Pendiri OCI Bantah Tudingan Siksa & Eksploitasi Pemainnya

1 day ago 22

tirto.id - Pendiri Oriental Circus Indonesia (OCI) sekaligus Komisaris Taman Safari Indonesia (TSI), Tony Sumampau, membantah adanya penyiksaan dan eksploitasi terhadap mantan pemain sirkus besutannya. Hal ini disampaikannya sebagai respons atas kabar sejumlah eks pemain sirkus OCI yang melaporkan dugaan tindakan eksploitasi, perbudakan, dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) ke Kementerian HAM.

Tony menyebut bahwa OCI memang melakukan tindakan pendisiplinan saat para pemain sirkus tersebut bermalas-malasan selama latihan. Namun, kata dia, pendisiplinan itu dilakukan sewajarnya di era saat itu–sekitar tahun 80-an. Pendisiplinan pun dilakukan dengan menggunakan rotan, bukan dengan patok besi sebagaimana kesaksian eks pemain OCI di Kementerian HAM.

“Saya harus akui [pendisiplinan] pasti ada. Cuma kalau dipukul pakai besi atau pakai apa, enggak mungkinlah. Kalau nanti dia luka malah enggak bisa atraksi kan,” ucap Tony dalam konferensi pers di Patio Platar, Jakarta Selatan, Kamis (17/4/2025).

Tony juga menjelaskan bahwa eks pemain sirkus OCI bukan bagian dari karyawan TSI. Hal ini untuk menjernihkan narasi yang beredar dan membawa instansi TSI. Tony memang salah satu pendiri Taman Safari Indonesia yang didirikan pada 1981 dan mulai resmi beroperasi pada 1986.

OCI, terang Tony, merupakan grup sirkus yang dibesutnya sejak 1967 dan sudah tidak lagi beraktivitas sampai 1996. Tony menegaskan, tidak ada eks pemain OCI yang menjadi karyawan dan bahkan tampil di Taman Safari Indonesia alias TSI.

“Hubungan legal tidak ada. Hubungan uang juga tidak ada. Tidak ada sumber masuk dari OCI ke Safari, tidak ada sama sekali,” ucap Tony.

Lebih lanjut, Tony juga membantah tudingan eksploitasi terhadap eks pemain sirkus OCI. Dia mengaku anak-anak yang menjadi pemain OCI pernah diasuh oleh ibunya. Anak-anak itu berasal dari panti asuhan di Kalijodo dan ketika sudah berusia sekitar 7 tahun, baru diajak berpatisipasi dalam sirkus.

Tony mengeklaim bahwa pemain sirkus OCI sudah seperti keluarga dan diperlakukan dengan baik. Maka Tony terharan-heran ketika ada eks pemain OCI yang mengaku pernah disetrum dan dikurung hingga dipisahkan dari anaknya.

“Saya lagi bingung nih setrumnya pakai apa ya itu. Oh iya pastilah [bohong]. Ini kan untuk membuat sensasi ya,” ucap Tony.

Tony pun menduga ada pihak yang memprovokasi eks pemain sirkus OCI untuk membuat nama TSI ikut terseret perkara ini. Tony mengaku telah megantongi nama provokator itu, tapi dia tak bersedia membukanya kepada awak media. Dia juga tengah mempertimbangkan tindakan hukum melawan tudingan yang beredar.

Namun, Tony menegaskan tidak akan menuntut para eks pemain sirkus OCI yang melapor ke Kementerian HAM. Langkah hukum tersebut juga tidak berkaitan dengan TSI.

“Saya sih tahu kenapa yang dipikirkan [dibawa nama] Taman Safar. Pasti [dipikir] uangnya banyak gitu ya. Tapi, mereka lupa Taman Safari itu kan berdiri tidak ada kaitan dengan OCI,” ucap Tony.

Sebelumnya, sejumlah eks pemain OCI melaporkan dugaan eksploitasi, perbudakan, dan pelanggaran HAM ke Kementerian HAM. Mereka merupakan korban kekerasan dan eksploitasi anak yang diduga dilakukan oleh para pemilik OCI dan Taman Safari sejak 1970-an.

Mereka juga mendorong pemerintah membentuk tim pencari fakta untuk mengungkap dugaan pelanggaran HAM ini. Hal tersebut disampaikan oleh Muhammad Sholeh yang merupakan kuasa hukum para mantan pemain sirkus ini.

"Supaya ada sinergi lintas sektoral dari KemenHAM ini, juga dari kementerian perempuan, semua harus bersatu. Menurut saya segera membentuk tim pencari fakta," kata Sholeh kepada wartawan di Gedung Kementerian HAM, Selasa (15/4/2025).

Sementara itu, lewat keterangan resmi TSI, mereka mengaku tidak punya hubungan bisnis maupun keterlibatan hukum dengan mantan pemain sirkus yang disebutkan dalam forum di Kementerian HAM tersebut.

“Perlu kami sampaikan bahwa Taman Safari Indonesia Group adalah badan usaha berbadan hukum yang berdiri secara independen dan tidak terafiliasi dengan pihak yang dimaksud (eks pemain sirkus)” demikian jawaban Manajemen TSI melalui keterangan tertulis.


tirto.id - Sosial budaya

Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Fadrik Aziz Firdausi

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |