Ular Bertaring Tiga, Mutasi Langka yang Makin Berbahaya

2 days ago 21

Ular selalu punya cara mengejutkan dunia. Kali ini, ada seekor ular yang bikin heboh karena memiliki tiga taring berbisa. Mutasi ular bertaring tiga ini bukan hanya langka, tapi juga bisa membuat gigitan ular semakin mematikan.Biasanya, ular berbisa hanya punya dua taring untuk menyuntikkan racun. Tapi ular yang memiliki tiga taring ini justru berbeda dari yang lain. Kemampuannya dalam menyebarkan racun pun jadi lebih besar daripada ular biasa.

Baca Juga: Fosil Kadal Purba 280 Juta Tahun Sempat Heboh, Ternyata Palsu

Para ilmuwan dan pecinta reptil langsung penasaran dengan temuan ini. Bagaimana bisa ada ular dengan tiga taring berbisa? Apakah ini sekadar mutasi atau ada faktor lain yang menyebabkan perubahan unik ini?

Ular Bertaring Tiga, Sebuah Mutasi?

Seekor ular death adder bertaring tiga ditemukan di Australia, sebuah penemuan yang sangat langka. Taring tambahan ini membuat hewan tersebut jauh lebih berbahaya karena dapat menyuntikkan lebih banyak bisa, meningkatkan risiko bagi siapa saja yang digigit.

Billy Collett, manajer taman di Australian Reptile Park, tempat ular tersebut tinggal, mengatakan, “Ini adalah sesuatu yang belum pernah kami lihat sebelumnya.” Ular tersebut telah berada dalam program pengumpulan bisa selama sekitar tujuh tahun, namun baru belakangan ini mereka melihat taring ketiga tersebut. 

Meskipun awalnya mereka mengira taring ini akan lepas seiring waktu, ternyata taring tersebut tetap ada setelah lebih dari satu tahun. Taring ketiga ini, yang terletak di sebelah salah satu taring utama di sisi kiri mulut ular, juga menghasilkan bisa. 

Hal ini membuat ular tersebut memiliki bisa yang jauh lebih besar per gigitan dari ular berbisa pada umumnya, menjadikannya lebih mematikan.

Menurut Collett, ular dengan taring tiga ini “mungkin menjadi death adder paling berbahaya di dunia,” dan taring ekstra tersebut kemungkinan merupakan hasil mutasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Taring Ekstra Membuat Hewan Ini Lebih Berbahaya dan Mematikan

Death adder (Acanthophis) adalah kelompok ular berbisa yang berasal dari Australia dan Papua Nugini. Mereka terkenal dengan serangan tercepat di antara semua ular, mampu menggigit dan menyuntikkan bisa dalam waktu kurang dari 0,15 detik. 

Bisa ular ini mengandung neurotoksin yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan bahkan kematian jika tidak segera mendapatkan penanganan. Sebelum pengembangan antivenom, sekitar 50 persen gigitan ular death adder berakibat fatal.

Ular death adder ini adalah bagian dari program produksi antivenom di Australian Reptile Park. Taring ketiga yang sangat langka ditemukan saat ular ini diperah untuk diambil bisa dan racunnya. Proses ini melibatkan pemerasan kelenjar bisa ular secara perlahan saat ular menggigit wadah penampung, sehingga bisa mengalir ke dalam botol.

Ternyata, ular ini menghasilkan bisa yang jauh lebih banyak dari biasanya. Sekitar dua kali lipat dari ular berbisa dengan dua taring. Meskipun tidak jelas apakah peningkatan produksi bisa ini terjadi karena taring tambahan atau hanya karena hewan ini secara alami menghasilkan lebih banyak bisa, penemuan ini tetap menjadi hal yang luar biasa.

Menurut juru bicara Australian Reptile Park, meskipun ada ular bertaring tiga yang mereka temukan di Australia, ini adalah pertama kalinya mereka menemukan ular death adder dengan taring tiga di taman tersebut, yang telah beroperasi selama 20 tahun dan memerah ratusan ribu ular.

Bahaya yang Meningkat

Sebagaimana ulasan sebelumnya, gigitan hewan berbahaya ini tiga tentu lebih berbahaya daripada yang biasa. Taring tambahan membuat racun lebih cepat masuk ke tubuh mangsa atau manusia. Efek racun bisa lebih kuat dan mematikan dalam waktu lebih singkat.

Baca Juga: Apa Nama Ilmiah Baru Badak Jawa? Simak Ulasannya

Biasanya, racun ular berbisa bisa menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian. Dengan adanya taring ketiga, jumlah racun yang masuk pun bisa meningkat drastis. Ini tentu membuat ancaman dari ular berbisa semakin serius.

Para peneliti masih mencari tahu apakah mutasi ini bisa terjadi pada spesies lain. Jika iya, ini bisa menjadi fenomena baru dalam dunia herpetologi. Mungkin ada lebih banyak ular dengan karakteristik unik yang belum ditemukan.

Bagaimana Taring Ketiga Bisa Tumbuh?

Ular berbisa memiliki sistem unik dalam mengganti taring mereka. Sama seperti gigi manusia, taring ular bisa rontok dan tumbuh kembali. Biasanya, taring cadangan akan muncul menggantikan taring yang lama.

Namun, hewan ini mengalami pertumbuhan yang berbeda. Alih-alih menggantikan taring lama, taring cadangan justru tumbuh bersama taring utama. Hasilnya, ular ini memiliki tiga taring berbisa yang aktif.

Fenomena ini masih menjadi misteri bagi para peneliti. Mereka masih mencari tahu apakah ini hanya kebetulan atau ada penyebab biologis yang lebih kompleks. Jika bisa dipahami, mungkin mutasi ini bisa dijelaskan lebih jelas.

Apa Dampaknya bagi Alam?

Kehadiran ular bertaring tiga bisa mengubah ekosistem tempatnya hidup. Dengan taring tambahan, ia bisa berburu dengan lebih efisien dan cepat. Ini bisa berdampak pada keseimbangan populasi mangsa di habitatnya.

Predator alami mungkin juga perlu beradaptasi dengan keberadaan ular ini. Jika ular ini lebih kuat dan mematikan, bisa jadi jumlah pemangsanya berkurang. Ini bisa menyebabkan perubahan ekosistem yang lebih besar.

Selain itu, keberadaan mutasi seperti ini juga penting untuk penelitian medis. Racun ular sering digunakan dalam pembuatan obat. Jika mutasi ini berpengaruh pada komposisi racun, mungkin ada manfaat medis yang bisa ditemukan.

Baca Juga: Fakta Hyrax Awawa, Hewan Mungil Kerabat Gajah

Ular bertaring tiga adalah fenomena langka yang mengejutkan banyak orang. Mutasi ini tidak hanya membuat ular semakin unik, tetapi juga lebih berbahaya. Dengan taring tambahan, racun yang ular ini suntikkan bisa lebih banyak, meningkatkan risiko bagi mangsa dan manusia. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |