Sejarah Pabrik Tjipetir, Jejak Industri yang Mendunia dari Sukabumi

7 hours ago 9

Selain populer sebagai Kota Santri, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat juga terkenal berkat sejumlah bangunan ikonik peninggalan masa kolonial. Salah satunya adalah Pabrik Gutta Percha di Desa Cipetir, Kecamatan Cikidang. Di mana kisah sejarah Pabrik Tjipetir ini berhasil mendunia.

Baca Juga: Kisah Kapal Laut Tjitjalengka, Jejak Sejarah dari Nusantara ke Dunia

Terutama ketika beberapa bekas produknya sempat ditemukan di pantai-pantai Eropa lebih dari satu abad pasca masa kejayaannya. Mari kita bahas secara detail kilas balik pabrik tersebut sebagaimana tercatat dalam sejarah Indonesia.

Mengulas Jejak Sejarah Pabrik Tjipetir di Sukabumi

Sekitar abad ke-19 menjelang abad ke-20, gutta percha menjadi komoditas yang sangat penting. Gutta percha sendiri adalah getah alami yang berasal dari pohon Palaquium. Pohonnya banyak tumbuh di wilayah tropis seperti Indonesia.

Getah ini bersifat termoplastik, keras pada suhu ruang, namun dapat lunak dengan proses pemanasan. Sifat tersebut membuatnya sangat berguna untuk berbagai kebutuhan. Termasuk sebagai isolator kabel telegraf bawah laut, bahan kedokteran gigi, material bola golf, hingga peralatan militer untuk memenuhi kebutuhan perang.

Di masa pendudukan Belanda, Pemerintah Kolonial menyadari potensi besar tanaman ini. Apalagi mengingat pohon penghasil gutta percha tumbuh subur di wilayah Sukabumi. Guna memaksimalkan produksi dan ekspor, Pemerintah Belanda kemudian merancang kehadiran pusat pengolahan gutta percha di daerah Cipetir.

Hal itu menjadi cikal bakal sejarah pembangunan Pabrik Tjipetir. Pembangunan berlangsung pada tahun 1855 dan menjadi salah satu mega proyek industri pada masanya. Bahkan, bangunannya pemerintah rancang untuk memproduksi gutta dalam skala besar. Tentunya dengan sistem pengolahan canggih yang datang langsung dari Eropa.

Masa Kejayaan Industri Tjipetir

Sejak beroperasi penuh antara tahun 1855 hingga 1920, Pabrik Tjipetir berkembang pesat. Kawasannya menjadi produsen gutta percha terbesar, tidak hanya di Hindia Belanda, tetapi juga di dunia.

Pabrik mampu memasok gutta dalam jumlah besar ke berbagai negara. Termasuk ke negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat. Kedua wilayah itu memang sedang giat membangun infrastruktur kabel telegraf bawah laut sekaligus memperkuat industri medis.

Dengan luas perkebunan ribuan hektare dan sistem pengolahan modern, Tjipetir menjadi simbol kemajuan industri kolonial. Produk-produknya diekspor dalam bentuk balok besar yang kemudian populer luas hingga ke pelabuhan-pelabuhan dunia.

Terlebih, posisi geografis serta iklim tropis Sukabumi membuat pabrik sangat produktif. Hingga dalam beberapa tahun saja, Tjipetir berhasil menjelma sebagai kiblat industri yang memberi pengaruh besar terhadap perkembangan global.

Redup dan Tutup

Memasuki akhir 1920-an, sejarah mencatat bahwa kejayaan pabrik gutta percha Tjipetir mulai memudar. Kemunculan bahan lain seperti plastik dan karet sintetis yang lebih murah serta mudah produksinya merupakan pemicu utama. Mereka dengan cepat menggantikan posisi gutta percha di pasaran global.

Baca Juga: KAAS Fabriek Sukabumi, Jejak Kelezatan Eropa di Tanah Parahyangan

Hal ini menyebabkan turunnya permintaan secara drastis yang berdampak langsung pada keberlangsungan Pabrik Tjipetir. Ketidakmampuan pabrik untuk bersaing dengan bahan-bahan baru membuatnya harus menghentikan produksi.

Pada tahun 1921, pabrik secara resmi tutup. Sejak saat itu, aktivitas industri gutta percha di Sukabumi berhenti sepenuhnya. Bekas pabriknya kini menjadi peninggalan sejarah yang nyaris terlupakan. Sesekali berfungsi sebagai tempat penelitian atau destinasi wisata sejarah. Tak jarang, masyarakat sekitar menjadikan sisa bangunan sebagai latar belakang untuk berfoto.

Pabrik Tjipetir di Era Modern

Saat ini, bangunan tua Pabrik Tjipetir masih berdiri di lahan milik PTPN VIII Sukamaju, Sukabumi. Meski sudah tidak seaktif dulu, pabrik ini masih sesekali memproduksi gutta perca untuk pesanan khusus, seperti dari perusahaan dalam dan luar negeri, termasuk Jepang dan Korea. Namun, jumlah pekerja dan produksi jauh menurun dibanding masa jayanya.

Pabrik Tjipetir kini menjadi saksi bisu kejayaan industri Nusantara yang pernah mendunia. Selain menyimpan nilai sejarah, pabrik ini juga menyimpan kisah mistis yang berkembang di masyarakat sekitar.

Penemuan Produk Gutta Percha Tjipetir di Pantai Eropa

Sebagai informasi tambahan, pada awal 2010-an, dunia sempat heboh oleh penemuan balok-balok misterius bertuliskan “Tjipetir”. Blok-blok tersebut terdampar di sejumlah pantai Eropa, termasuk kawasan Inggris, Prancis dan Spanyol.

Setelah melewati sejumlah penelitian, balok-balok itu diketahui terbuat dari gutta percha asal Pabrik Tjipetir Sukabumi. Penemuan ini memunculkan berbagai spekulasi. Hingga akhirnya sejumlah peneliti meyakini bahwa mereka adalah muatan kapal dagang yang tenggelam pada masa Perang Dunia I atau II.

Kapal-kapal tersebut kemungkinan membawa produk ekspor dari Hindia Belanda dan karam dalam perjalanan menuju Eropa. Seiring waktu, balok-balok ini terlepas dari bangkai kapal dan terbawa arus laut sampai akhirnya terdampar ke daratan.

Baca Juga: Jembatan Irene-Brug, Ikon Sejarah dan Penghubung Dua Kawasan di Bandung

Penemuan itu tentu kian menguatkan jejak sejarah Pabrik Tjipetir Sukabumi. Kendati kini hanya tinggal sisa-sisa, namun nama pabrik Tjipetir tetap hidup dalam catatan sejarah. Terlebih, menjadi pengingat akan besarnya jaringan perdagangan Nusantara dalam percaturan global masa lampau. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |