Fenomena Warga Cina Buka Harga Barang Mewah, Upaya Lawan Trump?

2 days ago 20

tirto.id - Kreator asal Cina ramai-ramai mengungkap barang mewah yang banyak dijual di Amerika Serikat (AS) dengan harga mencapai puluhan ribu dolar AS, lebih dari 80 persen di antaranya sebenarnya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan manufaktur asal Cina. Bahkan, tas serupa Birkin yang diproduksi oleh jenama asal Prancis, Hermes dan dijual di kisaran 30.000 dolar AS atau setara 640 juta, dapat ditemukan di pabriknya hanya dengan harga 1.400 dolar AS atau sekitar 23,5 juta.

“Mengapa Anda tidak menghubungi kami dan membeli dari kami? Anda tidak akan percaya harga yang kami berikan,” ujar pemilik akun Sen Bags, Wang Sen, dalam sebuah klip yang saat berita ini ditulis, telah dihapus Tiktok.

Selain Wang, kreator dengan nama akun @lunasourcingchina mengungkap bahwa celana legging yoga di bawah merek Lululemon biasanya dibanderol di kisaran 49-69 dolar AS atau bahkan ada yang mencapai 100 dolar AS di AS. Namun, dalam video yang telah ditonton lebih dari 10 juta kali, diungkap bahwa produsen asal Cina, Xiang Long Clothing dan Hung Qisun Clothing dari Cina, pakaian-pakaian olahraga dengan merek Lululemon yang diproduksi di Kanada sampai Uncia Active di San Fransisco hanya dijual dengan harga 5-6 dolar AS.

“Bahan dan pengerjaannya pada dasarnya sama karena berasal dari jalur produksi yang sama,” katanya dengan percaya diri, dikutip The Economic Times, Rabu (17/4/2025).

Kemudian, kreator lain juga mengklaim oleh produsen-produsen yang memproduksi barang-barang dari Louis Vuitton hanya menjual tas bermodel sama dijual dengan harga 50 dolar AS. Padahal, melalui laman resminya untuk wilayah AS, tas-tas jenama asal Perancis ini dibanderol dengan harga mencapai ribuan dolar.

Selain jenama-jenama tersebut, banyak pekerja pabrik dan pemilik pabrik serta blogger asal Tiongkok yang juga mengungkap kerahasiaan rantai pasok barang-barang mewah. Lewat Tiktok, para kreator membeberkan bahwa banyak produk dari Gucci, Prada, hingga kulit yang digunakan dalam bagian-bagian mobil BMW sering kali diproduksi pabrik-pabrik asal Cina. Dengan kualitas yang diklaim sama, barang-barang berkualitas mewah itu dijual tanpa merek sehingga membuat harga jualnya jauh lebih rendah.

Mengutip Jing Daily, dalam unggahan-unggahan di bawah tagar #chinamanufacturer, para kreator mencantumkan alamat website atau email para produsen. Dus, konsumen yang tertarik membeli barang-barang tanpa label dengan kualitas ‘mewah’ tersebut dapat membeli langsung dari pabrik.

Ilustrasi tasIlustrasi tas

Namun, pernyataan dari para kreator tersebut dibantah oleh merek-merek mewah itu. Sama seperti sebelum-sebelumnya, Louis Vuitton menegaskan bahwa tidak ada produknya yang dibuat di Cina. Sementara Juru Bicara Lululemon mengatakan kepada The Independent, perusahaan itu hanya memproduksi sekitar 3 persen dari barang jadinya di Cina daratan dan menyediakan daftar lengkap mitra manufakturnya di laman resmi mereka, corporate.lululemon.com.

Namun, Lulu memberi sanggahan bahwa mereka tidak bekerja sama dengan perusahaan manufaktur yang disebutkan dalam video.

“tidak bekerja sama dengan produsen yang disebutkan dalam video daring tersebut dan kami menghimbau konsumen untuk waspada terhadap produk yang berpotensi palsu dan misinformasi,” tulis perusahaan, dikutip CNN, Kamis (17/4/2025).

Sementara kebanyakan rumah mode mewah mengklaim memproduksi barang mereka di Eropa, dengan Chloé, Valentino, Tom Ford, Bvlgari, Mulberry, dan Stella McCartney yang berproduksi di Italia, serta Goyard dan Delvaux di Prancis. Sementara yang lain, seperti Mulberry dan Anya Hindmarch di Inggris.

Sementara itu, video-video ‘pengungkapan’ produksi barang mewah tersebut mulai bermunculan ketika Presiden AS Donald Trump secara terus-menerus mengumumkan kenaikan tarif perdagangan terhadap Cina. Terakhir, pada Selasa (15/4/2025), Gedung Putih kembali menaikkan tarif impor Cina hingga maksimal 245 persen, dari yang sebelumnya 125 persen. Tarif baru ini menyusul tindakan pembalasan Cina yang mengenakan tarif impor sebesar 125 persen kepada Negeri Paman Sam.

“Tarif lebih tinggi yang dipersonalisasi saat ini dihentikan sementara di tengah diskusi ini, kecuali Tiongkok yang melakukan tindakan balasan,” tulis lembar fakta yang diunggah Gedung Putih dalam laman resmi mereka.

Kepada Business of Fashion, analis Bernstein Luca Solca, ragu bahwa klaim para kreator tersebut sah dan berisi fakta. Terlepas dari apakah pabrik-pabrik manufaktur yang ditampilkan dalam video-video viral tersebut memiliki hubungan resmi dengan merek-merek mewah atau tidak.

“Saya ragu klaim (Tiktok) ini sah, kata dia, dikutip Kamis (17/4/2025).

Penjualan Arloji Mewahilustrasi penjualan arloji mewah [foto/shutterstock]

Sementara itu, profesor sistem berkelanjutan dan sirkular di University of the Arts London, Regina Frei, menilai sulit untuk mengatakan apakah tas dan jam tangan mahal yang diberi label merupakan buatan Italia atau Swiss. Sebab, banyak jenama barang mewah yang akan merakit beberapa barang atau perangkat keras mereka di Tiongkok, sebelum merakit produk akhir di Prancis dan italia, tergantung dari berapa rumit proses pembuatan perangkat keras tersebut.

Selain itu, perusahaan rantai pasok produksi barang mewah juga biasanya tidak transparan. Bahkan, pabrik yang berlokasi di Italia atau negara lain, bisa jadi masih dapat memiliki hubungan dengan Cina, seperti misalnya melalui kepemilikan asing atau manajemen asing.

“Jika kita berbicara tentang tas tangan yang sangat mahal yang melibatkan banyak pekerjaan manual, tas-tas itu mungkin dirakit terlebih dahulu di suatu tempat, lalu diselesaikan, misalnya, di Prancis,” kata Regina, dikutip CNN.

Jadi, meskipun beberapa bagian barang mewah memang berasal dari Tiongkok, tidak ada jaminan keamanan dan langkah-langkah pengendalian kualitas yang tepat jika konsumen membeli produk akhir dari gudang-gudang di TikTok. Tidak ada pula jaminan atau pengembalian barang.

Apa Tujuan Warga Cina?

Sementara, meski barang-barang serupa jenama mewah itu dibeli langsung dari produsen Cina, dapat terhindar dari tarif Trump sebesar 245 persen. Pasalnya, barang-barang yang dibeli langsung dari produsen di situs-situs seperti Temu dan Aliexpress juga akan menghadapi kenaikan harga dengan adanya kebijakan penghapusan pengecualian de minimis untuk paket-paket yang nilainya kurang dari 800 dolar AS.

“Itu mungkin agak sulit kita verifikasi. Karena, ya kita memerlukan investigasi lebih jauh. Tapi, kalau yang kita tahu gitu kan, produk-produk luxury brand tersebut memang seperti Hermes misalnya yang salah satu video yang paling terkenal gitu kan, itu memang jadinya memiliki pabrik di Prancis,” jelas Direktur Program dari Bright Institute, Muhammad Andri Perdana, saat dihubungi Tirto, Rabu (16/4/2025).

Namun demikian, seperti pemerintah Prancis, Amerika, dan negara-negara lain yang mengutamakan produksi barang-barang branded, selama ini memiliki regulasi yang cukup ketat untuk melakukan verifikasi produk. Sehingga, sulit juga untuk mengkonfirmasi, apakah sedikit dari banyak barang yang diproduksi oleh jenama-jenama mewah dunia memang diproduksi di Cina atau bukan.

Menurut Andri, dengan pengungkapan ini, para kreator atau bahkan pabrikan barang mewah yang berada di Cina memang bisa kebanjiran order. Namun, hasil penjualan ini nampaknya tidak akan sebanding dengan reputasi yang telah dihancurkan akibat pengungkapan. Dengan kerahasiaan bisnis yang biasa dipegang erat para pemilik brand mewah, pengungkapan produksi bisa jadi membuat perusahaan-perusahaan manufaktur asal Cina kehilangan kontrak produksi mereka dengan brand-brand yang telah bekerjasama.

“Mungkin saya juga tidak bisa memastikan, ‘wah, bisa saja memang ternyata produk-produk ini melayani brand-brand Hermes, Lululemon ataupun Prada, gitu’. Namun yang juga kita lihat apakah yang jadi posibilitas juga apakah ini seperti propaganda langsung dari pemerintah Cina? Itu juga belum bisa kita pastikan,” jelas dia.

Namun yang jelas, perusahaan-perusahaan manufaktur di Cina sedang mencoba mengambil untung dari kebijakan tarif Trump. Dengan mengungkapkan produksi barang-barang mewah, para produsen berharap pembeli akan berdatangan untuk mendapatkan barang-barang tanpa label dengan kualitas mewah yang dijual dengan harga murah.

“Sehingga dipercaya bahwa masyarakat bisa order langsung nih barang Hermes yang asli dengan harga yang jauh lebih murah. Bisa jadi produsen-produsen itu mengambil opportunity di sini. Karena bagaimana pun kan akan ada yang percaya juga dari kualitas, sebenarnya seperti Indonesia saja bisa bikin barang dengan kualitas yang sama (dengan barang mewah),” imbuh Andri.

Terpisah, Direktur Desk China-Indonesia dan Desk Indonesia-MENA Center of Economic and Law Studies (Celios), Muhammad Zulfikar Rahmat, menilai bahwa pengungkapan oleh produsen barang bermerek asal Cina ini merupakan kombinasi dari strategi bisnis untuk mengatasi tantangan ekspor dan ekspresi nasionalisme sebagai respons terhadap kebijakan perdagangan yang dianggap tidak adil. Selain itu, ini juga mencerminkan bagaimana perusahaan dan konsumen Cina bersatu dalam menghadapi tekanan eksternal.

Karenanya, pasca Trump menaikkan tarif menjadi 245 persen, warga Cina juga dinilai akan lebih masif menyuarakan protes mereka melalui media sosial. “Dengan memanfaatkan sentimen nasionalistik untuk mendukung produk dalam negeri dan memperkuat posisi ekonomi nasional,” kata Zulfikar, melalui aplikasi perpesanan kepada Tirto, Rabu (16/4/2025).


tirto.id - News

Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Anggun P Situmorang

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |