Makam Raden Adipati Singacala berada di Astana Gede Kawali, situs peradaban Sunda Galuh. Kompleks pemakaman ini berada di Indrayasa, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Area pemakaman selalu ramai pengunjung, mengingat tokoh Raden Adipati Singacala sebagai penyebar agama Islam utusan dari Kesultanan Cirebon.
Baca Juga: Sosok Pangeran Usman, Ulama Besar Penyebar Islam di Kawali Ciamis
Dalam menjalankan tugasnya, Raden Adipati Singacala mendapatkan bantuan dari Pangeran Usman. Keduanya terkenal sebagai tokoh penyebar Islam di Ciamis yang sangat dihargai oleh masyarakat sekitar. Jasa dan semangat keduanya menjadi tauladan yang baik untuk diterapkan pada kehidupan masa kini.
Napak Tilas Makam Raden Adipati Singacala di Ciamis
Raden Adipati Singacala merupakan sosok yang sangat penting dalam sejarah penyebaran agama Islam. Ia terkenal sebagai sosok yang bersahaja, tegas dan begitu disegani. Perannya dalam menyebarkan agama Islam di Tatar Galuh, Ciamis mengukir sejarah panjang dari tahun 1643 hingga 1718 M.
Peran Raden Adipati Singacala
Raden Adipati Singacala tidak hanya terkenal sebagai pemimpin politik saja. Namun, ia juga membawa peran penting sebagai agen perubahan sosial yang memperkenalkan dan menyebarkan ajaran Islam di Kawali. Berbagai upaya dilakukan termasuk dengan strategi jalur perdagangan dan ikatan perkawinan.
Raden Adipati Singacala merupakan putra dari Adi Dampal dan cicit Pangeran Bangsit. Ia menikah dengan Nyi Anjungsari yang tak lain adalah putri Pangeran Usman. Keduanya memiliki tiga orang anak yakni Dalem Sacamerta atau Darma Wulan, Bayu Nagasari dan Ni Mas Bumi.
Dalam sejarahnya, Raden Adipati Singacala memiliki peran penting dalam proses akulturasi ajaran Islam dan kebudayaan lokal. Ia begitu mendukung ajaran Islam di Kawali. Ia memanfaatkan tempat pemujaan Hindu sebelumnya menjadi makam penting di Situs Kawali. Area inilah yang akhirnya terkenal sebagai Astana Gede.
Astana Gede Kawali
Raden Adipati Singacala membawa strategi penyebaran agama Islam yang mudah diterima oleh masyarakat. Ia menunjukkan strategi ini dengan mengadaptasi tradisi lokal. Salah satunya yakni dengan mengubah tempat pemujaan menjadi sebuah makam. Pada akhirnya, area tersebut juga menjadi makam Raden Adipati Singacala dan Pangeran Usman.
Baca Juga: Menguak Sejarah dan Mitos Mata Air Cikawali di Astana Gede Ciamis
Pada abad XVI, agama Islam mulai mempengaruhi bumi Tatar Sunda. Saat itu, Astana Gede Kawali menjadi lokasi penting, yakni sebagai pusat pemerintahan kerajaan. Situs ini bukan hanya sekedar makam, melainkan ibu Kota Kerajaan Galuh yang mengukir jejak akhir dalam peradaban pemerintahan.
Kini, Astana Gede Kawali terkelola dengan baik sebagai cagar budaya. Di tempat ini, pengunjung bisa melihat beberapa peninggalan Raja Kerajaan Galuh. Beberapa diantaranya termasuk 6 batu prasasti dengan tulisan Sunda kuno. Kemudian terdapat batu tempat penobatan para Raja Galuh di Kawali serta jejak telapak tangan maupun kaki dari Raja Galuh, yakni Prabu Niskala Wastukencana.
Agenda Kegiatan Ziarah
Sebagai informasi, makam Raden Adipati Singacala bersebelahan dengan makam Pangeran Usman. Seiring perkembangan zaman, situs ini jadi tempat penting bagi masyarakat setempat. Sebab, area tersebut menyimpan sejarah panjang sebagai bentuk interaksi antara budaya lokal dan ajaran agama Islam.
Bagi masyarakat sekitar, ziarah ke makam Adipati Singacala menjadi bentuk penghormatan. Agenda kegiatan ini menjadi ungkapan rasa syukur atas peran Raden Adipati Singacala dan Pangeran Usman dalam perjalanan sejarah di Kawali. Selain itu, tradisi ziarah tersebut juga menjadi cara bagi masyarakat untuk mempererat hubungan spiritual dengan leluhur sekaligus melestarikan warisan nilai-nilai positif.
Tak hanya masyarakat lokal, beberapa peziarah yang datang juga berasal dari wilayah lain. Bahkan makam ini juga sering dikunjungi oleh beberapa tokoh penting, baik dari pemuka agama maupun pejabat pemerintahan setempat.
Biasanya agenda ziarah bermula dengan pembacaan sejarah singkat. Kemudian doa bersama dan tabur bunga dari para peziarah. Melalui kegiatan ini, semangat dalam menjaga nilai kebudayaan dan menghormati warisan sejarah bisa terpelihara dengan baik.
Baca Juga: Prasasti VI di Astana Gede Kawali Ciamis, Penekanan Larangan Berjudi Zaman Kerajaan Galuh
Setiap menjelang hari jadi atau ulang tahun Ciamis, beberapa tokoh penting melaksanakan tradisi ziarah, termasuk ke makam Raden Adipati Singacala. Agenda napak tilas ke makam leluhur ini biasanya berlangsung 4 hari menjelang tanggal 12 Juni. Selain makam Raden Adipati Singacala, ada pula 5 makam yang sering dikunjungi. Kelima lokasi tersebut merupakan jajaran Bupati Galuh dari berbagai masa pemerintahan. (R10/HR-Online)

1 day ago
10

















































