Gunung Parang yang terletak di Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, bukan hanya populer sebagai salah satu destinasi wisata ekstrem kelas dunia. Di balik tebing-tebing andesit yang menjulang tinggi, tersimpan sejarah Gunung Parang Purwakarta yang kaya dan sarat akan nilai budaya serta spiritual, terutama yang berkaitan dengan Kerajaan Padjadjaran.
Baca Juga: Sejarah Jampang Sukabumi, Dulunya Ternyata Dasar Laut
Sejarah Gunung Parang Purwakarta, Jejak Kerajaan Padjadjaran di Puncak Andesit Purba
Dahulu, gunung ini terkenal sebagai Gunung Barang Panser Tunggal. Nama ini memiliki arti mendalam dalam bahasa Sunda kuno. “Barang” berarti benda atau senjata, “panser” menunjuk pada letaknya yang berada di tengah-tengah wilayah Jawa Barat, dan “tunggal” mengandung makna satu atau bersatu. Seiring waktu, pelafalan masyarakat berubah dari “Barang” menjadi “Parang”.
Menurut cerita turun-temurun, kisah historis di balik Gunung Parang Purwakarta erat kaitannya dengan Prabu Siliwangi. Alkisah bahwa konon di masa Kerajaan Padjadjaran, gunung ini merupakan tempat pembuatan senjata pusaka oleh para empu pilihan, termasuk sang cucu Prabu Siliwangi, Raden Surya Kencana.
Situs Petilasan dan Makam Para Empu
Salah satu kekayaan spiritual dari Gunung Parang adalah keberadaan situs petilasan dan makam para empu yang masih diziarahi hingga saat ini. Di antara nama-nama yang ada, terdapat lima tokoh penting:
- Mak Eyang Barang
- Mak Haji Bengker Buana Sakti
- Mak Eyang Cakra Buana
- Ibu Dewi Sekarwangi
- Ibu Dewi Cahya Sakti
Petilasan Raden Surya Kencana, cucu Prabu Siliwangi, juga berada di puncak gunung. Di beberapa titik pendakian, tepatnya di pos 2 dan pos 4, para pendaki bisa menemukan tumpukan batu menyerupai bantal yang konon merupakan bukti keberadaan mereka di masa lalu.
Keberadaan makam dan petilasan ini memperkuat sejarah Gunung Parang Purwakarta sebagai tempat suci dan sakral. Lokasi tersebut kini menjadi tujuan ziarah masyarakat Jawa Barat.
Tempat Penyimpanan Pusaka dan Harta Karun
Gunung Parang juga dipercaya sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka serta harta karun hasil rampasan pada masa penjajahan Belanda. Salah satu lokasi yang sering dikaitkan dengan kisah ini adalah Goa Belanda dan Goa Jepang yang tersembunyi di lereng gunung.
Menurut cerita warga sekitar, goa-goa ini konon berfungsisebagai tempat persembunyian serta tempat menyimpan kekayaan oleh para penjajah. Beberapa versi menyebutkan bahwa di dalamnya tersimpan intan dan emas yang berada di bawah penjagaan kekuatan gaib.
Kepercayaan ini memperkaya narasi sejarah Gunung Parang Purwakarta. Alhasil menjadikannya bukan hanya sebagai tempat petilasan, tapi juga lokasi penuh misteri yang memikat.
Gunung Parang dalam Legenda dan Mitos
Gunung Parang bukan hanya menyimpan sejarah, namun juga kisah-kisah mistis yang telah melegenda di tengah masyarakat Sunda. Salah satu kisah populer adalah tentang pesugihan. Banyak orang datang ke gunung ini dengan niat memperoleh kekayaan secara gaib.
Baca Juga: Sejarah Kampung Sawah Bekasi dan Alasan Disebut ‘Segitiga Emas’
Legenda lain menyebut tentang Nyai Ronggeng, Ki Patinggi, Ki Jonggrang, dan Mbah Jambrong, tokoh-tokoh yang orang kaitkan dengan dunia mistis dan spiritual, serta memiliki hubungan dengan Kerajaan Padjadjaran.
Tak heran jika hingga saat ini, meski modernitas melaju cepat, masyarakat sekitar masih percaya dengan praktik seperti teluh dan ilmu gaib lainnya yang berakar dari sejarah Gunung Parang Purwakarta.
Transformasi Menjadi Destinasi Wisata
Sejak tahun 2013, Gunung Parang mulai berkembang sebagai destinasi wisata berbasis petualangan. Dengan ketinggian sekitar 963 meter di atas permukaan laut, gunung ini menawarkan jalur pendakian ekstrem bernama via ferrata, yaitu tangga besi menempel di tebing.
Gunung Parang menjadi gunung pertama di Indonesia yang memiliki jalur via ferrata resmi sejak 2015 silam. Tak hanya itu, penginapan berupa hotel gantung juga tersedia di dinding tebingnya, menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.
Di balik kemajuan pariwisatanya, nilai spiritual dan sejarah Gunung Parang Purwakarta tetap dilestarikan. Jalur “buhun” atau jalur ziarah tetap aktif digunakan oleh peziarah, bersanding harmonis dengan jalur petualangan.
Simbol Keagungan Alam dan Budaya
Secara geologis, Gunung Parang merupakan batuan andesit purba hasil proses intrusi, di mana magma membeku sebelum mencapai permukaan. Dari kejauhan, bentuknya menyerupai pilar-pilar batu yang tampak seperti monumen alam raksasa. Gunung ini diapit oleh dua bendungan besar, yakni Jatiluhur dan Cirata.
Lebih dari sekadar destinasi wisata, perjalanan historis Gunung Parang Purwakarta adalah cerminan budaya Sunda, spiritualitas masa lampau, dan kekayaan geologi Indonesia. Kisah yang tersimpan di dalamnya menyatu menjadi satu kesatuan yang tidak ternilai.
Baca Juga: Sejarah Tasikmalaya Kota Santri yang Sebenarnya, Wajib Tahu
Gunung Parang bukanlah sekadar tempat pendakian ekstrem. Gunung ini adalah simbol warisan sejarah dan spiritualitas dari masa Kerajaan Padjadjaran yang masih terasa hingga kini. Melalui jejak para empu, kisah Prabu Siliwangi, hingga mitos-mitos masyarakat, sejarah Gunung Parang Purwakarta menjadi bagian penting dari identitas budaya lokal yang patut kita jaga dan wariskan. (R10/HR-Online)