Sejarah Ipik Gandamana, Bupati Bogor Pertama

4 hours ago 4

Sejarah Ipik Gandamana menyimpan keteladanan tersendiri. Ipik Gandamana itu sendiri lahir di Hindia Belanda. Lebih tepatnya di Purwakarta, Karawang. Ia lahir pada 30 November 1906. Generasi sekarang perlu mengenalnya dengan baik. Terlebih lagi ia adalah tokoh bangsa yang menjadi bupati Bogor pertama.

Baca Juga: Mengenal Gereja Zebaoth Bogor, Cagar Budaya Bersejarah

Sejarah Ipik Gandamana dan Kariernya

Ipik Gandamana memiliki keluarga yang harmonis. Bersama sang istri, ia memiliki 4 orang anak. Dalam sejarah juga mencatat kariernya sangatlah gemilang.

Ia pernah aktif di kepegawaian negara yang ada dalam pemerintahan Belanda. Untuk saat ini jabatan tersebut setara dengan Pegawai Negeri Sipil. Dalam kepegawaian negara tersebut, ia menduduki sejumlah jabatan penting.

Sebagaimana penjelasan sejarah di disipusda.purwakartakab.go.id, Ipik Gandamana pernah jadi mantri polisi di Cikijing Majalengka. Posisi ini ia duduki pada tahun 1931. Di tahun yang sama, ia juga jadi mantri kabupaten Batavia.

Kemudian di tahun 1938, ia menjabat sebagai Sekretariat II Kabupaten Ciamis. Selanjutnya di tahun 1942, ia jadi Camat Cibeureum, Tasikmalaya. Kariernya tak kalah cerah di tahun-tahun berikutnya.

Pada tahun 1946, ia pernah jadi pembantu Bupati atau terkenal dengan istilah Wedana untuk Belanda di kawasan Ujungberung, Kabupaten Bandung. Lalu juga jadi Patih di kawasan Bogor. Hal inilah yang membuat namanya cukup populer dan banyak orang menghormatinya.

Ipik Gandamana Menolak Bujukan Belanda

Pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengumandangkan kemerdekaan. Meski begitu, nyatanya Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Hal ini karena ada banyak serangan dari Belanda.

Baca Juga: Masjid Agung Syech Quro Karawang, Masjid Tua Berusia 6 Abad

Puncak serangan tersebut tak lain pada peristiwa Agresi Militer I serta II. Supaya kemerdekaan Indonesia tidak luntur, Presiden Soekarno dan jajarannya melakukan negoisasi. Akan tetapi, Belanda berupaya membujuk tokoh-tokoh bangsa untuk menghancurkan nasionalisme.

Karena namanya cukup berpengaruh dalam sejarah, Ipik Gandamana tak luput dari bujukan tersebut. Saat mendengar bujukan dari pasukan kolonial, ia langsung menolaknya dengan tegas. Ia memang berupaya sekuat tenaga untuk menjaga keutuhan negara Indonesia.

Karena berani menolak ajakan Belanda, pasukan kolonial lewat para sekutu lantas mengejarnya. Setelah tertangkap, ia langsung diasingkan ke Jasinga, Bogor. Belanda memang sangat marah dengan keputusan Ipik Gandamana.

Ipik Gandamana Jadi Bupati

Selama berada di pengasingan, semangatnya dalam menjaga keutuhan bangsa tidak pudar. Dalam sejarah, Ipik Gandamana bahkan tetap mencari informasi mengenai pemerintahan Belanda. Lalu mengutus seseorang untuk menyambung komunikasi.

Utusan tersebut bernama Hj. Nani Karmawan. Ia adalah adik kandungnya Jenderal Ibrahim Adjie. Kendati demikian, Belanda mengetahui hal itu hingga akhirnya menyiksa keduanya.

Walaupun mendapat siksaan, Ipik Gandamana tetap tidak menyerah. Ia justru menerima mandat untuk menyusun pemerintahan darurat. Pada akhirnya, hal ini mengantarkannya jadi bupati Bogor pertama. Ia menjalankan pemerintahan di Jasinga pada periode tahun 1948-1949.

Ipik Gandamana Menulis Buku

Saat perang sudah usai, Ipik Gandamana mengukir sejarah dengan jadi bupati Bogor seutuhnya dan Residen Priangan pada tahun 1950. Ia juga mendapat kepercayaan untuk jadi anggota Delegasi Studi Indonesia lantas menyambangi Amerika Serikat hingga 3 bulan pada tahun 1953.

Di negeri Paman Sam tersebut, ia belajar mengenai penerapan politik sekaligus demokrasi. Ia menilai ada perbandingan yang mendasar. Ia juga menyebutnya perlu diterapkan di Tanah Air. Pada akhirnya, ia menuliskannya dalam buku “Melawat ke Negara Dollar”.

Setelah melakukan perjuangan dan perjalanan hidup yang panjang, sang tokoh bangsa ini tutup usia pada 6 Agustus 1979 di Bandung. Pemakamannya berlangsung di Taman Makam Pahlawan Cikutra Blok D 540. Karena jasanya sungguh luar biasa bagi Indonesia, namanya pun diabadikan Pemerintah Kabupaten Purwakarta.

Ipik Gandamana jadi nama jalan. Jalan tersebut menghubungkan Perlintasan Kereta Api, kawasan Lingkungan Sukasari sampai ke Pertigaan Cimaung. Berkat penamaan jalan tersebut, harapannya nama dan jasa sang tokoh bangsa selalu dikenang oleh masyarakat.

Baca Juga: Situs Buyut Banjar Indramayu, Kisah 41 Prajurit Monyet Kutukan

Sejarah Ipik Gandamana perlu dipahami dengan baik oleh generasi sekarang. Hal ini karena tanpa jasanya, keutuhan negara tak bisa dijaga dengan baik. Apabila mengetahui jasa, karier maupun informasi lainnya tentang Ipik Gandamana, sama saja telah berupaya mempelajari sejarah Indonesia. Perjuangannya memang tak sebatas sampai Indonesia merdeka saja. Akan tetapi, perjuangannya dilakukan sampai tutup usia. Kepribadiannya yang pantang menyerah dan tak mudah dibujuk musuh patut diteladani. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |