetitif. Hal itu diharapkan membuat tujuan transisi energi di Indonesia menjadi lebih menarik dan lebih terjangkau bagi masyarakat luas.
Meski begitu, investasi BYD di Indonesia harus diawasi secara ketat. Baru-baru ini, menurut laporan Reuters, inspektorat tenaga kerja Brasil berhasil menyelamatkan 163 pekerja Tiongkok dari lokasi konstruksi pabrik BYD di Bahia. Ratusan buruh itu diduga mengalami kondisi kerja "mirip perbudakan", termasuk jam kerja panjang, kondisi hidup tidak sehat, dan paspor yang ditahan oleh pemberi kerja. Insiden ini memicu penghentian sementara penerbitan visa kerja BYD di Brasil.
BYD membantah tuduhan tersebut. Namun, kasus itu menjadi pengingat bagi Indonesia untuk memastikan agar standar ketenagakerjaan ditegakkan dengan baik. Pemerintah dan pebisnis harus memastikan transparansi dan perlindungan hak-hak pekerja agar investasi dapat membawa manfaat ekonomi, tanpa mengorbankan kesejahteraan tenaga kerja.
Masuknya BYD ke Indonesia mengantarkan banyak peluang, mulai dari penciptaan lapangan kerja hingga percepatan adopsi kendaraan listrik. Dengan strategi yang tepat, kehadiran produsen kendaraan asal Tiongkok tersebut bisa menjadi batu loncatan bagi Indonesia menuju industri otomotif yang lebih mandiri dan berkelanjutan.
tirto.id - Mild report
Kontributor: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadli Nasrudin