Kisah Menarik Batu Bangkis yang Disebut Sakral hingga Penamaan Gunung Sangkur di Kota Banjar

4 days ago 16

harapanrakyat.com,- Beragam kisah menarik Batu Bangkis yang ada di kawasan Situs Diduga Objek Cagar Budaya (ODCB) Gunung Sangkur, Kecamatan Pataruman, diungkap Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Banjar, Jawa Barat.

Batu Bangkis sendiri berada di lereng bukit curam Gunung Sangkur, tepatnya di lahan BKPH Banjar Selatan, Desa Batulawang, Kecamatan Pataruman.

Lokasi Batu Bangkis juga masih berdekatan dengan situs sejarah lainnya di kawasan Gunung Sangkur, seperti Sanghyang Bedil, Batu Pangkon, dan Sumur Bandung.

Kisah Menarik Batu Bangkis yang Dianggap Sakral di Kota Banjar

Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Banjar, Tatang Heryanto mengatakan, batu bangkis merupakan monolit breksi vulkanik berkomposisi basaltis. Dalam bahasa setempat dikenal sebagai Batu Budug.

Baca Juga: Kata Disdikbud Kota Banjar Soal Temuan Artefak di Kawasan Situs Rajegwesi

Berdasarkan pengamatan, permukaan batu bangkis tidak menunjukkan jejak artificial atau sentuhan tangan manusia, namun terbentuk secara alami. Batu Bangkis merupakan objek sejarah yang dikenal luas dan masih dianggap sakral di Kota Banjar,” kata Tatang, Sabtu (22/11/2025).

Lanjutnya menjelaskan, kisah menarik dari batu yang disebut Batu Bangkis ini karena bentuknya yang menyerupai bangkong, merujuk pada katak berukuran besar atau kodok. Bentuknya lonjong dengan ukuran panjang sekitar 6,5 meter, lebar 2,20 meter, dan tinggi sekitar 1,90 meter.

Menurut keterangan Juru Kunci (Ujang Rusmana) dan kepercayaan masyarakat setempat, istilah bangkis adalah penghalusan dari penyebutan bangkong. “Penghalusan ini sebagai bentuk penghormatan dan tabu terhadap unsur yang disakralkan,” terangnya.

Tatang juga menjelaskan fenomena budaya dan nilai sakral yang melekat pada Batu Bangkis, mengingat batu tersebut merupakan sarana peribadatan masa klasik yang dipengaruhi unsur tradisi megalitik.

Pada masa Islam, penghormatan terhadap Batu Bangkis atau Batu Bangkong dilanjutkan melalui tradisi Nyuguh yang dulunya digelar di sekitar Batu Bangkis setiap bulan Maulud. “Namun saat ini tradisi Nyuguh tidak lagi dilaksanakan di lokasi Batu Bangkis, tetapi dilaksanakan di kampung,” katanya.

Tatang juga menjelaskan, di lokasi Batu Bangkis, pengunjung yang datang tidak boleh sembarangan mengucap kata bangkong. Konon menurut juru kunci, apabila ada yang melanggar pantangan dengan menyebut istilah bangkong maka akan terjadi musibah.

Ada pula pantangan lainnya dari kisah menarik Batu Bangkis ini yaitu tidak boleh menanggap pertunjukan wayang karena adanya batu Sanghyang Wenang di puncak Gunung Sangkur.

Penamaan Gunung Sangkur

Lanjutnya mengatakan, menurut juru kunci, Batu Bangkis juga menjadi tempat persinggahan para leluhur dan tempat nyingkur atau panyingkuran.

Baca Juga: Mengenal Situs Candi Rajegwesi Peninggalan Abad 8 Masehi di Kota Banjar

“Dari penyebutan istilah nyingkur atau panyingkuran tersebut kemudian berubah menjadi sangkur sebagai toponomi Gunung Sangkur,” ungkapnya.

Selain itu, ada juga yang mengaitkan istilah Sangkur dengan nama Sangkuriang yang berkaitan dengan Batu Ranggon di Pagerbatu.

“Di Pagerbatu juga terdapat objek budaya Batu Ranggon yang dikaitkan sebagai Saung Dayang Sumbi, ibu dari Sangkuriang,” jelas Tatang Heryanto. (Muhlisin/R3/HR-Online/Editor: Eva)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |