harapanrakyat.com,- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tak main-main dalam membenahi total sektor pendidikan di Jabar. Ia langsung tancap gas melakukan evaluasi besar-besaran, meliputi pengembalian kepala sekolah ke daerah asal, anggaran dan infrastruktur sekolah, jam belajar, serta penyediaan bus bagi murid.
Baca Juga: Digugat Delapan Organisasi Sekolah Swasta ke PTUN, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Buka Suara
“Saya dan Dinas Pendidikan bertemu dengan para kepala sekolah. Tujuannya untuk menyampaikan visi pembangunan pendidikan ke depan. Kami tadi merevisi sejumlah hal,” kata Dedi di Sabuga ITB, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Rabu (20/8/2025).
Dedi menjelaskan, penempatan kerja kepala sekolah di satuan pendidikan di luar daerah harus mendapat evaluasi. Sebab, Dedi menilai hal itu akan menjadi beban tersendiri bagi para kepala sekolah, sehingga mereka akan kembali daerah masing-masing.
“Kami akan mengembalikan mereka (kepala sekolah) ke daerah masing-masing ya. Karena itu membebani,” ucapnya.
Benah Total Pendidikan di Jabar, Pangkas Jam Belajar dan Siapkan Bus Sekolah
Sementara terkait anggaran maupun infrastruktur penunjang sekolah juga harus mendapat evaluasi. Sebab, masih ada sekolah yang menjual Lembar Kerja Siswa (LKS), seragam, dan lainnya.
Padahal, Pemprov Jawa Barat sudah melarang segala bentuk penjual LKS maupun atribut bagi para murid. Dengan begitu, Pemprov Jabar akan merumuskan alokasi anggaran agar sekolah tidak kekurangan biaya.
“Provinsi sudah melarang (penjualan) LKS, seragam, dan lainnya. Kami sedang membuat perhitungan, jadi sekolah tidak kurang biaya. Termasuk nanti untuk jalan menuju sekolah agar rapi, ada trotoar, tiap kelas ada toilet. Itu konsen kami di tahun depan,” tuturnya.
Hal lainnya yang Dedi lakukan membenahi total sektor pendidikan di Jabar adalah waktu pulang sekolah bagi para murid. Ia menyebut, selama ini para murid terlalu mendapatkan beban hingga pulang di sore hari sekitar pukul 16.00 WIB.
Saat ini, Dedi meminta kepada Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar untuk melakukan kajian mengenai waktu pulang sekolah lebih awal. Misalkan, waktu pulang sekolah pukul 13.30 atau 14.00 WIB melalui pertimbangan daerah dan faktor lainnya.
“Lalu evaluasi jam pulang yang terlalu sore. Itu bisa menyebabkan depresi. Tapi ini harus ada pengkajian dulu,” ujarnya.
Meski begitu, Dedi menyadari apabila para murid lebih awal dari sebelumnya, mereka berpotensi tidak langsung pulang ke rumah.
“Tapi kajiannya juga tidak boleh mengesampingkan, bahwa banyak anak sekolah saat pulang nggak ke rumah,” katanya.
Baca Juga: Disdik Jawa Barat Sebut Penerbitan Kepgub PAPS untuk Tekan Ratusan Ribu Anak Putus Sekolah
Jurus Gubernur Jabar lainnya untuk membenahi total sektor pendidikan adalah dengan merencanakan penyediaan bus sekolah. Hal itu agar daerah yang tidak terjangkau oleh transportasi bisa teratasi.
“Kami akan terintegrasikan termasuk bus sekolah untuk daerah yang belum terjangkau transportasi publik,” ujarnya. (Reza/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)