tirto.id - Kebijakan tarif impor baru yang diumumkan oleh Presiden AS, Donald Trump, pada 2 April 2025, telah memicu reaksi keras dari berbagai negara dan menimbulkan gejolak di pasar global. Tarif ini mencakup kenaikan hingga 50 persen bagi beberapa negara.
Cina tampak menjadi sasaran utama. Negeri Tirai Bambu itu dipatok 34 persen tambahan tarif, hal itu meningkatkan total bea masuk menjadi 54 persen untuk produk-produk Cina jika masuk pasar AS.
Trump mengumumkan tarif "timbal balik" untuk impor dari hampir semua negara di dunia, baik sekutu maupun lawan. Hal ini diprediksi bakal menjadi langkah yang dapat mengguncang ekonomi AS dan akan menjungkirbalikkan perdagangan global.
Beberapa pemimpin dunia telah mengeluarkan pernyataan menentang tarif terbaru AS yang ditetapkan minimal 10 persen dan naik hingga 50 persen untuk sejumlah negara. Beberapa negara menyatakan bakal segera memberi balasan cepat yang memaksa aras ekonomi menjadi lebih tertutup, sementara yang lain meminta kesempatan bernegosiasi menghindari perang dagang habis-habisan.
Berikut ini adalah ikhtisar tanggapan negara-negara sejauh ini.
Cina
Cina yang terpukul dengan tarif timbal balik sebesar 34 persen bersumpah bakal melakukan tindakan balasan sendiri. Cina menyatakan akan mengenakan tarif resiprokal sebesar 34 persen kepada semua produk impor AS, Jumat (4/3/2025). Tarif ini akan berlaku pada 10 April 2025."Cina mendesak AS untuk segera mencabut tindakan tarif sepihaknya dan bekerja sama dengan mitra dagang untuk menyelesaikan perbedaan melalui dialog yang adil dan konstruktif," kata Kementerian Perdagangan Cina dalam sebuah pernyataan dalam bahasa Mandarin pada Rabu malam (2/4/2025) seperti dikutip dari TIME Magazine.Tarif timbal balik disebut, "melanggar aturan perdagangan internasional, melanggar hak-hak dan kepentingan yang sah dari pihak-pihak lain, dan merupakan tindakan penindasan sepihak".Juru bicara kementerian luar negeri Cina juga menyuarakan hal yang sama, mengatakan bahwa tarif Trump sangat melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan merusak sistem perdagangan multilateral yang berbasis aturan. “Cina dengan tegas menolak hal ini dan akan melakukan apa yang diperlukan untuk mempertahankan hak-hak dan kepentingan kami yang sah,” kata dia.
Singapura
Menteri Perdagangan dan Wakil Perdana Menteri Singapura, Gan Kim Yong, mengatakan bahwa Singapura tidak akan memberlakukan tindakan balasan terhadap tarif dasar 10 persen dari AS. Sebab, ada langkah lain yang tersedia di bawah Perjanjian Perdagangan Bebas AS-Singapura. "Kami telah memutuskan untuk tidak melakukannya karena memberlakukan bea masuk pembalasan hanya akan menambah biaya impor kami dari AS,” katanya.
Jepang
Menteri Perdagangan Jepang Yoji Muto mengatakan dalam sebuah konferensi pers pada hari Kamis (3/4/2025), bahwa ia bertemu dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick sebelum pengumuman Trump untuk mendesak mengeluarkan Jepang dari tarif tersebut. Setelah pengumuman tersebut, yang tidak membebaskan tetapi malah mengenakan tarif "timbal balik" sebesar 24 persen terhadap Jepang, Muto menyebut langkah tersebut "amat disesalkan.”
Kanada
Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, mengatakan bahwa Kanada akan melawan tarif ini dengan tindakan balasan dan "bertindak dengan terukur dan sesuai kekuatan." Barang-barang dari Kanada dan Meksiko saat ini tidak dikenakan tarif timbal balik karena bea masuk terkait fentanil sebesar 25 persen yang diberlakukan Trump sebelumnya masih berlaku untuk mereka, bersama dengan 10 persen untuk energi dan kalium Kanada.
Inggris
Perdana Menteri UK, Keir Starmer, mengatakan bahwa Inggris akan terus mengupayakan kesepakatan dagang dengan AS dan bahwa perang dagang bukan merupakan kepentingan nasional Inggris. Namun, ia menambahkan bahwa hanya akan mencapai kesepakatan jika itu kesepakatan yang tepat dan "tidak ada yang tidak mungkin" akan tanggapan Inggris.
Prancis
Prancis mengecam tarif Trump lewat juru bicara pemerintah Sophie Primas yang mengatakan kepada radio RTL pada Kamis, bahwa Trump berperilaku seolah-olah dia adalah "penguasa dunia." Primas, sebagaimana dilaporkan CNBC, menegaskan bahwa Uni Eropa kemungkinan akan menerapkan tindakan balasan sebagai blok pada pertengahan dan akhir bulan ini.
Uni Eropa (EU)
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan bahwa Uni Eropa tengah menyelesaikan paket tindakan sebagai tanggapan terhadap tarif AS. Sebagaimana dilansir Reuters, ia mengatakan bahwa sedang mempersiapkan tindakan balasan lebih lanjut untuk melindungi kepentingan dan bisnis jika negosiasi gagal. Hal ini diambil usai langkah Trump menargetkan Uni Eropa dengan tarif resiprokal sebesar 20 persen. "Tetapi kami tidak akan berdiam diri, jika kami tidak dapat mencapai kesepakatan yang adil," katanya.
Indonesia
Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) mengungkap beberapa langkah Pemerintah Indonesia menghadapi kebijakan tarif resiprokal yang ditetapkan oleh Trump. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi kepada wartawan, di Jakarta, Jumat lalu menyebut paralel dengan langkah-langkah itu, pemerintah tengah menghitung dengan cermat dampak dari kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan AS kepada barang-barang dari Indonesia.“Pemerintah sedang menghitung dengan cermat dampak penerapan tarif resiprokal yang dilakukan oleh Pemerintah AS. Paralel dengan itu, pemerintah juga mengirimkan tim lobi tingkat tinggi untuk bernegosiasi dengan Pemerintah AS,” kata Hasan Nasbi.
Kebijakan Trump bakal diterapkan secara bertahap, yakni mulai dari pengenaan tarif umum 10 persen untuk seluruh negara terhitung sejak tanggal 5 April 2025, kemudian tarif khusus untuk sejumlah negara termasuk Indonesia mulai berlaku 9 April 2025 pukul 00.01 EDT (11.01 WIB). Dari kebijakan baru itu, Indonesia terkena tarif resiprokal 32 persen.
tirto.id - Ekonomi
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Rina Nurjanah