Pernahkah kita berpikir apa alasan luar angkasa gelap, padahal terdapat Matahari? Harusnya, jikalau Matahari dan bintang menyinari langit angkasa tentu akan membuat areanya menjadi lebih terang. Namun, faktanya hal ini justru sangat bertolak belakang dan malah terlihat gelap.
Ini adalah salah satu pertanyaan klasik oleh para astronom yang terkenal dengan sebutan Paradoks Olbers. Yakni sebuah istilah yang berasal dari nama astronom Jerman Heinrich Olbers. Ia mencoba menjawab pertanyaan “mengapa luar angkasa selalu gelap?”
Baca Juga: Penemuan Lubang Hitam NGC 4945 Oleh Para Ilmuwan Astronomi
Pertanyaan tersebut tentu dengan hipotesis (dugaan) bahwa ruang antarbintang sebagian besar diisi dengan materi yang menyerap cahaya, misalnya awan debu antarbintang.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan terkait penyebab ruang angkasa selalu gelap (paradoks olbers). Adapun penyebabnya adalah akibat tidak ada atmosfer yang menyemburkan cahaya matahari.
“Oleh karenanya matahari, bulan, dan bintang-bintang bisa tampak berdampingan,” ungkap Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin.
Ruang angkasa sendiri merupakan tempat hampa yang tidak mempunyai atmosfer untuk menyebarkan cahaya bintang atau matahari. Cahaya Matahari tersebut merambat dalam garis lurus tanpa hamburan.
Sehingga ruangan tersebut terlihat gelap akibat tidak ada apapun yang menyebarkan atau memancarkan kembali cahaya Matahari ke mata. Oleh karena itu, kesimpulan penyebab ruang angkasa gelap ini karena atmosfer inilah yang membuat manusia tidak mampu melihat bagian dari cahaya Matahari dan langit tampak hitam.
Paradoks Olbers Terpecahkan pada Abad ke-20
Pertanyaan terkait alasan ruang angkasa gelap atau paradoks Olbers tersebut akhirnya terpecahkan pada abad ke-20. Awalnya, hukum pertama termodinamika sempat meragukan terkait adanya hipotesis terkait ruang antarbintang yang diisi dengan materi menyerap cahaya, seperti awan debu antarbintang.
Alasannya, karena materi antarbintang ini pasti akan memanas dan mulai memancarkan cahaya sendiri. Namun pada akhirnya hipotesis ini terpecahkan pada abad ke-20.
Ternyata, alam semesta ini terus mengembang dan cahaya yang terlihat dari galaksi saat menjauh, akan masuk ke dalam jangkauan inframerah, ultraviolet, dan gelombang radio yang tak nampak oleh mata manusia. Akan tetapi, jika kita dapat melihat gelombang mikro, maka seluruh ruang angkasa akan terlihat bersinar.
Muncul Pertanyaan Lain Terkait Paradoks Olbers
Pertanyaan lain yang muncul terkait alasan ruang angkasa gelap, adalah mengapa Bumi bisa terang? Fenomena ini dapat dijelaskan melalui atmosfer. Seperti yang dijelaskan sebelumnya menurut BRIN, bahwa ruang angkasa hampir seperti ruang hampa. Hanya terdapat sejumlah kecil gas dan debu kosmik di volume tertentu. Akan tetapi tidak ada atmosfer. Selain itu, cahaya perlu memantul dari sesuatu.
Baca Juga: Benarkah Ada Tanda Kehidupan di Planet K2-18b? Simak Ulasannya
Cahaya tersebut bergerak lurus hingga mengenai suatu benda. Saat mereka mengenai dan memantulkan suatu objek, maka atmosfer-lah yang memberikan ‘hamburan’ dalam spektrum yang terlihat oleh mata manusia.
Karena Bumi ini berputar melalui porosnya, maka kegelapan menguasai sisi di mana cahaya Matahari tidak jatuh atau kita biasa menyebut periode ini sebagai malam. Pada siang hari, atom, molekul, dan debu atmosfer akan berinteraksi dengan foton, hal inilah yang menyebabkannya berhamburan.
Efek Doppler dan Kegelapan Luar Angkasa
Menurut Britannica, salah satu alasan mengapa luar angkasa tampak gelap adalah karena adanya efek Doppler yang disebabkan oleh ekspansi alam semesta. Bintang-bintang dan galaksi-galaksi yang bergerak menjauh dari kita memancarkan cahaya yang mengalami pergeseran merah (redshift). Artinya, panjang gelombang cahaya mereka menjadi lebih panjang dan bergeser ke arah inframerah, yang berada di luar spektrum cahaya tampak.
Akibat pergeseran ini, cahaya dari objek-objek jauh tersebut tidak lagi terlihat oleh mata manusia, meskipun sejatinya luar angkasa penuh dengan cahaya dari berbagai sumber. Dengan kata lain, kegelapan yang kita lihat bukan karena tidak ada cahaya. Tetapi karena cahaya tersebut telah bergeser ke spektrum yang tidak bisa dideteksi oleh penglihatan kita.
Fenomena Atmosfer yang Terjadi di Bumi dan Mars
Karena atmosfer ini yang menjadi alasan ruang angkasa gelap, maka kita simak fenomenanya yang terjadi di Bumi dan Mars. Di Bumi sendiri, sebagian besar atmosfer menyebarkan cahaya biru. Alasannya karena memiliki panjang gelombang yang lebih pendek di ujung spektrum dan tampak lebih tersebar di atmosfer dibandingkan cahaya merah. Oleh karena itu, langit siang hari di muka Bumi tampak lebih berwarna biru.
Sedangkan, di planet Mars, atmosfernya lebih tipis, sekitar 100 kali lebih tipis dari Bumi. Akan tetapi, masih cukup membuat langit tampak biru keabu-abuan di siang hari. Ketika angin Mars yang sering bertiup menimbulkan awan debu dari permukaan, maka langitnya menjadi lebih tipis, dan berwarna kemerahan.
Namun, apabila kita berada di planet atau satelit yang tidak mempunyai atmosfer atau tipis (seperti di Bulan atau Merkurius), maka langit terlihat hitam pada siang dan juga di malam hari. Bahkan, jika kita melihat foto-foto yang diambil oleh pesawat luar angkasa Apollo di Bulan, akan tampak bahwa langit di sana berwarna hitam.
Baca Juga: Alasan Kenapa Mars Berwarna Merah Akhirnya Terungkap
Nah, inilah alasan luar angkasa gelap meski terdapat sinar matahari yang begitu terang. Pada intinya, ruang angkasa tampak gelap karena tidak adanya atmosfer yang dapat menyebarkan cahaya. Setelah membaca ulasan di atas, semoga informasi ini dapat bermanfaat terkait fenomena yang ada di lingkungan tata surya. (R10/HR-Online)