Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) kembali mendeteksi adanya semburan flare Matahari lantas menjadi bagian dari penelitian terbaru. Penelitian ini kembali mereka lakukan setelah mengalami pelemahan selama beberapa dekade. Dalam hal ini, Matahari telah kembali mengalami peningkatan aktivitas setelah lama tidak ada perubahan.
Penelitian terkini dari NASA menyatakan bahwa fenomena ini cukup mengejutkan, sebab sebelumnya mereka memperkirakan bahwa Matahari akan memasuki fase tenang yang panjang.
Baca Juga: Hujan Meteor Sextantids, Prediksi Terjadi 27 September 2025
Lebih dari itu, peningkatan aktivitas semburan Matahari mencakup bertambahnya jumlah bintik, ledakan flare dan pelepasan massa korona. Hal ini perlu perhatian secara serius. Alasannya karena dapat berdampak pada Bumi dan teknologi modern.
Aktivitas Semburan Flare Matahari
Mulai dari tahun 1980-an, kegiatan Matahari semakin berkurang dan mencapai level terendahnya di tahun 2008. Di waktu itu, para peneliti membuat prediksi mengenai Matahari.
“Semua tanda telah menunjukkan bahwa Matahari memasuki fase aktivitas rendah yang berkepanjangan,” ucap Jamie Jasinski, seorang penulis studi asal Laboratorium Propulsi Jet NASA wilayah California Selatan.
Akan tetapi, penelitian terbaru menunjukkan pandangan yang berbeda. Sejak tahun 2008, aktivitas Matahari mengalami peningkatan. Hal ini seperti yang tertera dalam jurnal The Astrophysical Journal Letters.
Peran Bintik dan Semburan Matahari
Dalam fenomena semburan flare Matahari, bintik Tata Surya tersebut muncul karena adanya konsentrasi medan magnet yang kuat di permukaannya. Kehadirannya biasanya menjadi indikasi bahwa aktivitas sedang meningkat seperti semburan flare dan lontaran massa korona. Semburan flare sendiri merupakan ledakan energi radiasi yang sangat kuat. Sementara lontaran massa korona merujuk pada pelepasan plasma besar yang bisa mengarah ke Bumi.
Baca Juga: Double Cluster di Perseus, Pesona Gugus Bintang di Langit Malam
Lantas, Apa Dampaknya bagi Teknologi di Bumi?
Peningkatan aktivitas Matahari dapat mengganggu sistem komunikasi dan navigasi. Banyak teknologi seperti GPS, satelit dan jaringan listrik bisa terpengaruh oleh partikel bermuatan yang menabrak medan magnet Bumi. Selain itu, radiasi dari Matahari juga merupakan ancaman bagi astronot dan misi luar angkasa yang sedang berlangsung.
Ini juga sejalan dengan riset yang NASA lakukan. Jamie Jasinski menekankan bahwa fenomena ini tidak sesuai dengan apa yang sudah mereka perkirakan sebelumnya. Ia berkata bahwa tidak sepenuhnya mengerti mengapa Matahari mengalami fenomena tersebut selama 4 dekade.
“Kita tidak sepenuhnya mengerti mengapa Matahari mengalami minimum selama 4 dekade mulai tahun 1790,” ungkapnya.
Ia menambahkan keterangannya bahwa tren semburan flare Matahari seperti ini masih masuk dalam penyelidikan.
“Memahami tren jangka panjang ini jauh lebih kompleks dan masih merupakan hal yang kita coba selidiki.”
Dalam rangka mempelajari fenomena ini, NASA menggunakan data dari misi ACE (Advanced Composition Explorer) dan Wind sejak tahun 1990-an. Hal ini bertujuan untuk memantau plasma dan angin dari Matahari.
Misteri Adanya Perubahan Aktivitas Matahari
Selain itu, perubahan ini menarik perhatian banyak pihak, tetapi ilmuwan mengakui bahwa penyebab fenomena semburan tersebut masih misterius. Jasinski turut menjelaskan bahwa siklus magnetik Matahari yang berlangsung 11 tahun sudah cukup ia pahami. Akan tetapi, studi lebih lanjut perlu mereka lakukan untuk memahami tren jangka panjangnya.
“Tren jangka panjang masih sulit untuk diprediksi, dan kita belum memahami sepenuhnya,” tutup Jasinski.
Perubahan mendadak ini menimbulkan tantangan dalam upaya untuk lebih memahami aktivitas semburan flare Matahari dan dampaknya terhadap Bumi. Untuk mengantisipasi potensi dampak dari peningkatan aktivitas ini, besar harapan para ilmuwan dan lembaga terkait di berbagai negara bisa segera mengambil langkah-langkah pencegahan. Memahami cuaca antariksa menjadi semakin krusial seiring meningkatnya perubahan aktivitas Matahari di waktu mendatang.
Penyebab dan Prediksi Aktivitas Matahari hingga Langkah NASA dengan Misi Baru
Meski perubahan tren aktivitas semburan flare Matahari ini tidak baru, penyebab pastinya tetap menjadi misteri yang belum terpecahkan. Walaupun terdapat peningkatan aktivitas, banyak orang berharap bahwa pemahaman yang lebih dalam tentang Matahari dan perilakunya dapat memberikan keuntungan, baik untuk penelitian ilmiah maupun persiapan menghadapi kemungkinan dampaknya. Kesiapan dalam menghadapi efek cuaca antariksa diharapkan dapat mengurangi risiko yang ada, baik bagi misi luar angkasa maupun kehidupan di Bumi.
Baca Juga: Fakta Asteroid Sasaran Hayabusa2 untuk Pendaratan 2031
NASA telah merencanakan misi IMAP (Interstellar Mapping and Acceleration Probe), Carruthers Geocorona Observatory dan SWFO-L1 (Space Weather Follow On-Lagrange 1) yang dimiliki oleh National Oceanic and Atmospheric Administration. Lebih dari itu, misi penelitian semburan flare Matahari ini dirancang untuk mengawasi cuaca antariksa dengan lebih mendetail. Data yang mereka peroleh mengenai semburan flare juga diharapkan dapat mendukung misi manusia ke Bulan, Mars serta planet lain dalam Tata Surya. (R10/HR-Online)