tirto.id - Kenapa hilal Syawal Idul Fitri 1446 H kemungkinan besar tidak akan terlihat pada hari ini Sabtu, 29 Maret 2025? Berapa pula tinggi hilal sehingga tidak memungkinkan dilakukan rukyatul hilal pada hari ini yang bertepatan dengan 29 Ramadhan 14446 H?
Terlihatnya hilal menjadi syarat terjadinya bulan baru dalam kalender Hijriah yang menggunakan sistem kamariah. Pemantauan hilal untuk penentuan bulan baru tersebut selalu dilakukan pada hari ke-29. Dengan demikian, akan disepakati apakah bulan terdahulu akan dibulatkan menjadi 30 hari, ataukah berakhir pada tanggal 29.
Dalam konteks pemantauan hilal Syawal pada Sabtu (29/3) ini, ada 2 kemungkinan. Pertama, 30 Maret 2025 akan bertepatan dengan 1 Syawal 1446 H. Jika itu yang terjadi, Ramadhan tahun ini hanya akan berusia 29 hari. Kemungkinan kedua, lebaran akan berlangsung pada 31 Maret. Artinya, Ramadhan dibulatkan jadi 30 hari. Dengan demikian, pada Minggu (30/3), umat Islam masih akan menjalani puasa terakhirnya.
Pemerintah, melalui Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat untuk menentukan kapan 1 Syawal 1446 H pada hari ini Sabtu (29/3). Sidang isbat ini dipimpin langsung oleh Menag, Nasaruddin Umar. Dalam mengambil keputusan di sidang isbat, Kemenag merujuk pada Fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2004, bahwa "penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode ru’yah dan hisab oleh Pemerintah RI cq Menteri Agama".
Pelaksanaan sidang isbat penentuan Idul Fitri 2025 tersebut akan dibagi menjadi 3 sesi. Sesi pertama pukul 16.30 WIB hingga menjelang Maghrib yaitu Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 H. Berikutnya, sesi kedua pada pukul 18.45 WIB yang berlangsung secara tertutup adalah sidang isbat penentuan 1 Syawal 1446 H. Selanjutnya, sesi terakhir adalah pengumuman hasil sidang isbat lewat konferensi pers yang akan disampaikan oleh Menag.
Kenapa Hilal Syawal Tidak Terlihat Hari Ini?
Karena penetapan awal Syawal oleh Kemenag dilakukan dengan penggabungan metode rukyah dan hisab, terlihat atau tidaknya hilal pada hari pengamatan akan menjadi signifikan. Terkait hal ini, Kemenag berpedoman pada kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Dalam kriteria tersebut disebutkan bahwa visibilitas hilal atau imkanur rukyat akan tercapai ketika tinggi hilal adalah 3 derajat, sedangkan sudut elongasinya 6,4 derajat. Jika tinggi dan sudut elongasi hilal tidak mencapai angka tersebut, bulan sabit akan sulit teramati.
Terkait hal ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis “Informasi Prakiraan Hilal saat Matahari Terbenam Tanggal 29 dan 30 Maret 2025 Penentu Awal Bulan Syawal 1446 H". Dalam data hisab BMKG, dipaparkan bahwa konjungsi akan terjadi Sabtu, 29 Maret 2025 pukul 12.35.53 UT. Ini setara dengan pukul 19.35.53 WIB, pukul 20.35.53 WITA, atau pukul 21.35.53 WIT.
konjungsi (ijtimak) merupakan kejadian saat bujur ekliptika bulan sejajar dengan bujur ekliptika Matahari, dengan memposisikan pengamat di pusat Bumi. Dengan memperhatikan waktu konjungsi dan matahari terbenam, dapat dikatakan konjungsi terjadi sebelum Matahari terbenam tanggal 29 Maret 2025 di sebagian wilayah Indonesia. Ini artinya, hilal tidak terlihat karena waktu konjungsi terjadi sebelum terbenamnya matahari.
Sementara itu, ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 29 Maret 2025, berkisar antara -3,29 derajat di Merauke, Papua sampai dengan -1,07 derajat di Sabang, Aceh. Ketinggian ini belum memenuhi kriteria MABIMS.
Demikian pula, elongasi geosentris di Indonesia saat Matahari terbenam pada 29 Maret 2025, berkisar antara 1,06 derajat di Kebumen, Jawa Tengah sampai dengan 1,61 derajat di Oksibil, Papua. Sama seperti ketinggian hilal, sudut elongasi bulan pada Sabtu (29/3) belum memenuhi kriteria MABIMS.
Dengan mempertimbangkan data hisab tentang hilal pada 29 Maret tersebut, bulan sabit memang hampir dipastikan tidak akan terlihat hari ini. Hal tersebut akan menjadi alasan kuat untuk membulatkan Ramadhan menjadi 30 hari. Artinya, Idul Fitri berpeluang besar akan berlangsung pada Senin, 31 Maret 2025.
Selaras dengan data tersebut, BMKG juga merilis data hisab ketinggian hilal dan sudut elongasi pada Minggu, 30 Maret. Hasilnya, ketinggian Hilal di Indonesia saat matahari terbenam pada 30 Maret 2025, berkisar antara 7,96 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 11,48 derajat di Sabang, Aceh. Sementara itu, elongasi geosentris di Indonesia
saat Matahari terbenam pada tanggal tersebut berkisar antara 13,02 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 14,83 derajat di Sabang, Aceh. Artinya, data hisab posisi hilal pada Minggu (30/3) sudah memenuhi semua kriteria MABIMS.
Jika Hilal Tidak Terlihat, Kapan Idul Fitri 2025?
Jika hilal tidak terlihat dalam pemantauan hari ini pada Sabtu, 29 Maret 2025, Ramadhan akan dibulatkan menjadi 30 hari. Ini artinya, nanti malam umat Islam masih akan menjalani ibadah shalat tarawih terakhir. Berikutnya, pada Minggu (30/3), kaum muslimin akan memasuki malam lebaran.
Pada 2023 lalu, sidang isbat 1 Syawal 1444 H menghasilkan keputusan bahwa Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari, sehingga Idul Fitri berlangsung pada Sabtu, 22 April 2023. Hal ini terjadi karena berdasarkan hisab, pada 29 Ramadhan 1444 H, tinggi hilal ada dalam rentang 0 derajat 45 menit sampai 2 derajat 21,6 menit, sedangkan sudut elongasi antara 1 derajat 28,2 menit sampai dengan 3 derajat 5,4 menit. Tinggi hilal dan sudut elongasi tersebut belum memenuhi kriteria MABIMS.
tirto.id - Edusains
Kontributor: Tifa Fauziah
Penulis: Tifa Fauziah
Editor: Fitra Firdaus