Penulisan Syawal yang Benar Menurut KBBI dan Bahasa Arab

1 day ago 15

tirto.id - Syawal merupakan bulan setelah Ramadhan dalam penanggalan Hijriah. Tanggal 1 Syawal umumnya jatuh setelah hari ke-30 atau 29 Ramadhan. Tanggal 1 Syawal sekaligus diperingati sebagai Hari Raya Lebaran Idul Fitri bagi umat Islam.

Penanggalan Hijriah merupakan kalender yang berdasarkan pada pergerakan bulan atau merupakanqomariyah. Dalam penanggalan Hijriah, bulan Syawal merupakan salah satu bulan penting. Hal ini karena salah satunya diperingatinya Hari Raya Idul Fitri pada tanggal 1 Syawal.

Setelah berpuasa sebulan penuh dan beribadah mendekatkan diri pada Allah Swt selama Ramadhan, umat Islam merayakan hari raya. Ini juga yang membuat Idul Fitri disebut Hari Kemenangan. Sebab, umat Islam telah berpuasa selama sebulan penuh untuk menahan segala hawa nafsu.

Sebagai salah satu bulan penting, bulan Syawal sudah akrab di telinga. Tak jarang juga nama bulan ini kita jumpai dalam bentuk teks, baik cetak maupun media lain, serta beragam ucapan lain.

Namun, tidak semua orang memperhatikan penulisan bulan Syawal. Sering didapati penulisan bulan Syawal dalam bentuk yang berbeda, misal Syawal, Syawwal, Shawwal, dan sebagainya. Perbedaan penulisan ini ada karena terdapat pengejaan dari beberapa wilayah. Namun, pelafalannya tidak jauh berbeda.

Penulisan Syawal yang Benar menurut KBBI dan Bahasa Arab

Syawal sudah umum sudah diketahui masyarakat. Namun, pelafalannya di tiap daerah bisa jadi berbeda. Ada yang secara tepat mengucap “Syawal”, ada pula yang mengalami penyesuaian menjadi “Sawal”.

Kata Syawal berasal dari bahasa Arab da telah diserap ke Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulisannya juga telah ditetapkan atau dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Dalam KBBI VI, lema “Syawal” dikategorikan sebagai kata benda atau nomina. Artinya, yakni bulan ke-10 tahun Hijriah (29 hari). Dalam bahasa Arab, penulisan bulan “Syawal” secara tepat ditulis sebagai (شَوَّال) dengan penebalan (tasydid) pada huruf waw (و). Sehingga, jika ditransliterasikan aka diperoleh pelafalan “Syawwal”.

Dalam penulisan berbahasa Inggris, kata شَوَّال tertulis sebagai “Shawwal”. Terdapat perbedaan pengejaan huruf “syin” dalam aksara hijaiyah (Arab). Namun, pelafalannya tidak jauh berbeda.

Arti Bulan Syawal dalam Islam

Kata “شَوَّال” sendiri berarti “membawa” atau “mengangkat”. Ini mengacu pada unta yang membawa anak-anaknya atau berkurangnya produksi susu unta. Bulan Syawal mengikuti bulan Ramadhan, serta di dalamnya terdapat perayaan Idul Fitri.

Sebenarnya, makna Syawal sendiri yakni peningkatan. Artinya, setiap umat Islam berharap dalam bulan Syawal ini ada setidaknya peningkatan amal ibadah dibanding bulan-bulan sebelumnya.

Terlebih, setelah menjalani puasa Ramadhan sebulan penuh dan memperbanyak ibadah. Setelah bertarung melawan hawa nafsu dan memperbaiki diri, wajar jika umat Islam berharap dapat menjadi pribadi yang lebih baik di bulan Syawal dan seterusnya.

Hal ini juga menyiratkan makna bahwa perjuangan yang dialami selama Ramadhan itu ternyata belum ada apa-apanya. Perjuangan sesungguhnya justru dimulai setelah Ramadhan, yakni saat Syawal.

Mulai Syawal, umat Islam diuji konsistensi dalam menjalani ibadah dan serangkaian rutinitas baik yang dilakukan saat Ramadhan. Jika berhasil konsisten untuk seterusnya, itulah sebenar-benar kemenangan sejati yang diperoleh, yakni peningkatan kualitas ibadah.

Selain terdapat perayaan Idul Fitri, dalam bulan Syawal ini juga terdapat puasa sunah enam hari. Puasa sunah ini dapat dilakukan setelah Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal).

Pelaksanaan puasa sunah 6 hari ini bisa dilakukan pada hari-hari yang berurutan atau tidak berurutan. Keistimewaannya yakni puasa sunah ini dianggap dapat menghapus dosa-dosa yang dilakukan selama Ramadhan dan membawa berkah di kehidupan sehari-hari.

Tidak hanya itu saja. Keistimewaan-keistimewaan lainnya dalam bulan Syawal juga dapat terasa jika melakukan amalan-amalan, seperti bermaaf-maafan, silaturahmi, bersedekah, dan melakukan ibadah-ibadah harian lainnya.


tirto.id - Edusains

Kontributor: Umu Hana Amini
Penulis: Umu Hana Amini
Editor: Dicky Setyawan & Yantina Debora

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |