Materi asal usul sejarah Kota Garnisun Cimahi memang menarik untuk dibahas. Seperti yang kita ketahui bahwa Cimahi merupakan daerah yang memiliki banyak instalasi militer hingga disebut dengan “kota garnisun”.
Baca Juga: Sejarah Pangeran Papak dan Napak Tilas Dakwah Islam di Garut
Kendati wilayahnya kecil, namun kota ini mempunyai peranan penting dalam perjalanan sejarah kolonial Belanda dan Jepang hingga masa perang kemerdekaan. Selain itu, sejak zaman kolonialisme, Cimahi memang berfungsi sebagai tangsi militer Belanda. Hal itu terbukti dengan banyaknya bangunan bersejarah dengan bergaya arsitektur Belanda seperti indische empire stijl.
Bangunan Kota Garnisun Cimahi Dipengaruhi Arsitektur Belanda
Cimahi, sebuah kota kecil yang terletak di sebelah barat Kota Bandung, memiliki julukan unik yang mungkin terdengar cukup serius: “Kota Militer.” Julukan ini bukan tanpa alasan, melainkan berkaitan erat dengan sejarah panjang masa kolonialisme Belanda di Indonesia.
Pada masa pendudukan Belanda, Cimahi dijadikan sebagai basis militer bagi pasukan Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda. Penetapan Cimahi sebagai kota garnisun militer tidak lepas dari peran Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels, yang melihat wilayah ini sebagai lokasi strategis untuk mendukung kepentingan militer Belanda di tanah Jawa.
Bangunan di wilayah Cimahi kental dengan nuansa arsitektur Belanda oleh pimpinan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Herman Willem Daendels. Kala itu, ia membangun Jalan Raya Pos yang juga membelah Kota Cimahi. Daendels juga membangun pos penjagaan garda terdepan yang saat ini berubah menjadi Alun-alun Cimahi.
Bangunan bersejarah yang kokoh berdiri dan sudah berusia ratusan tahun, saat ini berfungsi sebagai pusat pendidikan militer. Sebagian besar berbentuk asli tanpa adanya perubahan, tapi ada juga yang berubah total hingga tak menemukan lagi ciri khasnya.
Berfungsi Sebagai Kota Militer Sejak Dulu
Ahli sejarah Cimahi, Mahmud Mubarok menyebut sejak zaman penjajahan Hindia Belanda, Cimahi sudah direncanakan sejak dulu menjadi Garnisun (militer).
Kota Garnisun Cimahi ini memiliki sekitar 4 batalyon atau sekitar 4 hingga 5 ribu tentara yang tinggal di Cimahi. Inilah yang menjadikan wilayah ini sebagai kota dengan jumlah tentara terbesar di Hindia Belanda (sebutan Indonesia jaman dulu).
Selain itu, sebagai basis militer Belanda, Cimahi berkontribusi merebut kemerdekaan dari negara penjajah dan bangunannya eksis hingga kini. Bangunan-bangunan pusat pendidikan militer dan markas TNI di Cimahi sebagian besar merupakan peninggalan Belanda.
Munculnya Sebutan Istilah Kota Garnisun
Bangunan peninggalan Belanda di atas kemudian dilanjutkan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dengan demikian artinya TNI memakai markas tentara Belanda terdahulu sebagai markasnya saat ini. Bahkan, sekarang terdapat sekitar 12 sampai 13 pusdik dan kesatuan militer.
Dari situlah munculnya sebutan Cimahi sebagai “kota hijau” atau “kota militer”. Bahkan sebagian besar orang juga menyebutnya sebagai “Kota Garnisun Cimahi“. Pasalnya, setiap sudut kota khususnya di kawasan Baros dan pusat Kota Cimahi terdapat bangunan milik TNI.
Alasan Cimahi Menjadi Garnisun
Bangunan Belanda zaman dahulu tentunya proses pembangunannya tidak asal-asalan. Semua sudah mempunyai perencanaan matang. Begitu juga dengan pemilihan Kota Garnisun Cimahi.
Alasan pemilihan lokasi ini karena saat menginvasi berbagai daerah di tanah air lainnya, tentara Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL) jatuh sakit dan lemah hingga harus membawanya ke daerah lebih sehat. Saat itulah terpilih Cimahi yang mempunyai hawa sejuk, luas, dan sudah terdapat jalan kereta api.
Baca Juga: Sejarah Kuda Kosong Cianjur, Pawai Penghormatan Para Leluhur Kota Santri
Selain itu, ahli sejarah Mahmud juga mengatakan bahwa pihak Belanda telah melakukan serangkaian survei sebelum memutuskan Cimahi sebagai basis militer bagi tentaranya selama invasi berlangsung. Akan tetapi, hal utama yang menjadi pertimbangan adalah iklim dan keberadaan jalur kereta apinya.
Penunjang Kawasan Garnisun Cimahi
Garnisun Cimahi diperkuat oleh jalur kereta api yang dibangun pada 1881–1882 dan diresmikan tahun 1884. Jalur ini memudahkan Belanda mengangkut amunisi, senjata, dan logistik militer ke kawasan tersebut. Selain itu, Belanda juga mendirikan Hoefsmidschool atau sekolah ladam kuda di Jalan Baros, untuk melatih pasukan dalam merawat dan menyiapkan kuda penarik artileri.
Istal kuda berada di Kompleks Basis, sebagaimana terlihat dalam peta Tjimahi tahun 1940. Keberadaan sekolah ini mendukung Depot Mobile Artilerrie di Baros, seiring peran Cimahi sebagai markas Batalyon Infanteri 4 dan 9e.
Penunjang lainnya adalah Militaire Strafgevangenis (kini Lemasmil Poncol), penjara militer yang dibangun tahun 1886 menggantikan penjara di Semarang. Bangunan ini berfungsi sebagai pusat tahanan militer Belanda, dan sempat menjadi kamp tahanan saat pendudukan Jepang.
Pemindahan tahanan dan pasukan berlangsung lewat jalur laut dan kereta api ke Cimahi. Hingga kini, Lemasmil Poncol masih berfungsi, berdiri kokoh dengan arsitektur asli Belanda meski telah berusia lebih dari 130 tahun.
Kota Cimahi Saat Ini
Saat ini, kawasan di wilayah Cimahi memang kental dengan nuansa militernya. Terutama di wilayah sepanjang Jalan Gatot Subroto atau biasa terkenal dengan kawasan Rajawali, yang merujuk pada lapangan bola Rajawali.
Di tempat itulah banyak berderet markas-markas TNI serta pusat pendidikan militer. Misalnya, Pusat Pendidikan Pengetahuan Militer Umum (Pusdikpengmilum) dan Sekolah Pelatih Infanteri Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif).
Selain itu juga terdapat Pusat Pendidikan Pembekalan Angkutan (Pusdikbekang), Pusat Pendidikan Perhubungan (Pusdikhub), Batalyon Artileri Medan (Yon Armed) 4/155, dan masih banyak lagi bangunan militer lainnya.
“Sebetulnya yang paling banyak itukan sepanjang Jalan Gatot Subroto, dari mulai Kodim sampai batas Jalan Baros ke arah Pasar Baros, nah itu sebetulnya batas Garnisun. Diluar dari itu memang bukan Garnisun,” pungkas Mahmud.
Baca Juga: Nieuwe Wijk Yogyakarta, Cikal Bakal Berdirinya Kawasan Kotabaru
Dari ulasan di atas dapat kita simpulkan bahwa sejarah asal usul sebutan pemilihan Kota Garnisun Cimahi memang tidak sembarangan. Pihak Belanda telah mempertimbangkan dari sisi geografis, iklim Cimahi, segi airnya, dan berbagai macam faktor yang memenuhi syarat lainnya. Dengan demikian, keberadaan kota ini memegang kunci peranan penting dalam perkembangan militer di negara Indonesia. (R10/HR-Online)