tirto.id - Syawalan menjadi salah satu tradisi yang dilaksanakan umat Islam Indonesia pada hari-hari setelah pelaksanaan salat Idul Fitri. Tepat pada 1 Syawal merupakan Hari Raya Idul Fitri dan hari-hari setelahnya akan banyak dimanfaatkan untuk bersilaturahmi.
Agenda bersilaturahmi dan saling memaafkan selama beberapa waktu di bulan Syawal kerap disebut dengan istilah “Syawalan”. Istilah “Syawalan” berasal dari kata “Syawal” mengacu pada bulan kesepeluh dalam kalender.
Bulan Syawal menjadi momentum Hari Raya Idul Fitri, tepatnya pada 1 Syawal. Permulaan bulan Syawal disambut dengan bahagia sukacita karena 1 Syawal bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri.
Lantas, apa itu Syawalan? Bagaimana hikmah Syawalan Idul Fitri dan filosofi tradisinya dalam Islam? Simak penjelasannya dalam artikel ini.
Apa itu Syawalan? Ini Penjelasannya
Ilustrasi syawalan di sekolah. (FOTO/magelang.kemenag.go.id)
Idul Fitri atau Lebaran erat kaitannya dengan pelaksanaan silaturahmi, mengunjungi saudara dan kerabat, halal bihalal, serta saling memaafkan. Agenda demikian dalam beberapa kelompok masyarakat disebut dengan istilah “Syawalan”.
Syawalan merupakan bagian dari budaya masyarakat muslim Indonesia dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Agenda Syawalan terus berkembang seiring dengan dakwah Islam di Nusantara.
Latar belakang pelaksanaan Syawalan salah satunya ialah perintah untuk menjalin hubungan baik dengan sesama. Dalam Islam, perintah ini dikenal dengan sebutan silaturahmi untuk menguatkan ukhuwah Islamiyah.
Secara praktik, pelaksanaan Syawalan memiliki beragam konsep, tergantung pada adat dan budaya setempat. Namun, secara umum inti pelaksanaan Syawalan berkaitan erat dengan silaturahmi.
Hikmah Syawalan dalam Islam
keluarga Muslim berjabat tangan dan saling memaafkan selama perayaan Idul Fitri. tirto.id/elements.envato.com/
Pelaksanaan Syawalan dalam Islam mengandung berbagai nilai yang sesuai dengan ajaran Islam. Beberapa di antaranya, yakni tentang silaturahmi, saling memaafkan, dan sebagainya. Apa saja hikmah Syawalan dalam Islam?
1. Menjaga Silaturahmi dan Mempererat Ukhuwah
Hikmah utama Syawalan salah satunya adalah dapat menjaga silaturahmi dan memperkuat ukhuwah Islamiyah. Persaudaraan dalam Islam mempunyai kedudukan yang sangat penting.
Bahkan dijelaskan dalam QS. Al-Hujurat: 10 bahwa umat Islam itu bersaudara dan diperintahkan untuk menjaga persaudaraan ini.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَࣖ ١٠
Innamal-mu'minûna ikhwatun fa ashliḫû baina akhawaikum wattaqullâha la‘allakum tur-ḫamûn
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.”
Tradisi Syawalan menjadi momentum setiap muslim untuk saling bermaafan dan menguatkan hubungan persaudaraan. Ini bisa diwujudkan dalam momentum silaturahmi dan saling memaafkan satu sama lain.
2. Menyempurnakan Ibadah Ramadan
Hikmah Syawalan selanjutnya ialah dapat menyempurnakan ibadah Ramadan. Usai melaksanakan puasa dan berbagai amalan sunah di bulan Ramadan, umat Islam tetap wajib melaksanakan dan meningkatkan ibadah.
Apalagi bulan Ramadan kerap disebut sebagai bulan pendidikan. Harapannya setelah Ramadan, umat Islam dapat lebih mendekatkan diri pada Allah Swt.
Umat Islam juga dianjurkan menjaga hubungan baik dengan sesama atau dalam Islam disebut dengan ‘silaturahmi’. Banyak berkah dan keutamaan yang dapat diperoleh dari melaksanakan silaturahmi. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis:
"Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi." (HR. Bukhari dan Muslim)
Momentum Syawalan menjadi waktu yang tepat untuk melaksanakan sunah Rasulullah saw. Silaturahmi dalam Syawalan dapat menjaga dan menguatkan tali silaturahmi.
3. Mengajarkan Nilai Keikhlasan dan Kerendahan Hati
Hikmah Syawalan salah satunya, yakni mengajarkan nilai keikhlasan dan kerendahan hati. Nilai saling memaafkan dalam Syawalan dapat membuat seseorang mengesampingkan egonya.
Selain itu, saling memaafkan juga berarti menerima kekurangan dan kesalahan orang lain. Menjadi pribadi yang pemaaf merupakan salah satu perintah dalam Islam yang dijelaskan dalam QS. Al-A’raf: 199, sebagai berikut:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ ١٩٩
Khudzil-‘afwa wa'mur bil-‘urfi wa a‘ridl ‘anil-jâhilîn
"Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh."
4. Memperkuat Kebersamaan dan Gotong Royong
Hikmah Syawalan selanjutnya dapat memperkuat kebersamaan dan gotong royong. Filosofi Syawalan ini merepresentasikan nilai kebersamaan dan gotong royong.
Agenda Syawalan kerap dilaksanakan berupa pertemuan keluarga, komunitas, atau pertemuan dengan skala lebih besar seperti di desa atau kota. Berbagai lingkup sosial dapat menjalin agenda Syawalan tanpa meninggalkan nilai-nilai silaturahmi Islam.
Pertemuan Syawalan ini dapat menguatkan kebersamaan dan gotong royong, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan. Mulai dari menyiapkan makanan hingga mengatur pertemuan, misal halal bihalal. Dengan demikian, hubungan sosial menjadi semakin erat.
5. Melestarikan Nilai Keislaman dan Kebudayaan Lokal
Syawalan mengandung nilai-nilai Islam sekaligus menjadi kebudayaan lokal yang terus dilestarikan. Hikmah Syawalan ini dapat dijadikan sebagai momentum untuk menyebarkan nilai Islam dan melestarikan kebudayaan lokal.
Setiap daerah memiliki konsep tersendiri untuk melaksanakan Syawalan. Namun, pada intinya Syawalan masih berkaitan dengan silaturahmi. Selain itu, jangan sampai ada unsur kesyirikan dalam pelaksanaan Syawalan.
6. Berbagi Kebahagiaan
Syawalan dapat menghadirkan sukacita kebahagiaan di tengah masyarakat. Saling bertemu untuk bermaafan dalam suasana khas Idul Fitri merupakan salah satu wujud kebahagiaan pelaksanaan Syawalan. Rasulullah saw. bersabda:
"Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian lakukan akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian." (HR. Muslim)
Umat Islam diajak untuk saling berbagi kebahagiaan, menebarkan salam, dan mempererat persaudaraan. Nilai-nilai tersebut harus ada dalam Syawalan.
Filosofi di Balik Tradisi Syawalan
keluarga Muslim berjabat tangan dan saling memaafkan selama perayaan Idul Fitri. tirto.id/elements.envato.com/

Tradisi Syawalan di bulan Syawal mengandung filosofi tersendiri yang dapat dimaknai oleh setiap muslim. Apa saja filosofi di balik tradisi Syawalan?
1. Simbol Pembersihan Diri setelah Ramadan
Filosofi di balik tradisi Syawalan salah satunya ialah simbol pembersihan diri. Syawalan secara spiritual mencerminkan proses pembersihan diri usai Ramadan.
Umat Islam usai melaksanakan puasa Ramadan selama sebulan dan Syawalan menjadi kesempatan untuk membersihkan diri dari rasa dengki dan permusuhan. Momentum saling memaafkan dalam Syawalan menjadi salah satu filosofi penting terkait pembersihan diri setelah Ramadan.
2. Nilai Kebersamaan dalam Masyarakat
Filosofi Syawalan selanjutnya berkaitan dengan nilai kebersamaan. Pelaksanaan Syawalan menjadi simbol kebersamaan dalam masyarakat.
Syawalan kerap diwujudkan dalam pertemuan keluarga, lingkungan atau komunitas tertentu. Nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat dapat tercapai melalui Syawalan.
3. Refleksi Hubungan Sosial dan Spiritual
Syawalan juga menjadi momentum untuk merefleksi hubungan sosial dan spiritual. Hubungan sosial merupakan hubungan dengan sesama manusia, sedangkan hubungan spiritual merupakan hubungan dengan Allah Swt.
Banyak hal yang dapat direnungkan melalui agenda Syawalan. Mulai dari cara mensyukuri nikmat dari Allah Swt., mendekatkan diri pada Allah Swt., hingga apakah hubungan dengan sesama sudah terjalin dengan baik?
Berbagai refleksi ini dapat dihadirkan dalam momentum Syawalan untuk membantu individu agar dapat memperbaiki diri. Pastikan nilai-nilai Islam dapat dicapai dalam Syawalan.
Syawalan tidak hanya tentang tradisi, tetapi juga makna Islami dan sosial yang mendalam. Hikmah Syawalan dapat mengajarkan pentingnya silaturahmi, kebersamaan, dan ketulusan dalam kehidupan bermasyarakat.
tirto.id - Edusains
Kontributor: Nurul Azizah
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Nurul Azizah & Yulaika Ramadhani