Terdapat banyak sekali bangunan dan fasilitas ikonik di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Salah satunya Parisdo atau yang kini lebih terkenal sebagai Bendung Walahar. Di balik kepopulerannya, ada sejarah Bendungan Walahar Karawang yang sangat melekat dalam ingatan masyarakat.
Baca Juga: Sejarah Bekasi Kota Patriot, Jejak Panjang Perjuangan dan Identitas
Bahkan, tak sedikit warga maupun pendatang yang menjadikannya titik awal untuk mengenal bagaimana wilayah tersebut berkembang sejak era kolonial. Mari kita ulas lebih detail.
Mengulas Sejarah Bendungan Walahar Karawang
Masyarakat di Kabupaten Karawang tentu sudah tidak asing lagi dengan Bendung Walahar. Waduk yang terletak di Desa Walahar, Kecamatan Klari ini berbatasan langsung dengan Desa Kutapohaci.
Keberadaannya sangatlah strategis. Di mana tanggul dibangun melintang di atas aliran Sungai Citarum. Salah satu sungai utama dan terbesar di Kota Jawa Barat. Bendungannya memiliki panjang sekitar 50 meter. Sementara struktur bendungan terdiri dari tiga bagian utama.
Bagian bawah merupakan sistem utama pintu air. Ini mencakup 5 pintu besar yang berfungsi menahan serta mengatur aliran sungai. Kemudian sisi tengah adalah jembatan selebar 3 meter yang menghubungkan wilayah Klari dan Anggadita. Sekaligus sebagai akses warga yang melintas. Adapun bagian atas terdapat ruang mesin untuk mengatur sistem kerja bendung agar dapat berfungsi optimal.
Dalam catatan sejarah, proyek pembangunan Bendungan Walahar Karawang berlangsung pada tahun 1923. Kala itu, pemerintah kolonial menunjuk seorang ahli perairan asal Belanda bernama C. Swaan Koopman sebagai mandor.
Proyeknya merupakan bagian dari program besar pengelolaan air kolonial untuk mendukung pertanian di Hindia Belanda. Setelah itu, bendungan baru resmi pemerintah gunakan pada 30 November 1925. Sejak saat itu fasilitas ini terus menjadi bagian penting dari infrastruktur pertanian di Karawang.
Pemanfaatan Bendungan Walahar Dulu dan Sekarang
Pada awalnya, tujuan utama pembangunan Bendung Walahar adalah untuk menyokong sistem irigasi bagi ribuan hektare sawah di Karawang. Kawasan yang hingga kini populer sebagai salah satu pusat produksi beras terbesar di Indonesia.
Dengan air dari bendungan, para petani dapat menjaga produktivitas pertanian bahkan saat musim kemarau panjang. Selaras dengan keterangan yang ada di tembok bagian atas bendungan.
“Bendung Walahar Kali Tjitarum Mulai Dipakai 30 Nopember 1925 untuk mengairi sawah luas 87.506 ha.” Pernyataan tersebut menegaskan peran bendungan dalam mendukung irigasi yang sangat luas.
Selain irigasi, bendung ini juga berfungsi sebagai pengendali banjir, khususnya bagi wilayah Karawang bagian utara. Ketika musim hujan tiba dan debit Sungai Citarum meningkat drastis, tanggul akan menahan sekaligus mengalirkan air secara bertahap.
Baca Juga: Sejarah Mbah Dalem Bogor, Sosok Penting di Balik Penyebaran Islam Kota Hujan
Beberapa Kali Renovasi
Seiring waktu, Bendung Walahar mengalami berbagai perawatan dan renovasi untuk menjaga keandalan strukturnya. Renovasi pertama berlangsung sekitar tahun 1989. Aktivitas perbaikan tersebut berfokus pada penggantian serta penguatan pintu air yang mulai menua.
Kemudian, pada tahun 2009, pemerintah melakukan rehabilitasi menyeluruh terhadap struktur sekaligus sistem pengatur air. Khususnya dalam menyesuaikan dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan air yang kian meningkat.
Menariknya, meskipun telah melewati sejarah panjang hampir satu abad, Bendungan Walahar Karawang masih berfungsi secara maksimal. Areanya juga membentuk waduk seluas ±15 hektar untuk tempat penampungan sekaligus cadangan air selama musim kemarau.
Bisa untuk Rekreasi
Hal yang tak kalah menarik dari Bendungan Walahar yaitu potensinya sebagai lokasi wisata lokal. Setiap akhir pekan dan hari libur, banyak masyarakat yang datang ke sini untuk memancing, bersantai atau sekedar menikmati pemandangan sekitar.
Suasana di Bendung Walahar sangat cocok untuk melepas penat. Dengan latar nuansa alami super asri dan air mengalir yang jernih, tentu menjadi alternatif wisata murah meriah namun tetap seru.
Di dekat area bendungan juga terdapat deretan warung dan rumah makan khas Walahar. Salah satu yang terkenal dan menjadi jajanan wajib adalah sajian pepes ikan jambal. Tak sedikit rombongan keluarga yang sengaja datang untuk bersantap sembari menikmati pemandangan alam Walahar.
Baca Juga: Sejarah Gunung Katu Malang, Pendarmaan Rangga Rajasa
Dari informasi di atas, kita semakin tahu bahwa sejarah Bendungan Walahar Karawang bukan hanya sebuah bangunan bersejarah peninggalan Belanda. Namun juga merupakan fasilitas penting bahkan menjadi kebanggaan masyarakat Karawang sejak puluhan tahun silam. (R10/HR-Online)