harapanrakyat.com,- Lanskap bisnis media di era AI (akal imitasi) atau lebih dikenal kecerdasan buatan, harus tetap mengedepankan etika serta kepentingan publik.
Hal itu merupakan salah satu kesepahaman yang dihasilkan dalam Konferensi CTRL+J Asia Pacific tahun 2025 yang berlangsung tiga hari (22-24/7/2025), di Hotel Le Meridien, Jakarta.
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia), AJI (Aliansi Jurnalis Indonesia), dan IFPIM (International Fund for Public Interest Media). Tujuannya untuk mempertemukan pelaku teknologi yang ada di kawasan Asia Pasifik dengan jurnalis, akademisi, dan pegiat media.
Dalam Konferensi CTRL+J Asia Pacific juga menghasilkan sejumlah kesepakatan penting lainnya sebagai upaya untuk membangun ekosistem informasi di era AI yang lebih kredibel dan sehat.
Pertemuan selama tiga hari itu diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antar negara dalam membangun masa depan jurnalisme yang bertanggung jawab dan berkualitas di era AI.
Kesepahaman mengenai kolaborasi media dengan teknologi lokal mengemuka saat sesi fireside chat hari kedua konferensi, Rabu (23/7/2025). Sesi ini bertema ‘Membangun Teknologi Lokal serta Membentuk Ulang Hubungan antara Teknologi dan Media.
Dalam perbincangan sesi ini menghadirkan Head of Partnerships GoTo Group, Henky Prihatna, dan Wakil Ketua AMSI yang juga Pemred KBR Media, Citra Prastuti.
Henky Prihatna menjelaskan mengenai pengembangan Sahabat-AI, yakni sebuah perangkat teknologi kecerdasan buatan open source yang telah dikembangkan oleh GoTo.
Pengembangan perangkat tersebut merespon kebutuhan masyarakat Indonesia untuk membangun platform AI dalam bahasa lokal yang relevan dan bertanggung jawab.
Lanjut Henky, operasional dalam Bahasa Indonesia serta berbagai bahasa daerah, perangkat teknologi tersebut dapat menjembatani kesenjangan konteks maupun referensi budaya.
Karena selama ini model LLM global belum mampu memenuhi kebutuhan itu. Padahal Indonesia menjadi salah satu pengguna teknologi kecerdasan buatan terbanyak di dunia.
Baca Juga:
Pengembangan Sahabat-AI
Henky juga menjelaskan, Sahabat-AI dikembangkan untuk menjawab kebutuhan tersebut melalui kolaborasi antar sektor. Infrastruktur ini mendapat dukungan kemitraan dari Indosat sebagai perusahaan infrastruktur teknologi dengan pengembangan teknisnya dipercayakan kepada talenta digital GoTo.
Kemudian, untuk sumber data dan konten didapatkan melalui kerja sama dengan beberapa media nasional, seperti Republika, Tempo, KGMedia dan Hukumonline.
Selain itu, Sahabat-AI pun melibatkan mahasiswa dari perguruan tinggi seperti UI (Universitas Indonesia), UGM (Universitas Gadjah Mada), ITB (Institut Teknologi Bandung). UNUD (Universitas Udayana), IPB (Institut Pertanian Bogor), dan USU (Universitas Sumatera Utara).
Dalam proses pengembangannya, mahasiswa dari kampus-kampus tersebut diajak berkolaborasi bersama tim teknis GoTo. Sehingga Sahabat-AI menjadi produk hasil kolaborasi antara media, sektor swasta, dan universitas.
Henky menyebutkan, Sahabat-AI saat ini mendukung 5 bahasa lokal yakni Bahasa Indonesia, Sunda, Jawa, Batak, dan Bali. Dengan pendekatan ini, maka Sahabat-AI jadi salah satu teknologi kecerdasan buatan (AI) paling relevan dan inklusif secara budaya Indonesia.
AMSI Sambut Baik Pengembangan Platform Teknologi AI
Inisiatif pengembangan platform teknologi tersebut disambut baik oleh AMSI sebagai asosiasi media yang memiliki anggota 500 lebih media lokal.
AMSI menilai Sahabat-AI dapat menjadi perangkat penting guna membangun relasi sehingga lebih setara antara. Dalam hal ini media sebagai sumber data atau pemasok informasi publik yang bertanggung jawab dan berkualitas, serta platform teknologi akal imitasi (AI).
“Kolaborasi media independen dengan perusahaan teknologi lokal akan membuka kesempatan bagi kita untuk mencari model bisnis baru yang dapat menjawab kebutuhan publik. Karena perilaku dalam mencari informasi pun terus berubah,” ujar Citra Prastuti.
Menurutnya, model bisnis ini menjadi kunci supaya jurnalisme tetap relevan pada ekosistem informasi baru era AI.
Konferensi CTRL+J APAC tahun 2025 menunjukkan bahwa kolaborasi antara media dan teknologi bisa terwujud. Bisnis media di era AI tetap mengedepankan etika serta menghasilkan inovasi yang mengedepankan kebutuhan publik secara luas. (R3/HR-Online/Editor: Eva)