Peneliti Temukan Jamur Lichen Oranye di Atas Fosil Dinosaurus

2 weeks ago 45

Belum lama ini, jamur lichen oranye jadi “pemburu fosil” tak terduga di Badlands, Alberta, Kanada. Para ilmuwan berhasil menemukan jamur lichen ini yang sering tumbuh langsung di atas tulang dinosaurus. Dalam penelitian terbaru, organisme tangguh tersebut berada di atas tulang yang terekspos di permukaan tanah. 

Baca Juga: Peneliti Ungkap Penemuan Fosil Badak di Kutub Utara, Begini Ciri-cirinya

Jamur Lichen Oranye Ternyata Jadi Penanda Fosil Dinosaurus

Kajian soal jamur lichen berhasil terungkap dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Dinosaur Provincial Park, situs Warisan Dunia UNESCO di Alberta Selatan. Hasil temuan menunjukkan bahwa jamur lichen bisa menutupi hingga separuh permukaan dari tulang fosil. Sedangkan, batu sekitarnya jarang jadi tempat pertumbuhan jamur

Perbedaan mencolok tersebut kini bisa membantu ilmuwan untuk menemukan lokasi fosil baru dari udara. Temuan ini bisa menghubungkan kehidupan modern dengan sisa makhluk purba yang hidup sekitar 75 tahun lalu. 

Apa itu Lichen Orange?

Sebenarnya, lichen merupakan organisme sederhana hasil simbiosis jamur dan alga atau cyanobacteria. Organisme ini tumbuh secara perlahan, namun mampu bertahan dari panas, dingin dan kekeringan ekstrim. Sebagai contoh, spesies seperti Rusavskia elegans serta Xanthomendoza trachyphylla terkenal menyukai permukaan yang berpori kaya kalsium, contohnya tulang fosil. Tempat tersebut mampu menyediakan mineral dan kelembaban untuk bertahan di antara musim hujan. 

Baca Juga: Identifikasi Jejak Penemuan Mumi Edmontosaurus AMNH 5060

Sebagai informasi, warna orange khas dari jamur lichen oranye berasal dari parietin. Ini merupakan pigmen antrakuinon yang terakumulasi di korteks luar dan berfungsi sebagai tabir surya alami. Pigmen tersebut bisa melindungi mitra alga dari cahaya berlebih dan radiasi ultraviolet. 

Menurut Dr. Caleb Brown dari Royal Tyrrell Museum of Palaeontology, pola pertumbuhan jamur lichen sebenarnya sudah diamati selama beberapa dekade. Namun, baru kali ini dikaji secara ilmiah, dimana jamur lebih suka menempel pada tulang fosil. 

“Pola pertumbuhan dari lichen ini lebih suka menempel pada tulang fosil. Hal ini sebenarnya sudah diamati beberapa dekade. Tetapi baru sekarang dikaji secara ilmiah,” ungkap Dr. Caleb Brown dari Royal Tyrrell Museum of Palaeontology.

Bisa Mengungkap Jejak Kehidupan Purba

Penelitian oleh tim Dr. Brian Pickles, Associate Professor di University of Reading menemukan bahwa jamur lichen memiliki pola warna unik. Pola tersebut bisa terdeteksi dari drone dengan ketinggian sekitar 30 meter. Hal ini terbukti dengan citra inframerah dekat yang menunjukkan permukaan lichen bisa memantulkan cahaya merah. Selain itu, jamur lichen juga bisa menyerap warna biru yang lebih kuat daripada batu di sekitarnya. 

Hasil penelitian menunjukkan bagaimana organisme modern bisa membantu peneliti untuk menemukan jejak kehidupan purba. Menurut Dr. Pickles hubungan spesies hidup dengan fosil ini memperlihatkan ekologi serta paleontologi bisa bekerja sama secara inovatif. 

Memetakan Fosil Tanpa Merusak Lingkungan

Pendekan terbaru dengan jamur lichen oranye yang dilakukan peneliti berlangsung dengan menggabungkan sensor digital dan teknologi drone. Keduanya berguna untuk memetakan fosil lebih efisien, tanpa merusak lingkungan. Berdasarkan analisis berbasis machine learning, maka algoritma bisa membedakan lichen dengan batuan lain. Selain itu juga bisa menandai area berpotensi mengandung tulang. 

Dr. Derek Peddle asal University of Lethbridge menyebutkan bahwa studi menggunakan drone ini jadi langkah awal dalam pemetaan skala besar. Sebelum akhirnya menggunakan metode pesawat ataupun satelit. Menurut para peneliti, metode tersebut paling efektif di daerah kering seperti Badlands, Kanada. Di mana, tulang fosil sering tetap terbuka karena adanya angin dan erosi. 

“Studi menggunakan drone ini jadi langkah baru untuk pemetaan skala besar menggunakan pesawat atau satelit.” ungkap Dr. Derek Peddle dari University of Lethbridge.

Lewat alat tersebut, ilmuwan bisa mengurangi eksplorasi acak di lapangan. Sebaliknya, mereka bisa langsung fokus pada lokasi yang paling menjanjikan. Hal ini menjadi cara baru guna menemukan peninggalan purba, tanpa perlu menggali terlalu dalam. 

Baca Juga: Fenomena Badai Melissa di Jamaika Picu Malapetaka Dahsyat

Hasil temuan jamur lichen oranye di atas fosil dinosaurus jadi penelitian yang fenomenal. Sebab, peneliti bisa memetakan pencarian fosil dengan mudah dan praktis. Mereka tinggal mengidentifikasi adanya jamur lichen oranye untuk melakukan penelitian secara lebih dalam. Hal ini jelas meningkatkan angka keberhasilan dari penelitian yang berlangsung. 

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |