Sejarah Candi Sumberawan, Stupa Raksasa di Kaki Gunung Arjuna

9 hours ago 9

Candi Sumberawan merupakan salah satu destinasi wisata recommended di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Keunikan serta kesejukan tempatnya memang punya kesan “mengundang”. Tak hanya itu, catatan sejarah Candi Sumberawan turut menjadi daya tarik tersendiri.

Baca Juga: Sejarah Mata Air Senjoyo Salatiga, Kisah Raja Sanjaya hingga Jaka Tingkir

Terutama bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam sekaligus nilai-nilai budaya. Pasalnya, catatan historis di kawasan ini selalu mampu membawa pengunjung menyusuri jejak masa lampau. Khususnya yang berkaitan erat dengan peradaban nusantara zaman dulu kala. Mari kita bahas lebih detail.

Mengulas Sejarah Candi Sumberawan

Sebelum membahas mengenai sejarahnya, mari mengenal kawasannya secara umum terlebih dahulu. Sumberawan adalah kompleks situs yang terletak di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Malang. Lokasinya berjarak sekitar 6 km dari Candi Singosari atau 10 km-an dari Pura Bhuvana Kertha.

Secara arsitektur, bangunan candi terbuat dari batu andesit. Ukurannya terbilang kecil dari candi-candi lainnya. Di mana dimensi bangunan berukuran panjang 6,25 m, lebar 6,25 m dan tinggi 5,23 m. Namun, hal yang paling menarik adalah lokasinya berada di kaki bukit Gunung Arjuna setinggi 650 mdpl.

Ini membuat pemandangan sekitar candi menjadi semakin menawan, apalagi jika datang ketika pagi atau sore hari. Apalagi udara sejuknya begitu segar dan menenangkan. Membuat pengunjung seringkali betah berlama-lama.

Konon Dulunya Bernama Kasurangganan

Jika menilik pada catatan sejarah, para ahli memperkirakan Candi Sumberawan dulunya bernama Kasurangganan. Nama yang telah lama terkenal dalam kitab Negarakertagama. Konon, lokasi ini juga telah mendapat kunjungi Hayam Wuruk sekitar tahun 1359 masehi, khususnya saat ia mengadakan perjalanan keliling.

Dari bukti-bukti yang tertulis pada bagian batur dan dagoba (stupanya) peneliti memperkirakan bangunan Sumberawan berdiri sekitar abad 14 sampai 15 masehi. Tepat pada periode kejayaan Kerajaan Majapahit. Di mana bentuk stupa pada candi menunjukkan latar belakang keagamaan yang bersifat Buddhisme.

Awal Mula Penemuan Bangunan Candi

Sebelum menjadi catatan sejarah yang populer seperti sekarang, Candi Sumberawan sempat hilang dari peradaban. Memasuki tahun 1904, situs ini akhirnya teridentifikasi kembali. Pada 1935 Dinas Purbakala melakukan kunjungan, berlanjut ke tahun 1937 pemerintah akhirnya memugar bagian kaki candi. Sementara sisanya direkonstruksi secara darurat.

Baca Juga: Sejarah Monumen Kijang Biru Wates, Kisah Tragis di Baliknya

Candi Sumberawan sendiri menjadi satu-satunya stupa yang tim peneliti temukan di Jawa Timur. Baturnya berdenah bujur sangkar, tanpa tangga naik serta polos alias tidak berelief. Artinya, hanya terdiri dari kaki dan badan.

Batur candi yang tinggi punya selasar, sementara bagian kaki memiliki penampil pada keempat sisinya. Di atas kaki berdiri lapik bujur sangkar berbentuk segi delapan dengan bantalan Padma (bunga teratai merah). Lain halnya pada bagian atas berbentuk genta yang puncaknya telah hilang.

Mengingat terdapat sejumlah kendala dalam perencanaan kembali khususnya bagian teratas tubuh Candi Sumberawan, maka terpaksa sisi tersebut tidak dipasang lagi. Peneliti menduga dulu puncaknya tidak terpasang chattra, karena sisanya benar-benar lenyap.

Kesimpulan penelitian, candi ini diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Singhasari. Pada masa itu, umat Buddha menggunakannya sebagai tempat pemujaan saja. Apalagi jika melihat bangunannya yang tidak memiliki tangga untuk masuk ke dalam candi. Padahal, lazimnya sebuah candi memiliki komponen tersebut untuk akses ke ruang penyimpanan relik atau benda-benda suci.

Dekat dengan Mata Air

Sejarah Candi Sumberawan juga tak lepas dari keberadaan sumber mata air berupa telaga. Keberadaannya menjadi dasar penamaan “Sumberawan”. Airnya begitu melimpah dan sangat jernih.

Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, sumber mata air ini bersifat keramat. Bahkan kabarnya, sering digunakan dalam berbagai upacara keagamaan maupun ritual. Menurut legenda lokal, airnya pernah menjadi rebutan di antara para dewa karena khasiat serta kesuciannya.

Sehingga tak sedikit yang datang untuk membuktikan kebenarannya. Sementara itu saat ini, Candi Sumberawan masih tetap menjadi pusat kegiatan keagamaan. Khususnya saat momen perayaan Waisak.

Baca Juga: Sejarah Museum Dirgantara Yogyakarta, Tempat Edukasi Sejarah Penerbangan TNI AU

Itulah penjelasan tentang sejarah Candi Sumberawan yang digadang-gadang sebagai stupa raksasa. Dengan potensi wisata yang besar, lingkungan sekitar candi candi telah dipercantik dengan taman dan pepohonan hias. Menjadikan lokasinya semakin menarik bagi para pengunjung. Sehingga selain belajar sejarah bisa sekaligus menikmati keindahan alam. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Berita Rakyat | Tirto News |