tirto.id - Update serangan Israel ke Gaza hingga Rabu (19/3/2025) menewaskan setidaknya 404 orang. Serangan pada Selasa (18/3/2025) kemarin, dilakukan setelah masih buntunya kesepakatan gencatan senjata antara pihak Israel dan Hamas.
Gencatan senjata sebelumnya telah disepakati dilakukan per-19 Januari 2025 dan direncanakan berlangsung 3 fase. Setiap fase tersebut disepakati akan berlangsung selama 42 hari atau 6 pekan.
AP News melaporkan, bahwa serangan kemarin dilakukan atas perintah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, karena belum terjadinya kesepakatan terkait lanjutan gencatan senjata. Israel juga telah melakukan blokade total sejak awal Maret 2025.
“Militer Israel memerintahkan orang-orang untuk mengungsi dari wilayah Gaza utara dan timur, yang mengindikasikan bahwa Israel dapat segera melancarkan operasi darat baru,” tulis AP News, Rabu (19/3/2025).
Serangan Israel tidak hanya menewaskan 404 orang. Setidaknya 560 orang menjadi korban luka atas serangan yang sama. Sebelumnya, konflik Israel-Hamas juga telah menewaskan lebih dari 48 ribu orang sejak berlangsung pada Oktober 2023 hingga Januari 2025. Apa alasan Netanyahu melakukan serangan?
Ancaman Netanyahu terkait Serangan ke Gaza
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengisyaratkan ancaman lanjutan terhadap warga Gaza. Netanyahu mengatakan, serangan yang menewaskan 400-an orang pada Selasa (18/3/2025), hanyalah sebagai permulaan.
Netanyahu beralasan, melakukan serangan tersebut karena Hamas menolak untuk mengubah tuntutan Israel terkait perjanjian dalam gencatan senjata. Israel disebutkan, kini mengupayakan untuk menghancurkan Hamas dan membebaskan semua sandera.
“Pembebasan sebelumnya membuktikan bahwa tekanan militer merupakan syarat yang diperlukan untuk membebaskan sandera,” kata Netanyahu dalam pernyataannya, seperti dikutip dari AP News, Rabu (19/3/2025).
Sebelumnya, serangan Israel telah dilalui setelah perundingan dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Washington disebutkan telah dilibatkan dalam rencana serangan Israel terhadap Gaza.
"Pemerintahan Trump dan Gedung Putih diajak berkonsultasi oleh Israel mengenai serangan mereka di Gaza malam ini (Senin waktu setempat)," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Caroline Leavitt kepada Fox News, seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (18/3/2025) waktu setempat.
Adapun serangan yang diperintahkan Netanyahu, turut ditengarai karena Perdana Menteri Israel ini, ingin tetap mendapatkan dukungan dari koalisi sayap kanannya. Seperti dilaporkan AP News, Menteri Keuangan sayap kanan Bezalel Smotrich mengancam akan meninggalkan koalisi jika Netanyahu maju ke fase 2 gencatan senjata.
Setelah serangan dilakukan, Netanyahu juga mendapatkan kembali mitra sayap kanan lainnya, Itamar Ben-Gvir, setelah partainya telah hengkang pada bulan Januari karena gencatan senjata.
“Jika Netanyahu maju ke fase 2 [gencatan senjata] alih-alih memulai kembali serangan. Partai-partai oposisi telah berjanji untuk mendukungnya dalam perjanjian apa pun yang membawa kembali para sandera, tetapi koalisinya akan tetap sangat lemah,” tulis AP News.
Sebelumnya, gencatan senjata tahap 1 yang berlangsung dari 19 Januari hingga 1 Maret, Hamas membebaskan 25 sandera Israel dan 8 jenazah lainnya, sebagai ganti hampir 1.800 tahanan Palestina.
tirto.id - Edusains
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Fitra Firdaus