tirto.id - Profil Uskup Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo menarik perhatian masyarakat luas usai melakukan kunjungan pastoral ke rumah tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Senin (14/4/2025).
Dalam kunjungan tersebut, ia menyempatkan diri menjenguk Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, serta beberapa tahanan lain yang beragama Katolik.
Suharyo membawa daun palma yang telah diberkati sebagai simbol penguatan iman menjelang Pekan Suci. Ia juga menyampaikan pesan spiritual kepada Hasto, termasuk anjuran untuk menjalani puasa selama tiga hari tiga malam.
Kehadiran Suharyo di rutan KPK mencerminkan peran sebagai pemimpin umat. Ia tak hanya hadir dalam ruang-ruang liturgi, tetapi juga menyapa umat yang sedang menjalani masa sulit. Sikap ini dinilai sejalan dengan teladan Paus Fransiskus yang kerap mengunjungi para tahanan sebagai bentuk nyata dari pelayanan Gereja.
Simak ulasan terkait profil dan perjalanan hidup Uskup Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo serta perannya dalam hierarki Gereja Katolik Indonesia.
Profil Uskup Agung Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo
Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo merupakan sosok penting dalam Gereja Katolik Indonesia. Saat ini, ia menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta dan juga Ordinarius Militer Indonesia.
Uskup Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo lahir di Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada 9 Juli 1950. Ia dilahirkan sebagai anak ketujuh dari sepuluh bersaudara dalam keluarga yang dikenal religius. Uskup Ignatius Suharyo mempunyai satu saudara laki-laki menjadi biarawan dan dua saudara perempuan menjadi biarawati.
Perjalanan rohani Suharyo dimulai sejak usia 11 tahun ketika masuk Seminari Menengah Santo Petrus Canisius di Mertoyudan.
Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikan filsafat dan teologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Pontifical Urbaniana University di Roma. Alhasil, dirinya memperoleh gelar lisensiat (1979) dan doktor (1981) dalam bidang Kitab Suci.
Menurut situs resmi Cardeinalium Collegii Recensio, Suharyo ditahbiskan menjadi imam (Priesthood) pada 26 Januari 1976 oleh Kardinal Justinus Darmojuwono.
Lalu menjalani berbagai tugas formasi dan akademik, termasuk menjadi Kepala Departemen Filsafat dan Sosiologi di Universitas Sanata Dharma. Pada masa itu, ia juga turut mendampingi umat di tengah tekanan rezim otoriter.
Dirangkum dari laman Pers Vatican, Suharyo kemudian diangkat sebagai Uskup Agung Semarang oleh Paus Yohanes Paulus II pada 21 April 1997.
Uskup Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo kemudian menerima pentasbihan episkopal dari Kardinal Daarmatmadja sebagai uskup pada 22 Agustus 1997. Dalam perannya, ia memilih moto “Serviens Domino cum omni humilitate” (Melayani Tuhan dengan segala kerendahan hati) dari Kisah Para Rasul (20:19).
Setelah 11 tahun melayani umat di Semarang, ia diangkat menjadi Uskup Agung Koajutor Jakarta pada 2009 dan secara resmi menggantikan Kardinal Julius Darmaatmadja, S.J. sebagai Uskup Agung Jakarta pada 28 Juni 2010.
Tidak hanya itu, sejak 2006, Kardinal Suharyo juga memimpin Ordinariat Militer Indonesia (Keuskupan TNI/Polri). Dirinya memegang peran penting dalam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), termasuk sebagai Sekretaris Jenderal (2000–2006) dan Ketua Presidium selama tiga periode berturut-turut sejak 2012.
Paus Fransiskus Mengangkat Sebagai Kardinal
Pengabdian yang dilakukan lantas mendapat pengakuan secara internasional. Paus Fransiskus mengangkat dirinya menjadi kardinal pada 5 Oktober 2019. Ia menjadi kardinal ketiga dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia, setelah Justinus Darmojuwono dan Julius Darmaatmadja.
Menurut Pers Vatican, Kardinal Suharyo menjadi anggota beberapa diskateri (departemen) penting di Vatikan hingga kini, termasuk Dikasteri untuk Evangelisasi dan Dikasteri untuk Dialog Antaragama.
Dalam pelayanan, Suharyo dikenal sebagai sosok yang konsisten menyuarakan keadilan sosial, kesadaran lingkungan, dan dialog antar agama.
Ia juga selalu menekankan pentingnya perayaan liturgi sebagai wadah pembinaan komunitas dan solidaritas, serta mendorong keterlibatan umat dalam isu-isu kemanusiaan. Salah satu bentuk nyata adalah pendirian Komisi Keadilan dan Perdamaian di Keuskupan Agung Jakarta pada 2016.
Seiring dengan usia Uskup Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo yang genap 75 tahun pada pertengahan 2025, sesuai ketentuan hukum kanonik Gereja Katolik, Kardinal Suharyo akan mengajukan pengunduran diri dari jabatan episkopal. Setelah disetujui oleh Takhta Suci, ia akan menjadi Uskup Agung Emeritus Jakarta.
Namun, gelar kardinal tetap melekat padanya seumur hidup dan ia tetap dapat berpartisipasi dalam kehidupan Gereja universal, kecuali hak memilih paus yang akan gugur setelah usia 80 tahun.
tirto.id - Edusains
Kontributor: Febriyani Suryaningrum
Penulis: Febriyani Suryaningrum
Editor: Beni Jo