ITF Bawuran Bantul Digadang Jadi Solusi Masalah Sampah di DIY

14 hours ago 16

tirto.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul meluncurkan Intermediate Treatment Facility (ITF) Bawuran pada Selasa (11/3/2025), bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Kabupaten Bantul ini digadang jadi solusi penanganan sampah di Bantul dan Provinsi DIY.

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mengatakan ITF Bawuran merupakan bagian dari visi pemerintahannya dalam mewujudkan Bantul bersih dari sampah.

“Ini pendekatannya, karena perusahaan, jadi kompleksial. Benefit dihitung betul,” ujar Halim diwawancarai di Kompleks ITF Bawuran, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul, DIY, pada Selasa (11/3/2025).

Halim menegaskancnantinya operasional ITF Bawuran akan terpisah dengan pengelolaan keuangan daerah. Namun, akan dimonitor melalui audit keuangan. Sehingga, dapat diketahui besaran keuntungan yang dapat masuk menjadi pendapatan asli daerah (PAD).

Halim pun menjelaskan, bahwa kapasitas ITF Bawuran telah ditetapkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY untuk membakar sebanyak 50 ton sampah per hari. ITF Bawuran bisa membakar sebanyak 50 ton sampah per hari yang tidak lolos dari proses pemilahan.

“Itu adalah sampah residu yang telah dipilah, sampah yang tidak bisa dimanfaatkan lagi, itu nanti dibakar. Output adalah abu,” sebutnya.

Lebih lanjut Halim membeberkan besaran sampah residu umumnya sekitar 15 persen dari tumpukkan sampah total. Maka jika diakumulasi, total sampah tidak terpilah yang dapat masuk ke ITF Bawuran sebanyak 333 ton per hari. Sebab tersedia pula alat pemilahan sampah di ITF Bawuran ini.

Sampah yang tidak lolos pemilahan itu, kata Halim, selanjutnya dibakar. Dia mengeklaim, abu yang dihasilkan dalam pembakaran sampah di ITF Bawuran tidak tergolong jenis B3.

“Bukan limbah berbahaya. Jadi tidak ada treatment khusus terhadap limbah ini,” ucapnya.

Sebagai informasi, Kabupaten Bantul memproduksi sampah sekitar 276 ton per hari. Timbulan sampah yang dihasilkan oleh Kota Yogyakarta sekitar 300 ton per hari, serta bisa bertambah saat akhir pekan dan musim liburan. Sementara untuk Kabupaten Sleman, diperkirakan jumlahnya pun mencapai 300 ton per hari.

Sehingga dipastikan, ITF Bawuran tidak dapat menampung seluruh luapan sampah di DIY.

“Tapi ini bukan [tempat pengolahan sampah] satu-satunya,” tegas Halim.

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu mengatakan, Bantul memiliki beberapa lokasi pengelolaan sampah didukung pula dengan keberadaan badan usaha pengelolaan sampah yang berada di kelurahan.

“Saya optimistis bersih sampah selesai tahun ini Bantul Bersama (bersih tahun 2025),” terangnya.

Sisa sampah yang tidak tertangani di pengelolaan sampah lainnya, kata halim, baru akan masuk ke ITF Bawuran. Halim yakin ada sisa kapasitas yang cukup besar di ITF Bawuran yang dapat dimanfaatkan oleh Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Oleh sebab itu diharapkan, upaya ini dapat mempercepat penanggulangan sampah di DIY.

“Tarifnya, kerja sama dengan beberapa pihak, Rp450 ribu per ton untuk mengolah sampah di sini. Tapi ini nanti akan kami formalkan dalam peraturan tentang tarif pengelolaan sampah supaya seragam di Bantul,” tegasnya.

Walikota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyambut baik keberadaan ITF Bawuran yang dilengkapi dengan pemilahan, pemotongan, pengeringan, dan pembakaran sampah.

“Karena ini bagian outlet yang penting bagi DIY. Bagi kami (Pemkot Yogyakarta), ini tujuan akhir dari sampah di Kota Yogyakarta,” jelas Hasto.

“Insyaallah kami terbantu, di-backup oleh ITF Bawuran,” imbuhnya.

Namun, politikus PDIP ini berharap jalin kerja sama dalam pemanfaatan teknologi ITF Bawuran dilakukan antarpemerintah. Kata dia, supaya lebih murah.

“Ini dikelola BUMD Bantul, hanya memang kami berharap ada kerja sama antarpemerintah. Dan mungkin dapat memperoleh perlakuan yang spesial karena bukan bisnis, tapi government to government. Kalau begitu, mohon maaf bisa agak lebih murah sedikit. Kalau government to business, atau business to business ya hitungannya lebih mahal,” tutur Hasto.


tirto.id - Sosial budaya

Kontributor: Siti Fatimah
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Bayu Septianto

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |