Keramik Plered Purwakarta merupakan salah satu produk kerajinan lokal yang melegenda. Kerajinan tangan ini sudah puluhan tahun digeluti oleh masyarakat secara turun-temurun yang berpusat di Desa Anjun.
Perkembangan kerajinan keramik Plered memang sulit ditentukan kapan pertama kali dimulai. Namun, catatan tertulis menyebutkan bahwa sejak tahun 1795, pada masa penjajahan Belanda, aktivitas pembuatan keramik telah berlangsung di wilayah Citalang dan Anjun (Panjunan). Di Citalang terdapat lio-lio, yaitu tempat pembuatan genteng dan batu bata, sementara di Anjun berkembang kerajinan gerabah.
Baca Juga: Kisah Batik Paoman Indramayu Menyimpan Jejak Peradaban Nelayan
Sejak saat itu, rumah-rumah penduduk di sekitar Plered dan Kabupaten Karawang yang sebelumnya beratapkan ijuk, sirap, daun kelapa, atau alang-alang mulai beralih menggunakan genteng tanah liat. Produksi genteng tersebut dengan cetakan tradisional, menandai awal berkembangnya tradisi keramik di Plered.
Sejarah Panjang Keramik Plered Purwakarta Hingga ke Mancanegara
Di sepanjang Jalan Raya Anjun Purwakarta, berjejer pertokoan yang menjual keramik Plered dengan berbagai desain unik dan menarik. Jajaran keramik ini bisa terlihat jelas mulai dari pertigaan Cianting hingga eks Pasar Plered.
Kualitas keramik Plered sendiri sudah diakui di Indonesia, bahkan mancanegara. Ribuan keramik Plered memasuki pasar ekspor ke berbagai negara di Benua Asia, Amerika hingga Eropa. Larisnya produk ini membuktikan bahwa kualitas keramik Plered memang tak bisa dipandang sebelah mata.
Awal Mula Keramik Plered
Menurut Staf UPTD Litbang Keramik Kecamatan Plered, Jujun Junaedi menyebutkan bahwa keramik ini pertama kali masuk pada tahun 1904. Saat itu, warga membuat sesuatu dari segumpal tanah dan bisa difungsikan.
Berawal dari hal tersebut, berdiri gedung menyerupai pabrik yang berlokasi di Jalan Plered, tak jauh dari jembatan rel kereta api. Warga yang semula tak tertarik pada benda tanah liat tersebut, akhirnya mulai tertarik untuk membuat gerabah keramik.
Dulu, keramik Plered Purwakarta terbuat dari tanah putih. Setelah melakukan penelitian, ternyata tanah liat asli Plered bisa dipergunakan. Baru setelah itu, tanah liat berwarna cokelat asal Plered menjadi bahan baku untuk membuat keramik.
Wakil Presiden RI Pertama Meresmikan Pabrik Keramik
Pada tahun 1950-an, bangunan yang menyerupai pabrik diresmikan oleh wakil presiden RI pertama, Mohammad Hatta. Saat itu, bangunan ini resmi menjadi sanggar belajar bagi para pengrajin keramik.
Meski kini keberadannya tak sebagus tempo dulu, bagunan masih tetap berguna sebagai lokasi produksi gerabah keramik. Bagunan ini tertulis “Induk Perusahaan Keramik Plered” di bagian atasnya.
Sementara bagian belakang bangunan, terdapat dua cerobong asap yang menjulang tinggi lebih dari 5 meter. Di bawahnya, terdapat enam buah tungku perapian yang berguna sebagai tempat pembakaran gerabah.
Hingga saat ini, bagunan masih berguna sebagai tempat produksi kerajinan tangan keramik Plered. Para pengrajin masih mempertahankan proses pembuatan keramik dengan metode manual.
Baca Juga: Menguak Asal Usul Sejarah Kota Garnisun Cimahi di Jawa Barat
Bagunan tempat produksi keramik Plered Purwakarta sendiri masih asli, tidak ada perubahan apapun. Sementara itu, pengelolaan gedungnya berada di bawah arahan Provinsi Jawa Barat.
Mendapatkan Bantuan Mesin Jerman
Dulu, gedung produksi keramik Plered sempat mendapat bantuan mesin buatan Jerman sebagai mesin penghalus tanah liat. Setelah itu, produksi terus meningkat hingga mampu menyuplai ornamen kegiatan internasional di Jakarta.
Salah satu produknya adalah gentong dan jolang besar berukuran tinggi 170 cm dan diameter 150 cm. Produk ini akan dikirim ke Jakarta pada momen Game of The New Emerging Force (Ganefo). Gagasan tersebut merupakan ide dari presiden RI pertama pada tahun 1963.
Setelah itu, kerajinan keramik Plered Purwakarta semakin terkenal hingga ke mancanegara. Produk ini merupakan mata pencaharian warga desa Anjun yang sekaligus menjadi warisan nenek moyang bersejarah.
Populer di Pasar Luar Negeri
Pada tahun 2019, puluhan ribu gerabah keramik telah di ekspor dengan tujuan negara-negara besar. Di antaranya adalah Amerika, Eropa dan Inggris Raya.
Sementara itu, awal tahun 2020 puluhan ribu gerabah keramik Plered telah di ekspor ke India. Kepopuleran keramik ini tak lepas dari desain dan bentuknya yang terus berinovasi dengan teknik pewarnaan yang lebih hidup. Belum lagi, finishing keramik cukup unik, cocok dengan target pemasaran luar negeri.
Keramik Pot dan Vas Jadi Primadona
Sejauh ini, pangsa pasar Korea masih menjadi yang terbesar untuk ekspor produk keramik Plered. Selain itu, ketua Cluster Keramik di Plered juga menyebutkan bahwa negara Arab Saudi pun menjadi target market yang cukup besar.
Rata-rata, pangsa pasar luar negeri menyukai desain keramik Plered berbentuk pot dan vas bunga. Hal ini lantaran desain produk yang unik dengan lengkungan halus.
Adapun proses pengiriman kerajinan keramik Plered ini bisa melalui beberapa cara. Salah satunya adalah dengan trader atau bertaruh harga antar pembeli.
Baca Juga: Mengulik Sejarah Pabrik Tekstil Tjiboenar Sukabumi Sebelum Runtuh
Keramik Plered Purwakarta merupakan kerajinan lokal yang memiliki sejarah panjang hingga akhirnya go internasional. Desain keramik dengan pewarnaan dan finishing yang cantik menjadikan produk keramik Plered Purwakarta ini cukup digemari di mancanegara. (R10/HR-Online)