Event Diajeng
Tingle to Mingle adalah inisiatif terbaru Diajeng untuk merangkul komunitas. Sesi pertama membahas isu misinformasi digital di industri kecantikan.
tirto.id -
Bertepatan dengan Hari Kartini, Diajeng Tirto menggelar acara diskusi bertajuk Tingle to Mingle Vol. I dengan tema "Brand Growth in the Era of Digital Misinformation" di Royal Ambarrukmo, Yogyakarta pada Senin (21/4/2025).
Selaras dengan semangat pemberdayaan perempuan, mayoritas peserta adalah perempuan. Mereka terdiri atas 14 perwakilan brand, baik business owner dan perwakilannya, yang berkecimpung di bidang kecantikan dan kosmetika.
Peserta mendengarkan pemaparan dari pembicara tentang bagaimana kemajuan teknologi telah membuka kesempatan bagi pelaku usaha memasarkan produknya.
Di satu sisi, persaingan ketat dan gesekan kepentingan di era digital memicu terjadinya mikomunikasi, munculnya hoaks, dan klaim-klaim menyesatkan berkaitan dengan usaha kecantikan.
Dr. Ayu Helena Cornellia, hadir sebagai pemateri dalam diskusi perdana yang dilangsungkan Diajeng Tirto ini. Konsultan PR ini menyampaikan edukasi terkait misinformasi yang meliputi disinformasi, malinformasi, dan hoaks.
Misinformasi sangatlah berbahaya, sebab memberikan dampak negatif bagi tumbuh kembang sebuah usaha.
"Misinformasi, adalah informasi yang tidak jelas atau tidak valid. Hati-hati kalau punya bisnis. Apa pun bisnisnya harus jelas apa yang disampaikan dan yang dilakukan," tegas Ayu saat memaparkan materi.
Ayu kemudian membagikan berbagai tip bagi peserta terkait strategi mengembangkan usaha.
Mulai dari cara membangun kepercayaan konsumen, cara memanfaatkan sosial media dengan tepat, menciptakan konten yang menarik pelanggan, etika komunikasi, sampai peran usaha dalam masyarakat.
Founder DRW Skincare dr. Wahyu Triasmara berbagi cerita tentang tantangan menghadapi krisis terkait reputasi brand di era digital dalam sesi diskusi. tirto.id/ Tediyanto
Materi dilanjutkan dengan pemaparan oleh founder DRW Skincare, dr. Wahyu Triasmara, yang berbagi cerita tentang tantangan dan solusi terkait brand growth di era misinformasi digital.
Dokter dari Purworejo ini pernah diterjang badai misinformasi sampai dua kali.
Pertama, pada tahun 2020 saat pandemi COVID-19 mulai masuk ke Indonesia. Kala itu, produknya diulas oleh salah seorang dokter yang cukup tersohor di kanal YouTube.
"Saya punya 300 ribu konsumen [tahun 2020], mereka jadi mempertanyakan produk apakah DRW berbahaya. Sementara yang menonton ulasan itu sampai 1,7 juta. Itu berdampak sekali," kenang dr Wahyu.
Sempat terpikir di benak dr. Wahyu bahwa usahanya akan gulung tikar akibat peristiwa tersebut. Namun, dia berhasil bangkit karena pelanggan-pelanggannya yang loyal. Dia juga membagikan tip bertahan dan menghadapi misinformasi yang menerpanya.
Usai pemaparan materi, sesi diskusi ini dilanjutkan dengan tanya jawab dan obrolan santai yang intimate sembari makan malam bersama.
tirto.id - Diajeng
Kontributor: Siti Fatimah
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Sekar Kinasih