harapanrakyat.com,- Bendungan Leuwi Keris sungai Citanduy, yang berada di antara Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, Jabar, sudah hampir satu tahun beroperasi pasca diresmikan oleh Presiden RI ke 7 Joko Widodo. Peresmian bendungan yang menghabiskan anggaran Rp 3,5 triliun tersebut dilaksanakan pada 29 Agustus tahun 2024 silam.
Meski sudah beroperasi hampir satu tahun, namun keberadaan bendungan Leuwi Keris dianggap masyarakat belum memberikan manfaat lebih, khususnya dari segi ekonomi.
Seperti yang disampaikan beberapa masyarakat di Desa Handapherang, Kecamatan Cijeungjing. Desa tersebut merupakan wilayah yang paling dekat dengan badan bendungan. Terdapat 2 Dusun atau Kampung yang menjadi titik wilayah aliran bendungan, yakni Dusun Cikatomas dan Dusun Guha.
Warga di Dusun Guha tepatnya di RT 19 RW 08 Dodi Supriadi, menceritakan keluh kesah masyarakat sekitar bendungan yang justru tidak mendapatkan manfaat apapun dari keberadaan bendungan Leuwi Keris. Termasuk tidak bisa merasakan manfaat air genangan.
“Posisi wilayah kami kan berada di depan bendungan, bukan di belakang bendungan. Jadi, meskipun genangan air bendungan cukup luas, namun air tidak bisa naik dan mengairi areal-areal pertanian di wilayah Ciamis sebelah barat,” ungkap Dodi, Minggu (3/8/2025).
Kemudian lanjut Dodi, salah satu potensi yang bisa dimanfaatkan masyarakat dari keberadaan bendungan Leuwi Keris adalah pariwisata. Animo masyarakat saat mengetahui akan dibangun bendungan Leuwi Keris sangat luar biasa, dengan harapan bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi melalui sektor wisata.
“Sejak mulai dibangun tahun 2016, ekspektasi masyarakat terhadap bendungan ini adalah pariwisata yang menjanjikan. Namun justru sampai saat ini, arah pemanfaatan bendungan di wilayah Ciamis belum tampak mau dibawa kemana,” jelasnya.
Soal Pemanfaatan Ekonomi Masyarakat Sekitar Bendungan Leuwi Keris Ciamis, Pemerintah Belum Turun Tangan?
Selama ini tambah Dodi, pemerintah baik daerah maupun pusat, belum memberikan dukungan apapun terhadap upaya-upaya masyarakat membuka spot-spot wisata. Menurutnya, sejak diresmikan Presiden, terdapat beberapa spot wisata yang dibangun masyarakat di sekitar bendungan Leuwi Keris. Meski sempat ramai pengunjung, namun eksistensi tempat wisata dadakan tersebut hanya mampu bertahan sekitar 3 bulan.
“Makin kesini karena suasananya gitu-gitu saja, jarang ada orang yang berkunjung. Ditambah lagi dengan banyaknya sampah, membuat lokasi wisata yang dibuka masyarakat semakin kumuh,” ucap Dodi.
Ia melanjutkan, saat itu di wilayah Dusun Guha ada 3 lokasi wisata dengan spot pemandangan bendungan Leuwi Keris. Yakni spot Raden Patih, Manohara dan Tenjo Reong. “Waktu itu banyak pengunjung yang berdatangan. Masyarakat setempat memanfaatkan momen dengan membuka warung-warung di area wisata. Mereka pun merasakan peningkatan ekonomi dari keberadaan lokasi wisata di bendungan. Namun hanya sebentar, hanya pas viralnya saja,” katanya.
Sementara untuk saat ini, spot-spot wisata tersebut sudah tidak terurus. Bahkan puluhan masyarakat yang biasa berdagang sudah tidak melakukan aktivitasnya lagi.
Dengan kondisi itu, Dodi berharap pemerintah bisa memberikan dukungan terhadap keinginan-keinginan masyarakat untuk pemanfaatan area bendungan Leuwi Keris. “Kasian masyarakat Ciamis tidak kebagian apa-apa dari adanya bendungan ini,” pungkas Dodi.
Sementara itu, kondisi saat ini, sepanjang area genangan air bendungan Leuwi Keris hanya dimanfaatkan oleh para pemancing ikan. Sampah yang menumpuk di air menjadi tempat bersarang banyak ikan. (Jujang/Editor Jujang)