Penemuan Jinlin Crater di China sukses menghebohkan para ilmuwan dunia. Bagaimana tidak, sekilas, cekungan di Jinlin Crater ini tampak seperti lekukan geologi biasa. Namun ternyata, penelitian mendalam menunjukkan bahwa bentuk tersebut adalah hasil tabrakan meteorit berkecepatan tinggi pada masa Holosen.
Baca Juga: Ketahui Penemu Planet Pluto dan Sejarahnya
Berdasarkan tulisan Science Alert, penemuan “kawah modern terbesar di bumi” itu sudah masuk laporan 2 publikasi. Pertama dalam jurnal Universe Today dan Matter and Radiation at Extremes Journal sejak pertengahan November 2025.
Jinlin Crater di China dan Sejumlah Fakta Menariknya
Jinlin Crater terletak di lereng bukit dekat Kota Zhaoqing, Provinsi Guangdong, Tiongkok. Sebuah kawasan yang sebelumnya tidak pernah ilmuwan anggap memiliki karakteristik geologis istimewa.
Setelah berjuta-juta tahun, analisis terbaru mengungkapkan struktur bundar di lokasi ini sebenarnya kawah tumbukan yang masih terjaga.
Penemuan tersebut menjadi sangat penting karena jarang sekali ahli geologi menemukan kawah meteor yang terbentuk dalam periode Holosen. Periode Holosen sendiri merupakan masa setelah berakhirnya zaman es terakhir, yakni sekitar 11.700 tahun yang lalu.
Pasalnya, kebanyakan kawah meteor yang manusia kenal manusia berusia jauh lebih tua. Bisa ratusan juta hingga milyaran tahun. Seiring waktu, kawah-kawah itu secara alami tertutupi sedimen, terkikis erosi, atau hilang akibat aktivitas geologi.
Karena itu, menemukan kawah yang relatif masih muda dengan struktur sangat jelas adalah hal unik sekaligus berharga bagi studi ilmiah.
Ukuran dan Usia Kawah
Salah satu hal yang membuat Jinlin Crater di China begitu menarik adalah ukurannya. Diameter kawah ini mencapai 820 hingga 900 meter, dengan kedalaman sekitar 90 meter.
Baca Juga: Penelitian Tentang Inti Bulan yang Padat Seperti Besi
Ukuran tersebut berhasil menempatkannya sebagai kawah Holosen terbesar yang pernah tercatat di Bumi. Sebelumnya, gelar ini dipegang oleh Kawah Macha di Rusia yang berdiameter sekitar 300 meter.
Klasifikasi Jinlin sebagai kawah “modern” mengacu pada perkiraan usia pembentukannya yang terjadi di awal hingga pertengahan periode Holosen.
Artinya, tabrakan meteorit yang membentuk kawah berlangsung setelah manusia modern menyebar serta membangun peradaban awal.
Alasan Kawah Bisa Bertahan Lama
Salah satu misteri yang kemudian peneliti jelaskan adalah bagaimana struktur kawah Jinlin dapat bertahan meskipun berada di lingkungan ekstrem. Kawasan Guangdong terkenal dengan iklim lembap serta tingkat erosi tinggi yang seharusnya mempercepat perusakan bentuk-bentuk geologi.
Ternyata, jawabannya terletak pada kondisi batuan di sekitar kawah. Daerah tersebut penuh dengan lapisan granit lapuk tebal.
Uniknya, lapisan inilah yang bertindak sebagai pelindung alami. Alih-alih mudah terkikis, granit lapuk itu justru menjaga dinding kawah tetap stabil dari perubahan drastis.
Tanpa kondisi itu, besar kemungkinan kawah Jinlin Crater di China akan kehilangan bentuk aslinya dalam beberapa ribu tahun. Bahkan tak akan pernah teridentifikasi sebagai kawah meteorit.
Bukti Kehadiran Meteorit
Identifikasi awal strukturnya berlangsung lewat analisis batuan yang muncul di sekitar kawah. Para ilmuwan mendapati sejumlah pecahan kuarsa. Ini menunjukkan planar deformation features atau pola kerusakan mikroskopis pada mineral akibat tekanan ekstrem.
Pola tersebut tidak bisa muncul oleh proses geologi biasa seperti aktivitas vulkanik atau pergeseran tektonik. Hanya tumbukan benda luar angkasa berkecepatan tinggi bertekanan antara 10 hingga 35 gigapascal yang mampu menciptakannya.
Sehingga para ilmuwan menyimpulkan bahwa ini menjadi bukti kuat kawah Jinlin benar-benar terbentuk oleh tabrakan meteorit.
Jenis Benda Penabrak
Meskipun bukti tumbukan telah jelas, jenis objek yang menabrak masih menjadi objek penelitian lanjutan. Namun, berdasarkan ukuran kawah, para peneliti memperkirakan bahwa benda penabrak kemungkinan besar adalah meteorit, bukan komet.
Bila yang menabrak adalah komet dengan pergerakan super cepat, bentuk kawah seharusnya akan jauh lebih besar. Bahkan dapat mencapai hingga 10 kilometer.
Meski begitu, komposisi pasti meteorit tersebut, apakah berbahan batu atau besi, belum dapat ilmuwan pastikan. Hal itu mengingat fragmen fisiknya belum ketemu atau masih terkubur.
Baca Juga: Fakta Menarik Seputar 7 Bintang Pleiades di Rasi Taurus
Saat ini, Jinlin Crater di China bukan hanya memberikan wawasan tentang tumbukan meteorit. Lebih dari itu, kehadirannya juga mengubah pandangan ilmuwan terkait frekuensi tumbukan besar dalam masa Holosen. Penemuan Jinlin Crater di China seolah menunjukkan Bumi mungkin sering mengalami hantaman besar dalam ribuan tahun terakhir daripada yang diperkirakan. Ini sekaligus membantu tim peneliti mencari pola yang dapat mereka gunakan untuk menemukan kawah-kawah lain yang belum teridentifikasi. (R10/HR-Online)

3 days ago
19

















































